Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

fany1453Avatar border
TS
fany1453
Tuhan Telah Mati
Tuhan Telah Mati

Atheis

Tuhan Telah Mati

Kemarin, ada sebuah tulisan di salah satu grup media sosial yang sungguh sangat menarik untuk saya pribadi. Tulisan mengenai transformasi ruh ala Neitzsche untuk melahirkan 'Super Man'. Namun sayang, tulisan tersebut dihapus Admin karena hasil salin-tempel. Sayang sekali. Sikap plagiat yang dilakukan menjadi salah satu sikap yang berhasil menjadikan ide ateis yang senantiasa dikaitkan dengan "pendewaan akal" menjadi ide yang semakin jauh dari makna "memfungsikan akal".

-------------------------

Pemikiran Friedrich Wilhelm Nietzsche, merupakan salah satu pemikiran yang kemudian muncul di permukaan pada masa-masa Renaissance sedang berkembang. Nah, banyak sekali ternyata pendapat para filsuf, sejarawan atau ahli politik yang menyatakan bahwa tulisan Nietzsche banyak disalahartikan, terlebih di dalam karya novelnya yang berjudul 'Also Sprach Zarathustra' atau 'Thus Spake Zarathustra'. Di sana ia--melalui tokoh novelnya, Zarathustra--menyebutkan bahwa Tuhan telah mati.

Makna Tuhan Telah Mati adalah sebuah kiasan yang diinginkan Nietzsche agar manusia lebih fokus pada dunia. Nietzsche beranggapan bahwa dengan adanya keyakinan setelah dunia akan ada kehidupan yang abadi, menjadikan manusia pesimis serta menyingkir dari 'gemerlap' dunia. Menihilkan kenikmatan-kenikmatan dunia demi kenikmatan akhirat yang merupakan mitos bagi Nietzsche. Karena bagi Nietzsche, keyakinan akan 'hidup setelah mati' adalah keimanan yang dipengaruhi filsuf orang terdahulu seperti Plato.

Sangat wajar Nietzsche berpendapat demikian. Karena apa yang ada di lingkungannya saat itu (di kehidupan barat), agama menjadi tangan kotor untuk menekan ilmu pengetahuan, pernikahan bagi sebagian kalangan, bahkan penindasan terhadap perempuan. Di samping itu, agama dijadikan alat oleh segelintir orang yakni pihak kerajaan, untuk mempertahankan kekuasaan karena menamakan diri sebagai 'suara Tuhan'.

Masih jelas diingatan kita bagaimana keadaan saat itu. Di Barat, saat seorang ilmuwan seperti Galileo Galilei menyebutkan teori Heliosentris (matahari sebagai pusat tata surya) yang sebelumnya dikemukakan oleh Nicolaus Copernicus, harus dihukum karena dianggap bertentangan dengan Al Kitab. Selain itu, pelarangan pernikahan bagi kaum agamawan atas nama bakti pada Tuhan, dirasa tidak sesuai dengan fitrah setiap manusia yang memiliki rasa kasih pada lawan jenis. Dan lebih mengerikan (yang mana ini merupakan pendorong ide feminis muncul) adalah fakta inkuisisi (siksaan oleh kaum gerejawan) yang didominasi pada kaum perempuan. Kaum perempuan saat itu dicap sebagai 'alat iblis untuk menggoda Adam'.

Tuhan Telah Mati

Tuhan Telah Mati

Maka, di beberapa artikel, dituliskan bahwa Nietzsche merupakan salah satu pahlawan penguat gerakan Renaissance yang mengeluarkan barat dari Dark Age ke masa terang-benderang. Dengan pemikirannya tersebut, dianggap manusia kembali memikirkan dunia, tidak pesimis karena janji 'kehidupan setelah mati' yang dianggapnya sebagai khayalan.

Dalam perjalanannya, Nietzsche sendiri menjadi orang yang Atheis dengan anggapannya bahwa Al Kitab yang beragam versi dan dibuat manusia, tidak akan lepas dari kesalahan. Bahkan bisa menjadi alat menundukkan manusia lain atas nama Tuhan. Ide ini, tidak bisa dicerna oleh semua orang Barat. Sehingga mereka (orang Barat) tidak mengikuti jejak Nietzsche secara keseluruhan, namun menghentikan diri pada sekularisme saja. Sebuah ide yang meyakini adanya Tuhan, tapi Tuhan dianggap tak berhak mengatur segala aspek kehidupan kecuali peribadahan.

Ide sekular ini kemudian mereka jejalkan kepada kaum muslim. Menginginkan kaum muslim mengikuti jejak mereka, yakni meninggalkan 'semua aturan Tuhan' kecuali masalah vertikal yakni ibadah pada-Nya

Sayangnya, ide ini berhasil disebarkan dengan berbagai intrik dan kecurangan. Termasuk meruntuhkan Kekhilafahan--sebuah institusi yang menerapkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan--melalui tangan Mustafa Kemal yang menggunakan topeng sebagai 'pahlawan perubahan'.

Padahal, mestikah kaum muslim mendekap erat ide sekular? Jawabannya, jelas tidak. Bahkan, ada satu fakta yang sedikit mencengangkan mengenai Nietzsche yang baru saya tahu. Di akhir hayatnya, menurut David Tutt, seorang doktoral Sekolah Pascasarjana di Eropa, Nietzsche ingin merasakan hidup berdampingan dengan seorang muslim untuk mengetahui bagaimana mereka mampu mempertahankan multikulturisme dalam ikatan keyakinan yang sama. Sayangnya, sebelum keinginannya terkabul, ia telah menghembuskan napas terakhirnya.

Islam, merupakan agama yang sempurna dan menyeluruh. Syamilan wa kamilan. Sebuah agama yang memiliki peraturan yang khas mengenai segala aspek kehidupan. Mulai dari bangun tidur sampai bangun negara. Nah, jika Islam harus disekularkan, diberi kewenangan hanya dalam mengurusi masalah ibadah saja, maka di mana letak Islam yang sempurna dan menyeluruh itu?

Lagipula secara historis, maka kita akan dapati bahwa penerapan Islam dalam seluruh aspek kehidupan, mampu menorehkan tinta emas dalam sejarahnya selama 1400 tahun lamanya. Bahkan tak hanya untuk kaum muslim, sebagaimana yang pernah disebutkan oleh Karen Armstrong. Ia menyebutkan bahwa di bawah naungan Arab (kepemimpinan Islam red.), tiga agama samawi mampu hidup berdampingan.

Jika saja Nietzsche--dengan segala kecerdasan yang ia punya--berkesempatan mengenal Islam, saya yakin Nietzsche takkan pernah mengeluarkan statemen Tuhan Sudah Mati yang membawanya sampai menjadi seorang atheis. Karena dalam Islam, seorang muslim harus mengejar dunia seoptimalnya untuk menjadi jalan ke akhirat sana. Ilmu, kekayaan, pernikahan, bukanlah hal yang Islam sisihkan. Malah ketiganya bisa menjadi jembatan penghubung kehidupan dunia dan akhirat sana.

Banyak hal yng ingin dituliskan, namun sayang, biasanya pembaca menjadi bosan dan kehilangan poin yang ingin disampaikan jika tulisannya begitu panjang. Semoga kita bisa berdiskusi tipis-tipis membahas hal ini di sini. Yuk mari, Gan!

Sumber: Opini Pribadi
Sumber gambar: google
Referensi: Buku Wajah Peradaban Barat (Adian Husaini), Kitab Nidzomul Islam (Taqiyuddin an-Nabhani), Republika.com, Kompasiana.com
Diubah oleh fany1453 14-01-2020 02:57
sebelahblog
4iinch
aljannating
aljannating dan 6 lainnya memberi reputasi
5
2.2K
35
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.