Masker pintar ini dapat mendeteksi pola pernapasan penggunanya secara real time, jadi kita tidak akan sesak menggunakan dalam waktu yang cukup lama. Masker Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ini belum diproduksi secara umum namun, masih dalam penelitian lebih lanjut sebelum dipasarkan.

Masker ini menggunakan teknologi "SPYRAS start-up" yang berpusat di Inggris yang didirikan oleh George Winfield, lulusan universitas dari Imperial College di Inggris, telah berhasil menciptakan masker pintar untuk melacak dan mendeteksi kondisi pernapasan dan metode durasi setiap pernapasan pemakainya.

Situs website British Imperial College mengatakan, bahwa Winfield dan rekan setimnya di perusahaan telah bekerja untuk mengembangkan masker pintar menggunakan sensor berbasis kertas yang dapat digunakan di masker apa pun, karena ia dapat menampilkan informasi pernapasan secara real time.


Pengembang berharap Teknologi masker ini akan memberikan lebih banyak informasi tentang pola pernapasan, untuk dapat menyoroti potensi perubahan dalam kesehatan alami, yang mungkin mengindikasikan penyakit dan mendorong pengguna untuk melakukan perawatan kesehatan ke medis.

Teknologi ini bekerja dengan menempelkan sensor langsung ke masker biasa, kemudian melacak kinerja sistem pernapasan pengguna secara real time, melalui aplikasi di smartphone-nya yang sudah terkoneksi terlebih dahulu ke sensor. Sensor akan mengirimkan data berbasis algoritma dan mengenali data yang diperoleh.

Untuk keakuratan sensor mungkin akan terganggu jika mempertimbangkan faktor-faktor eksternal seperti cuaca, debu dan polusi, menganalisis kondisi eksternal dan sebagainya yang dapat memengaruhi pernapasan pengguna.


Dengan menggunakan perubahan kelembapan, teknologi sensor memberikan tingkat presisi non-invasif yang tinggi. Dan sensor dapat menghilangkannya dengan mudah, seperti ketika filter perlu diganti atau pengguna ingin mencuci maskernya, sensor pertama-tama akan menginformasikan tentang penurunan kinerja filter.

Dan saat masker diganti atau dicuci, unit elektronik akan memisahkan filter di dalam masker, dan dapat digunakan kembali nanti karena sensor dibuang untuk menjaga masker tetap steril dengan sensor pengganti di tempatnya.


Tes pada masker SPYRAS, yang dilakukan di MED-TEC Center for Testing and Evaluation of Medical Devices di University of Birmingham Trust Hospitals di Inggris, menunjukkan bahwa ia mampu melacak laju pernapasan dengan akurasi 99,5%.

Pengembang juga menambahkan aplikasi pada smartphone untuk mengidentifikasi gangguan pola pernapasan, dan melakukan latihan pernapasan jarak jauh untuk pasien dengan penyakit kronis, seperti penderita COVID-19 jangka panjang.


Referensi: Imperial graduate develops smart mask to track wearer’s respiratory patterns