Surobledhek746Avatar border
TS
Surobledhek746
Mulutmu Harimaumu, Prasangka Menghancurkanmu

Jol!
(Sambil melambaikan tangan ke arah jalan)
Jooool, ojollll!!
(Lagi, melambai-lambai)
Ojol, wueeee! Ojo lali
(Ia duduk kembali di sampingku)


Saat itu kami memang sedang berada di pinggir jalan. Yang dipanggil ojol itu ojek perempuan. Aku melihat betul, karena aku sedang memperhatikan jalan. Orang di sebelahku memang sedang menantikan ojek.

"Tak eleng-eleng, mbesok lek tak celuk gelem, tak garap rame-rame kapok!" gerutunya.

Beruntunglah aku tak mengenal orang itu. Jadi biar pun kami duduk bersisian dia bukanlab temanku. Walau secara hukum, ketika terjadi tindak pidana, aku mungkin saja dianggap sebagai temannya, minimal akan dijadikan saksi atau malah dianggap bersekongkol dengannya.

Sementara gerutunya yang lain: Mbok yo jadi bojoku wae. Uenak ongkang-ongkang kaki. Mbek sekali-kali mlumah ngladeni aku.

Dan sumpah serapah lain, yang tak pantas aku tulisan semuanya.

Orang itu mungkin saja tak menyadari, kalau si ojol perempuan itu tergesa-gesa karena anaknya sedang sakit. Mungkin juga ibunya sedang sekarat, atau suaminya sedang kecelakaan, dan lain kemungkinan.

Jadi meskipun dia melhat orang membutuhkan jasanya, dan dia jua menyadari begitu penting pendapatannya hari ini. Semua dilewatkan karena ada keperluan yang lebih mendesak dan lebih penting dari segalanya.

Kira-kira begitulah sedikit yang aku sampaikan pada orang itu.

Jawababnya sungguh mengiris hati, "Kalau gak niat jadi ojek perempuan, harusnya tak usah memakai baju jaket seragam ojek. Biar saya gak memanggil manggil. Memanggil-manggil itu capek, dan malu. Masak orang seperti saya dicuekin ojol sih!" Begitulah kira-kira bahasa Indonesianya.

Bukankah prasangka buruk itu membunuhmu?

Dahulu, ketika sahabat Rasullulah dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa, "Jka saya menemukan orang yang sedang mengumpat Tuhannya, dan saya akan mengatakan, orang itu sedang bersyair. Ketika saya dapai jenggotnya basah karena khamer, saya akan berkata, mungkin temannya telah memerciki khamer itu ke jenggotnya. Dan sebagainya."

Demikianlah, begitu banyak orang sekarang yang cekala karena prasangkanya. Sengsara karena mulutnya. Lalu bagaimana orang yang ada di sampingku tadi demikian dengan leluasa berprasangka dan mengeluarkan sedemikian kotornya.

Bagi sebagian orang mungkin akan beranggapan, "Akh, yang penting bukan hati saya. Biarlah dia berprasangka macam-macam. Dia akan menanggung derita atas prasangkanya. Biarkan juga orang leluasa dengan mulutnya. Apa pun yang terucap kita tidak akan menanggung akibat dari yanh kita dengarkan."

Tapi saya begitu sedih dan miris sekali. Demikian rendahkah sebuah profesi yang dijalani oleh orang lain. Serendah apa pun profesi yang digeluti yang penting halal dan tak merugikan orang lain. Apa peduli kita? Yang penting tidak mengganggu dan merugikan kita.

Orang itu tidak tahu, kalau ternyata orang yang sedang dia ajak ngobrol ini memiliki kakak perempuan yang berprofesi sebagai tukang ojek juga. Edan memang!

Banyak ibu yang bekerja membanting tulang di luar rumah. Entah membantu suami, entah karena hidup sendiri dan harus menghidupi keluarga. Kemiskinan dan kesusahan memang memaksa apa pun jadi perkerjaan. Tinggal satu saja kuncinya. Menjaga diri dari pekerjaan dan perbuatan yang terlarang. Baik larangan agama maupun larangan negara. Semoga saja.

Hari ibu, hari dimana para ibu mendapat penghormatan. Satu hari dalam setahun diberikan waktu libur dalam kalender. Lantas benarkah para ibu di hari ibu ini sedang libur dan liburan? Kayaknya enggak deh!

Ibu tetaplah ibu, seorang wanita yang memiliki kerja rangkap-rangkap. Hingga rangkapnya saking banyaknya memebihi tinggkatan hotel mewah dan tertinggi di dunia.

Bayangkan saja, sejak bangun pagi, hingga mau tidur lagi di malam hari. Pekerjaan demi pekerjaan dikerjakan. Bahkan, dalam tidurnya pun kadang masih diminta sambil bekerja oleh suaminya. Dasar kebangetan!

Duhai para anak, jadilah anak. Ada ibu yang layak kita junjung tinggi. Tak perlu sehari dalam setahun melakukan itu. Mari kita lakukan tiap hati. Tiap detik berbakti dan menyayangi serta memuliakan ibu. Di kakinya ada surga. Laknatnya tak menunggu lama. Tidak percaya? Coba saja. Sengsarkaan ibu kita, lalu nikmatilah kepedhan yang tiada tara.
kelayan00
tien212700
tien212700 dan kelayan00 memberi reputasi
2
860
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.