Hai hai Agan dan Sista jumpa lagi, ane doakan semoga GanSist selalu dalam limpahan rahmat-Nya

Proses kelahiran seorang bayi merupakan sebuah keajaiban menurut ane. Setelah lebih kurang 9 bulan 10 hari di dalam kandungan, tibalah saat yang dinantikan oleh semua pasangan yang berbahagia, di mana pada saat itu status mereka akan berubah menjadi orangtua, tanggung jawab besar yang akan mereka pikul selama membesarkan buah hati menanti.

Ane menemukan sebuah potret lawas, sebuah potret yang secara gamblang seolah bercerita tentang proses kelahiran pada masa itu.

Dijelaskan bahwasanya foto tersebut diambil sekitar tahun 1960-an. Diperkirakan lokasi tempat pemotretan terjadi di daerah Pundong, Bantul, sebuah desa kecil di Yogyakarta.

Ane takjub sekaligus merinding membayangkan jika tradisi tersebut masih digunakan untuk saat ini. Terlihat jelas sesosok makhluk mungil diletakkan di atas sebuah tikar anyaman dengan kondisi tali pusar dan ari-ari lengkap. Zaman dulu untuk proses kelahiran seorang ibu yang notabene-nya rakyat jelata hanya dibantu seorang dukun bayi. Setelahnya bayi tersebut diletakkan di tengah-tengah keluarga yang menyambut dengan suka cita dan tentu saja dikelilingi juga oleh beberapa lampu templok untuk menghangatkan tubuh sang bayi.

Konon katanya, kehadiran cahaya lampu yang berasal dari penerangan seadanya ini guna mencegah roh-roh jahat untuk mendekati sang bayi tersebut. Kepercayaan yang hingga kini masih diyakini oleh para tetua di daerah-daerah yang masih kental kejawennya.

Kalo untuk proses kelahirannya sendiri, sekarang gak bakal boleh model kek gitu, cuma tradisi yang diyakini dapat mengusir makhluk halus masih kental di daerah ane. Mulai dari acara kerayananhingga tradisi walik masih tetap dilakukan oleh dukun bayi di daerah ane.

Kerayanan sendiri merupakan syukuran untuk menyambut bayi dan ibu yang baru pulang dari rumah sakit atau bidan. Gak perlu menu mewah, cukup nasi ramesan plus pecelan ditambah bakar kemenyan plus doa-doa yang dilakukan oleh bidan bayi yang ditunjuk oleh keluarga sang bayi.

Selanjutnya, acara puputan plus cukur rambut untuk bayi jika tali pusar telah potel atau terlepas. Terakhir, walik jika umur sang bayi telah berusia 38 hari. Akan diadakan selamatan kecil-kecilan dengan mengundang keluarga, nasi rames plus pecelan ditambah awug-awug menjadi menu yang wajib ada. Ada juga tumpeng mini dengan telur ayam kampung rebus, di mana di atas tumpeng ditancapkan satu buah bawang merah dan satu cabe keriting yang telah ditusukkan ke dalam sebatang lidi. Tujuannya untuk mengusir roh-roh jahat dan tolak bala. Pada saat pembacaan doa, asap kemenyan menyertai. Kek ada aura mistis-mistisnya.

Sedangkan untuk ari-arinya sendiri dikubur bersama kendi khusus ari-ari. Bagi sebagian orang ada yang menambahkan peralatan tulis seperti pulpen atau pensil berikut bukunya, harapannya sang anak akan cerdas di kemudian hari. Setelah ari-ari terkubur kemudian bekas galian ditutup wadah semacam ember dengan lampu sebagai penerangnya. Nah, kalo ini ane juga ngubur ari-ari anak ane model kayak gini, minus peralatan tulis ya. Kalo di tempat ane, ari-ari bayi itu ibarat saudara sang bayi, jadi harus dikubur dengan layak.

Ane pribadi nggak make tradisi kerayanan hingga walik, wes pokoe pasrah Lillahi Taala ae, moga selalu diberi kesehatan dan keselamatan buat ane dan bayi ane.

Ane pamit undur diri, sampai jumpa di thread ane selanjutnya