Achmad474Avatar border
TS
Achmad474
Pemahaman olah sukmo *lanjutan*
Contoh-contoh ilmu dalam olah sukma :

Ilmu Terawangan Gaib.
Terawangan Gaib adalah kemampuan untuk melihat secara gaib ke tempat-tempat yang jauh yang jaraknya tidak cukup jelas untuk dapat dilihat dengan mata kepala kita. Kemampuan melihat gaib menjadi dasar untuk ilmu terawangan gaib. Ilmu terawangan gaib ini bisa digunakan untuk melihat sosok-sosok gaib atau melihat suatu lokasi / objek tertentu, di tempat yang jauh.

Banyak orang yang mampu melihat gaib, tetapi tidak mengetahui prinsip cara kerjanya, sehingga seringkali terawangan gaib tidak dibedakan dengan kemampuan melihat gaib, sehingga oleh banyak orang seringkali dianggap sama, walaupun sebenarnya berbeda. Kemampuan melihat gaib adalah dasar untuk terawangan gaib. Terawangan gaib adalah mendayagunakan kemampuan melihat gaib untuk dapat mendeteksi / melihat suatu objek di tempat yang jauh.

Kemampuan melihat gaib dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu melihat gaib dengan cakra mata ketiga, melihat secara batin dan melihat secara roh. Masing-masing cara melihat gaib ini memiliki kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri.

Masih ada satu cara lagi dalam melihat gaib, yaitu dengan bantuan khodam gaib atau sosok halus tertentu. Cara melihat gaib ini adalah dengan menerima penglihatan gaib, yaitu seseorang menerima suatu penglihatan gaib dengan cukup jelas tentang sosok-sosok gaib, atau tentang suatu objek di suatu tempat, atau tentang suatu kejadian pada masa lalu atau masa depan. Sosok gaib itu memberikan gambaran penglihatan gaib di dalam pikiran seseorang.

Penglihatan gaib ini diterima di dalam pikiran seseorang dari suatu khodam ilmu, khodam pendamping, atau sosok gaib tertentu yang berkenan kepadanya. Cara penglihatan gaib ini banyak dilakukan oleh peramal-peramal dalam meramalkan suatu kejadian, karena dengan cara ini ia dapat melihat suatu kejadian dengan cukup jelas di dalam pikirannya (orang Jawa sering menyebut ini sebagai kaweruh / wangsit / wahyu).

Kemampuan ini seringkali didapatkan sejak seseorang masih kecil, sehingga sering disebut “bakat bawaan lahir”. Kondisi ini mirip seperti seseorang yang ketempelan gaib, yang tanpa belajar sebelumnya tetapi kemudian bisa mengobati orang atau bisa meramal. Kemampuan ini didapatkan tanpa belajar, tanpa usaha, tanpa perlu menjalankan suatu laku tirakat, dan bukan berasal dari kemampuannya sendiri, karena penglihatan itu diterimanya dari sosok gaib lain.

Tetapi kemampuan melihat gaib dengan menerima penglihatan gaib bisa juga dipelajari. Ada banyak amalan ilmu gaib yang tujuannya khusus untuk kemampuan melihat gaib, mendatangkan penglihatan gaib, atau menggerakkan khodam ilmu / pendamping untuk memberikan penglihatan gaib atau untuk merogoh sukma. Proses yang umum adalah dengan cara “pengisian ilmu” (diijazahkan). Biasanya sesosok mahluk halus disatukan dengan seorang murid dengan cara memberikan air minum yang dibumbui minyak dan mantra, rajah gaib, atau media spiritual lainnya. Selain itu bisa juga sesosok gaib membawa roh seseorang keluar dari tubuhnya untuk melihat-lihat alam gaib.

Jadi dengan bantuan khodam gaib atau sosok halus tertentu seseorang bisa melihat gaib dengan cara :

Sosok gaib itu memberikan gambaran penglihatan gaib di dalam pikirannya.
2. Sosok gaib itu membawa rohnya keluar dari tubuhnya untuk melihat alam gaib.
3. Dengan membacakan amalan gaib untuk melihat gaib atau untuk merogoh sukma.
Kelemahan melihat gaib dengan menggunakan suatu khodam gaib adalah bahwa kondisi alam gaib yang dilihat oleh si manusia bisa jadi adalah kejadian yang sebenarnya, tetapi kadangkala juga palsu, karena apa yang dilihatnya adalah gambaran gaib yang diberikan oleh si khodam gaib, yaitu gambaran gaib yang si khodam ingin supaya si manusia melihatnya, yang kadangkala bukan kondisi alam gaib yang sesungguhnya.

Melihat gaib dengan cakra mata ketiga.
Melihat gaib dengan cakra mata ketiga adalah melihat gaib dengan mendayagunakan kemampuan gaib dari cakra energi yang ada di dahi, di antara 2 alis mata. Tetapi yang tidak disadari oleh banyak orang adalah pada saat seseorang melihat gaib dengan cakra mata ketiga ini, roh sedulur papatnya bergerak keluar dari tubuhnya (pergerakannya tidak disengaja dan tidak disadari).

Bila digunakan untuk melihat jauh, maka roh sedulur papatnya keluar mendatangi objek sasaran yang ingin dilihat, kemudian mengirimkan gambarannya kepada roh pancer di dalam tubuh (kesadaran / pikiran) melalui jalur energi cakra mata ketiga, sehingga seseorang akan “merasa” dapat melihat gaib secara langsung. Dengan kata lain, apa yang dilihat oleh roh sedulur papatnya itu disampaikan kepada pancernya, melalui jalur energi cakra mata ketiga, sehingga pancernya dapat ikut melihatnya, sehingga seseorang akan “merasa” dapat melihat gaib secara langsung dan secara sadar.

Kemampuan melihat gaib dengan mata ketiga kuncinya adalah adanya ikatan kuat dan komunikasi antara sedulur papat yang berada diluar tubuh dengan sukma di dalam tubuh, melalui jalur komunikasi cakra energi mata ketiga.

Pada saat seseorang melihat gaib dengan cakra mata ketiga ini, roh sedulur papatnya bergerak keluar dari tubuhnya. Jadi yang melihat gaib adalah sedulur papatnya, yang keluar dari tubuhnya, yang kemudian mengirimkan gambaran penglihatannya kepada sukma di dalam tubuh melalui jalur komunikasi cakra energi mata ketiga.

Kemampuan melihat gaib ini tidak begitu saja secara otomatis terjadi pada orang yang telah terbuka cakra energi mata ketiganya, misalnya yang dibuka dengan olah tenaga dalam / prana / kundalini. Cakra-cakra energi tubuh yang dibuka untuk tujuan pengolahan energi tubuh tidak langsung berhubungan dengan alam gaib dan kegaiban. Untuk dapat melihat gaib harus ada pergerakan sukma, walaupun pergerakan itu seringkali terjadi tidak disadari dan tidak disengaja. Untuk keperluan melihat gaib, maka cakra-cakra tersebut harus dibuka khusus untuk tujuan kegaiban, bukan untuk tujuan pengolahan energi tubuh. Dengan telah terbukanya cakra energi di dahi mempermudah “jalur komunikasi” antara sedulur papat di luar tubuh dengan sukma di dalam tubuh.

Kemampuan seseorang yang dapat melihat gaib melalui cakra mata ketiga merupakan suatu kelebihan dibandingkan orang lain yang tidak mampu melakukannya, tetapi dari sisi keilmuan gaib, kemampuan itu juga masih mempunyai kelemahan.

Walaupun dengan kemampuan melihat gaib melalui cakra mata ketiga orang merasa dapat melihat gaib secara langsung dengan cukup jelas, tetapi seringkali kemampuan melihat dengan cara ini hanya dapat untuk melihat kegaiban tingkat rendah saja. Cakra mata ketiga merupakan bagian dari fisik manusia yang kekuatannya terbatas, dan kemampuan melihat gaib dengan cakra mata ketiga tersebut sangat bergantung pada kekuatan energi cakranya. Dan setelah dapat melihat gaib, biasanya seseorang sudah merasa puas, energi kekuatan cakra mata ketiganya tidak ditingkatkan kualitasnya, sukmanya sendiri (roh pancer dan sedulur papatnya) juga tidak diolah untuk memiliki kekuatan gaib yang tinggi, kepekaan batinnya juga tidak dilatih supaya lebih tajam, sehingga seringkali kemampuan ini hanya dapat digunakan untuk melihat / mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi rendah saja, dan tidak dapat melihat / mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi tinggi.

Melihat gaib melalui cakra mata ketiga mengharuskan adanya komunikasi antara roh sedulur papat dengan roh pancer. Dengan demikian seseorang harus melakukannya dengan konsentrasi khusus (dan seringkali juga akan melelahkan pikiran). Kualitas penglihatan gaibnya tergantung juga pada kemampuannya membaca gambaran gaib yang dikirimkan oleh roh sedulur papatnya yang mengalir di pikirannya.

Ketergantungan pada kemampuan melihat gaib itu juga akan menyebabkan seseorang menjadi tidak peka batinnya, tidak dapat mendeteksi kegaiban di lingkungannya berada, tidak bisa mengedepankan “rasa”. Orang-orang yang peka rasa batinnya akan dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya berada, tetapi orang-orang yang terbiasa melihat gaib dengan mata ketiga seringkali tidak dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya, kecuali mereka melihat sosok-sosok gaibnya, dan seringkali juga tidak mengetahui kesejatian dari apa yang dilihatnya, sehingga seringkali orang-orang tersebut tertipu dengan penglihatannya, dan mereka akan memberikan cerita-cerita penjelasan kepada orang lain yang awam yang tidak sesuai dengan hakekat kesejatian dari apa yang dilihatnya, ceritanya akan bersifat dogma dan pengkultusan.

Kelemahan lainnya, orang-orang yang memiliki kemampuan melihat gaib seperti di atas seringkali tidak dapat mengendalikan penglihatannya, mata ketiganya terus terbuka dan terus melihat gaib, walaupun tidak sedang ingin melihat gaib.

Pada orang-orang tersebut, kelemahan lainnya adalah jika kekuatan sukma dan penyatuan antar sukma belum cukup kuat. Misalnya saja dalam kondisi tidur dan bermimpi, diluar kontrolnya roh sedulur papatnya pergi keluar dari tubuhnya, suatu saat akan dapat menjadi musibah jika roh sedulur papatnya ditangkap oleh roh halus lain. Akibatnya, orang tersebut akan dapat menjadi lemah ingatan, lupa ingatan, lemah tubuhnya dan sakit-sakitan, bengong melamun tak sadarkan diri, dsb.

Pada masa sekarang ini sangat jarang ada orang yang dapat melihat gaib dengan mata ketiga. Kebanyakan mereka melakukannya dengan melihat gaib secara batin, termasuk para praktisi paranormal dan praktisi ilmu gaib yang sering muncul di TV. Sebenarnya yang mereka lihat awalnya juga hanya sekelebatan bayangan saja, tidak sempurna, sehingga pengetahuan mereka tentang alam gaib juga terbatas, tetapi dengan mempertunjukkan keilmuan gaibnya yang lain mereka tampak seolah-olah benar mumpuni dalam hal melihat gaib. Tetapi kemampuan tersebut pada sebagian dari mereka memang sudah dilatih, sehingga penglihatan mereka dapat lebih tajam dan lebih jelas, bukan hanya melihat sekelebatan bayangan saja.

Pada masa sekarang ini kemampuan melihat gaib dengan cakra mata ketiga lebih banyak dimiliki oleh orang-orang yang bisa melihat gaib sejak kecil, merupakan kemampuan yang terjadi secara alami.

Melihat secara batin.
Melihat gaib secara batin berbeda dengan melihat gaib melalui cakra mata ketiga. Melihat gaib secara batin adalah melihat gaib dengan mengandalkan ketajaman / kepekaan rasa dan batin (ketajaman indera keenam) dan sedulur papatnya tidak bergerak keluar tubuh, biasanya cakra mata ketiganya juga belum terbuka.

Dengan cara ini yang melihat gaib bukanlah mata dan kesadaran kita, tetapi adalah kepekaan batin kita yang mampu mendeteksi keberadaan suatu gaib di sekitar kita. Kalau tidak kuat lama berfokus pada kepekaan batin, seringkali gambaran gaib yang tertangkap hanya sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, dan untuk mendapatkan informasi gambaran yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan wangsit atau ilham dari roh sedulur papat.

Melihat secara batin ini biasanya terjadi pada orang-orang yang peka / tajam batinnya, atau pada orang-orang yang mendalami penghayatan kebatinan atau ilmu-ilmu batin. Orang-orang yang menekuni suatu kebatinan tertentu biasanya memiliki batin yang peka, kuat dan tajam, dan memiliki kedekatan dengan roh sedulur papatnya, sehingga orang-orang tersebut dapat mengerti tentang kegaiban, rasa dan firasat. Kepekaan dan ketajaman batin (indera keenam) mereka tidak semata-mata dimaksudkan untuk melihat gaib, tetapi bersifat umum dalam segala bidang.

Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya digunakan untuk peka rasa terhadap suasana gaib di sekitar tempat mereka berada dan berkomunikasi dengan para mahluk gaib yang ada. Komunikasi dengan roh-roh lain (juga dengan roh sedulur papatnya) dilakukan secara kontak batin atau kontak rasa, bukan melalui jalur komunikasi cakra mata ketiga, sehingga tidak harus melakukannya dengan konsentrasi khusus melihat gaib.

Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya bukan hanya dapat untuk mendeteksi keberadaan sosok mahluk gaib, tetapi juga peka untuk merasakan tanda-tanda alam beserta kegaiban di dalamnya, peka rasa untuk menilai kepribadian orang lain, peka rasa tentang suatu kejadian yang akan terjadi (weruh sak durunge winarah) dan sering mendapatkan ilham / wangsit tentang suatu kejadian tertentu yang akan terjadi. Kepekaan dan ketajaman batin mereka itu juga dapat untuk mengetahui kegaiban tingkat tinggi, tergantung pencapaian masing-masing orang. Bukan sekedar untuk melihat gaib, kepekaan rasa yang disatukan dengan kekuatan kebatinan juga menjadi kekuatan mereka untuk mengusir roh-roh halus atau untuk menjadikan suatu kejadian gaib.

Jadi kemampuan mereka melihat gaib tergantung pada kepekaan rasa dan batinmereka untuk menangkap getaran-getaran kegaiban dan menangkap sinyal gaib dari roh sedulur papatnya, tingkat kesatuan sukmanya dan kekuatan sukmanya.

Melihat gaib secara batin tidak mengharuskan adanya komunikasi antar roh melalui cakra energi mata ketiga. Justru disitu kelebihannya, yaitu tidak bergantung pada adanya komunikasi antar roh, tidak bergantung pada cakra energi mata ketiga, dan tidak harus dilakukan dengan konsentrasi khusus.

Bila kepekaan batin kuat, orang akan mudah untuk merasakan suasana gaib di lingkungannya berada, mudah untuk menerima sinyal dari sedulur papatnya yang dapat berupa firasat, ilham, tanda-tanda petunjuk, rasa / feeling / intuisi, dan penglihatan / gambaran-gambaran gaib, dsb.

Bila tingkat kesatuan antara sedulur papat dengan kesadaran / pancer-nya lemah, gambaran gaib yang diterimanya hanya akan berupa sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, tidak jelas, dan untuk mendapatkan informasi gambaran yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan wangsit / ilham. Tetapi bila tingkat kesatuan antara sedulur papat dengan kesadaran / pancer-nya kuat, dan memiliki kemampuan yang baik untuk fokus dengan kepekaan batinnya (tidak dengan pikirannya), gambaran-gambaran gaib itu dapat diperjelas dan dapat diikuti gerakannya.

Kelemahan melihat gaib secara batin adalah sifat penglihatannya yang tidak langsung, dan seringkali dialami oleh para pemula, penglihatannya hanya bisa dibatin saja, mengawang-awang, hanya sekelebatan saja, tidak bisa dipastikan apakah yang dilihatnya itu sungguhan atau hanya halusinasi saja. Kelemahan ini bisa diatasi kalau saja kita dapat berinteraksi langsung secara energi dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, seperti dengan cara-cara olah energi dan olah rasa, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat.
Untuk keperluan itu sebaiknya kita melatih olah rasa dan olah energi, dengan latihan tenaga dalam murni atau meditasi energi, atau cara-cara kebatinan yang ada. Satu hal yang perlu diperhatikan, gunakan selalu sebelumnya untuk pagaran diri, dan jika naluri anda merasakan hal berbahaya, sebaiknya jangan diteruskan. Lebih baik :sama-sama selamat.

Pada orang-orang kebatinan jaman dulu, kekuatan kegaiban batin dan sukma mereka bisa disatukan dengan alam gaib (secara kebatinan mereka “masuk” ke alam gaib) untuk digunakan merasakan suasana gaib di lingkungan mereka berada dan untuk mengendalikan kegaiban di sekitar mereka, untuk mengusir / menyerang / menarik / menundukkan atau untuk berkomunikasi dengan sosok-sosok gaib tertentu, sehingga kelemahan melihat gaib secara batin itu tidak berlaku bagi mereka. Kelemahan itu hanya terjadi pada orang-orang yang hanya mengandalkan kepekaan rasa dan batin saja, dan tidak mempunyai kemampuan lain yang lebih daripada itu, yang tidak mempunyai kemampuan untuk “bermain” di alam roh.
Sekalipun melihat gaib dengan mengandalkan kepekaan rasa oleh para pemula seringkali dianggap sebagai suatu kelemahan, tetapi sebenarnya disitulah kelebihannya, karena itu akan menjadi dasar untuk ditingkatkan pada kemampuan yang lebih tinggi. Kelemahan ini bisa diatasi dengan berinteraksi langsung secara energi dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, seperti dengan cara-cara olah energi dan olah rasa, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat. Dengan peka rasa seseorang bisa merasakan suasana gaib di sekitarnya dan bisa semakin “masuk” ke dalam kegaiban yang ditemuinya. Dan dengan mengandalkan kekuatan kebatinannya seseorang akan dapat “bermain”, bertarung, dan berkuasa di alam gaib. Sambil berkonsentrasi peka rasa tersebut, seseorang juga bisa mengetrapkan ilmu merogoh sukma tanpa perlu amalan gaib, rohnya keluar dari tubuhnya dan masuk ke alam roh (tetapi sebaiknya jangan melakukan merogoh sukma tanpa adanya pembimbingan dan pendampingan dari guru yang benar mengerti keilmuannya).

Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata, pekarasa dan batin, weruh sak durunge winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegaiban sukma mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka, menjadikan mereka orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari kegaiban sukma mereka, sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual dan tapa brata mereka.

Selain menjadi mumpuni dalam kesaktian fisik dan kebatinan, kegaiban sukma mereka juga menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mahluk-mahluk halus tingkat tinggi, dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban, tanpa perlu amalan gaib.

*jika ada yang mau ditambahkan,silahkan post di komen ya gan 🙂😉
tien212700
ayam.kintamani
ayam.kintamani dan tien212700 memberi reputasi
2
1.2K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Supranatural
SupranaturalKASKUS Official
15.6KThread10.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.