meildaputeriAvatar border
TS
meildaputeri
Wanita Soleha


*

"Ayo, Sya ...! Jogeeet!" Erin setengah berteriak padaku. Menggoyangkan badan mungilnya ke kiri dan kanan mengikuti irama. Suara dentuman memenuhi ruangan. Cumiakkan telinga.

Aku tersenyum kecil padanya, memegang sebotol air mineral yang kubawa tadi dari rumah.

Beberapa orang menoleh padaku, tak sedikit yang mencibir, bahkan juga menunjukkan tampang yang seolah-olah mengatakan, 'sok suci'.

Aku mengulum senyum, mengalihkan pandangan dari mereka. Karena dulu, aku juga seperti itu. Bahkan, lebih buruk dari itu.

"Sya! Ayo ih, sekali doang!" Erin datang, meraih tanganku dan menariknya sedikit keras.

"Aku liat kamu aja, Rin," bisikku pelan, "Malu aku!"

Erin menghela napas, melepas pegangan tangannya dan menyuruhku duduk dengan baik lagi. Lalu, menyuruhku menunggu sebentar.

"Masih suka rasa yang itu ternyata," kataku menunjuk botol yang dibawanya saat gadis itu kembali.

Erin tertawa, mengempaskan diri di kursi kosong di sampingku. Kemudian berkata, "Aku kan istiqomah, Sya. Pfft ... bahasa alimnya."

"Istiqomah apaan?" Aku membalas, lalu ikut tertawa.

"Minuman favoritenya lah, gak kayak kamu. Dulu megang bir, sekarang air bening!" ledeknya.

"Heh!"

Dia tertawa.

"Gak kangen Sya sama hal beginian? Udah dua tahun lebih loh ngilang."

Aku menatapnya, membuka botol air mineralku dan meneguknya.

"Kangen, Rin. Makanya aku ikut kamu ke sini," jawabku jujur. Karena bagaimana pun, dulu aku besar di tempat ini. Setiap malam, hingga menjelang pagi. Menikmati kebebasan, bersama mereka yang jauh dari Tuhan.

"Makanya, mending lagi di sini, nikmatin malemnya, yuk!" ajaknya dengan senyum semringah. Terlihat begitu antusias.

Aku menggeleng.

"Yakin gak mau joget? Hobimu loh, ini," tawarnya lagi. Menyentuh jemariku dan menggenggamnya erat.

Aku membuang pandangan, menahan napas dan mengembuskannya pelan. Menahan rasa ingin dan rindu yang memberontak. Sangat berat. Ibarat ditawari minum air es di padang pasir saat sedang puasa.

"Masa aku joget pake gamis begini?"

Erin menatapku dalam, "Siapa suruh sih pake baju ginian ke sini? Udah disuruh ganti juga ngeyel. Ya udah si pake baju aku aja. Mending bawa tadi."

Aku menggeleng, "Gak, malu!"

Dua tahun aku mencoba memperbaiki diri. Hanya karena rindu, aku akan melupakan semua itu?

Tidak.

"Udah si, gak apa-apa. Gak ada yang liat juga," kesalnya. Menatapku jengah.

"Rin ... Allah yang liat." Aku menjawab lirih. Menyentuh lengannya, mengusapnya pelan. "Aku ke sini, cuma sekedar kangen, Rin. Bukannya mau kembali," lanjutku.

"Tapi kamu kangen, gak ada salahnya kan ngulangin satu malem?"

"Aku berhasil make ini aja susahnya kayak apa, Rin. Gak mungkin aku lepas gitu aja. Sekangen-kangennya aku, aku gak bakalan nyoba lagi."

Erin terdiam. Matanya menatapku dalam. Segurat luka terbesit di sana. Menyebabkan mata indahnya berkaca-kaca.

"Kalo gitu, pertahanin, Sya. Dan di sini, bukan tempatnya," katanya. Menepis tanganku.

"Ayo pulang, aku antar sampai luar." Erin melangkah mendahuli.

Aku menatap punggungnya yang menyelip di antara punggung-punggung yang lain. Meremas tangan sendiri, menghela napas dan melangkah menyusul.

*

Mengempaskan tubuh di atas pembaringan. Mengusap wajah dengan kasar. Masih terbayang bagaimana raut wajah Erin saat melambaikan tangan padaku tadi. Juga bagaimana ia memelukku erat dengan suara serak menahan ... entah.

Lalu berbisik, "Istiqomah, ya, Sya. Jangan kembali ke lingkaran hitam lagi. Aku bangga kamu berubah jadi bidadari."

"Terus kamu kapan?"

"Aku belum bisa, Sya. Kayaknya karena udah terlalu jauh masuk ke jurang," kekehnya. Mengantarku masuk ke mobil, pura-pura sibuk menelpon dan setengah berlari pergi. Masuk kembali.

Aku menghela napas. Menduduki diri di atas ranjang, membuka kain hitam bersegi empat yang kukenakan. Lalu meletakkannya di atas paha.

Kain penutup ini ....

Dulu, pemberian seseorang.

Seorang pemuda dengan usia terpaut beberapa tahun di atasku. Pemuda yang dulu menjadi kakak kelasku saat di Sekolah Dasar dulu.

Tetangga samping rumah yang pindah setelah hari kelulusannya. Yang kembali lagi setelah bertahun-tahun lamanya, hanya untuk memberi kain ini.

Padaku.

Masih teringat jelas saat dia datang, dengan baju koko berwarna putih, peci hitam dan sarung biru dongker. Mengetuk pintu rumah dengan kepala menunduk.

Sedangkan aku, tengah mencabut rumput di halaman depan rumah. Sempat mengira kalau ia hanya pura-pura tidak melihatku, karena waktu itu aku tengah duduk berjongkok di sana.

"Cari siapa, Mas?" Aku menghampiri dan bertanya dari samping. Ia terlihat sedikit terkejut, menoleh padaku dan langsung mengalihkan pandangannya lagi ke arah pintu.

Kenapa dia? Pikirku waktu itu.

"Ini, cuma mau kasi ini," katanya menyodorkan paper bag berukuran sedang. Masih tanpa menoleh juga. Aku menyerngit, meraih paper bag itu dengan ragu.

"Ini bukan bom kan, Mas?"

Dia terkekeh, lalu menggeleng. "Aku pulang dulu," katanya, "Assalamu'alaikum."

"Wa-wa'alaikumussalam," jawabku gelalapan.

Pemuda dengan kumis tipis itu berbalik, lalu melangkah cepat keluar pagar. Aku mengamati benda yang ia berikan. Lalu menatap heran padanya.

Siapa itu? Apakah ia mengenalku?

Tanganku terlulur menyentuh isinya.

Sebuah jilbab berukuran cukup besar, buku panduan solat, MP3—berisi pengajian dan murottal, juga secarcik surat tanpa sampul.

Berhijrahlah, Aisya. Karena sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita soleha.

-Imran.


Imran?

Bukankah dia ... tetanggaku yang pindah itu?!

Lalu, dari surat itulah semua berawal. Aku memutuskan berhenti dari dunia gelapku. Mengasingkan diri dengan niat menjadi lebih baik. Karena aku mau menjadi sebaik-baiknya perhiasan.

Wanita soleha.

*
Diubah oleh meildaputeri 20-12-2020 03:32
indrag057
deeazz
bukhorigan
bukhorigan dan 6 lainnya memberi reputasi
7
2.1K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.