Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kartu.prakerjaAvatar border
TS
kartu.prakerja
Warga AS dan Global Tak Bisa Gugat Pfizer-Moderna bila Alami Efek Vaksin


Jakarta, CNN Indonesia -- 

Pengacara ketenagakerjaan Dallas, Rogge Dunn, mengatakan penerima vaksin corona Pfizer atau Moderna di Amerika Serikat tidak dapat menuntut perusahaan apabila mereka mengalami efek samping parah.

Pemerintah AS kemungkinan besar juga tidak akan memberikan kompensasi untuk risiko kerusakan yang ditimbulkan.

CNBC, Kamis (17/12), melaporkan pemerintah federal telah memberi kekebalan hukum kepada Pfizer dan Moderna dengan membebaskan mereka dari tanggung jawab jika terjadi kesalahan yang tidak disengaja dari vaksin buatan mereka.

"Sangat jarang hukum kekebalan menyeluruh disahkan. Perusahaan farmasi biasanya tidak ditawari banyak perlindungan kewajiban di bawah hukum," kata Dunn.

Selain itu, penerima vaksin juga tidak bisa menuntut Administrasi Makanan dan Obat (FDA) karena telah mengesahkan vaksin untuk penggunaan darurat.

"Anda tidak dapat menuntut FDA karena menyetujui atau tidak menyetujui suatu obat. Itu bagian dari kekebalan kedaulatannya," kata Profesor di Fakultas Hukum Universitas California Hastings, Dorit Reiss.

Lebih lanjut, Rogge Dunn mengatakan bahwa kekebalan kedaulatan berasal dari raja, merujuk pada hukum Inggris sebelum Revolusi Amerika.

"Anda tidak bisa menuntut raja. Jadi, Amerika memiliki kekebalan kedaulatan, dan bahkan setiap negara memilikinya," tutur dia.

Menurut Dunn, alasan di balik pemberian kekebalan hukum terletak pada jadwal pengembangan vaksin yang dipercepat.

"Ketika pemerintah berkata, 'Kami ingin Anda mengembangkan ini (vaksin) empat atau lima kali lebih cepat dari biasanya', kemungkinan besar pabrik berkata kepada pemerintah, 'Kami ingin Anda, pemerintah, melindungi kami dari tuntutan hukum jutaan dolar," kata Dunn.

Vaksin tercepat yang pernah dikembangkan adalah vaksin untuk penyakit gondongan (mumps), dibutuhkan waktu empat tahun sebelum dilisensikan pada 1967.

Sementara vaksin Covid-19 Pfizer dikembangkan delapan bulan untuk penggunaan darurat. Fakta itu telah memicu ketidakpercayaan publik terhadap inokulasi Covid-19 di AS.

Menurut survei terbaru oleh Pew Research Center, sekitar 4 dari 10 orang Amerika mengatakan mereka "pasti atau mungkin" tidak akan menerima vaksin. Meski hasil survei ini lebih rendah daripada dua bulan lalu, tapi masih menunjukkan kesenjangan kepercayaan yang besar.

Tak hanya itu, kata Dunn, kekebalan hukum yang diberikan kepada perusahaan farmasi tidak hanya melindungi mereka dari tuntutan hukum, tapi juga membantu menurunkan biaya imunisasi.

"Pemerintah tidak ingin masyarakat menggugat perusahaan pembuat vaksin Covid. Dengan begitu, produsen kemungkinan akan mengenakan harga yang lebih tinggi kepada pemerintah untuk dosis yang diberikan per orang," kata Dunn.

PFIZER-BIONTECH

Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh raksasa farmasi AS Pfizer dan BioNTech Jerman ini adalah vaksin COVID-19 pertama yang disetujui oleh FDA AS untuk penggunaan darurat.

Cara kerjanya: Vaksin Pfizer-BioNTech menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA). Vaksin mRNA mengajarkan sel kita untuk membuat protein yang memicu respons imun di dalam tubuh kita. Ini berbeda dengan vaksin tradisional yang memasukkan kuman yang lemah atau tidak aktif ke dalam tubuh kita.

Penyimpanan: Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech perlu disimpan pada suhu minus 70 derajat Celcius, yang menghadirkan tantangan logistik, terutama untuk negara-negara miskin.

Peluncuran: Inggris adalah negara pertama di dunia yang meluncurkan suntikan vaksinasi pada 8 Desember, dengan AS menyusul sekitar seminggu kemudian pada 16 Desember. Singapura, Kanada, Meksiko, dan Arab Saudi juga telah mengizinkan penggunaan vaksin COVID-19 produksi Pfizer-BioNTech ini.

com-  Pfizer menjadi yang terdepan mengumumkan keberhasilan vaksin Covid-19 berbasis messenger RNA ( mRNA). Padahal beberapa dekade lalu, penemuanteknologivaksin mRNA ini, tak hanya diragukan tetapi banyak ditolak oleh banyak pihak.

Keberhasilan Pfizer dalam membuktikan vaksin Covid-19 berbasis mRNA, membuat teknologi vaksin tersebut menjadi yang terdepan di garis perlombaan vaksin untuk melawan pandemi virus corona yang telah menginfeksi hampir 60 juta orang di seluruh dunia.

Pfizer menggandeng perusahaan biotek asal Jerman, BioNTech, telah membuktikan bahwa mRNA adalah teknologi yang bisa diandalkan dalam upaya menemukan vaksin yang tepat saat ini.


Di balik suksesnya vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna yang berbasis mRNA, siapa sangka jika penemuan mRNA atau teknologi genetik ini pernah ditolak di antara komunitas ilmiah.

Meskipunteknologiini relatif mudah dan cepat diproduksi dibandingkan dengan pembuatan vaksin tradisional, selama ini tidak ada vaksin atau obat mRNA yang pernah mendapat persetujuan.

Saat Moderna dan Pfizer menguji vaksin mereka pada sekitar 74.000 sukarelawan, banyak ahli mempertanyakan apakah teknologinya siap untuk prime time.

“Saya khawatir tentang inovasi dengan mengorbankan kepraktisan,” kata Peter Hotez, dekan National School of Tropical Medicine di Baylor College of Medicine dan otoritas vaksin, baru-baru ini.



MODERNA

Hasil awal dari vaksin Moderna yang dijelaskan sebulan lalu oleh ahli penyakit menular terkemuka AS Anthony Fauci sebagai "sangat mengesankan".

Cara kerjanya: Sama seperti vaksin Pfizer-BioNTech, vaksin Moderna menggunakan teknologi mRNA.

Penyimpanan: Dapat disimpan selama 30 hari dengan pendinginan, enam bulan pada suhu minus 20 derajat Celcius.

SINOVAC

Dikembangkan oleh China Sinovac Biotech, vaksin yang dikenal sebagai CoronaVac ini sedang menjalani uji klinis fase 3 di tempat-tempat seperti Brasil dan Indonesia.

Selain Brasil dan Indonesia, sejumlah negara lain yang berencana menggunakan Sinovac adalah Turki dan Chili.

Cara kerjanya: Vaksin Sinovac menggunakan teknologi vaksin yang tidak aktif, yang menggunakan bentuk virus hidup yang dilemahkan untuk merangsang tubuh kita menghasilkan respons kekebalan. Vaksin ini mirip dengan vaksin flu dan cacar air.

Penyimpanan: Vaksin dapat disimpan pada suhu lemari es normal 2 hingga 8 derajat Celcius dan dapat tetap stabil hingga tiga tahun. Ini mungkin pilihan yang menarik untuk tempat-tempat di mana akses ke pendinginan sulit.

https://m.cnnindonesia.com/internasi...mi-efek-vaksin

emoticon-Cendol Ganapapun itu secepatnya dah. 1,6 juta korban meninggal, harus segera vaksinasi massal.


Sabtu, 21 Nov 2020 08:06 WIB

Hampir 1 Juta Warga China Sudah Disuntik Vaksin COVID-19 Sinopharm

Jakarta - 

Perusahaan farmasi China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) mengatakan, vaksin COVID-19 eksperimental buatannya telah digunakan ke hampir satu juta orang melalui program penggunaan darurat pada Juli lalu.

Dalam program tersebut, ada tiga kategori warga China yang masuk ke dalam prioritas pemberian vaksin, yaitu pekerja esensial dan kelompok terbatas lainnya. Bahkan penggunaan vaksin itu dilakukan sebelum studi klinis pembuktian keamanan dan keampuhannya selesai.

Pemimpin Sinopharm, Liu Jingzhen mengatakan sejauh ini tidak ada laporan terkait efek samping yang merugikan dari yang menerima vaksin.

Baca juga: Hasil Final Uji Klinis Vaksin COVID-19 Sinovac Diklaim Keluar Desember 2020

Sejauh ini, ada tiga vaksin yang sudah digunakan pemerintah China dalam program darurat tersebut. Dua kandidat dikembangkan anak perusahaan Sinopharm, National Biotech Group (NBC), dan Sinovac Biotech. Tetapi, masih belum jelas vaksin mana yang dimaksud oleh Liu.

Vaksin buatan Sinopharm menggunakan virus COVID-19 yang tidak aktif yang tidak bisa bereplikasi dalam sel manusia untuk memicu respons imun. Berdasarkan data registrasi uji klinis, vaksin ini membutuhkan dua dosis agar memberikan hasil yang efektif.

Liu mengatakan, sejauh ini vaksin eksperimental tersebut sedang menjalani uji klinis fase 3 di luar negeri dengan melibatkan 60.000 relawan dan lebih dari 40.000 sampel darah, yang diambil 14 hari setelah suntikan dosis kedua vaksin.

Para pengguna vaksin yang terdiri dari karyawan proyek konstruksi, diplomat, dan siswa yang pergi ke luar negeri sejauh ini tidak ada yang terinfeksi COVID-19.

Meski begitu, para ahli memperingatkan agar tidak menggunakan data hanya dari program penggunaan darurat, tanpa adanya hasil yang sebanding dari standar uji klinis yang dilakukan untuk menentukan efektivitas vaksin.


https://health.detik.com/berita-deti...d-19-sinopharm
Diubah oleh kartu.prakerja 18-12-2020 15:32
tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
1.5K
9
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.