Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

Ā© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

enyahernawatiAvatar border
TS
enyahernawati
Jalan-jalan ke Pakistan, Yuk ...?(4)
Baltit Fort

Journey to Northern Areas Of Pakistan

Pemberhentian keempat, Karimabad, Hunza.

Assalamu'alaikum Teman-teman semua ....
Jumpa lagi ya, di thread Enya jalan-jalan ke Pakistan, pengembaraan menuju daerah utara yang katanya 'angker' karena banyak dan ketatnya pemeriksaan.

Menurut Enya sih, memang wajib, ya, pemeriksaan ketat tersebut dilakukan. Tentu ada alasannya. Apalagi untuk wilayah yang merupakan daerah perbatasan karena berhubungan dengan keamanan kedua negara.

Jadi, kalau seandainya kami memang harus diperiksa di setiap pos pemeriksaan ... ya, kami rasa itu wajar saja. Benar, enggak, menurut Teman-teman? Kalau saya, sih, iyes!

Alhamdulillahnya, sejak dari berangkat melalui Naran Valley hingga sampai ke Sost, kami malah tidak pernah di-stop. Hanya saat menuju Khunjerab sajalah kami harus turun dari taksi, melapor di pos pemeriksaan. Itu pun memang diwajibkan untuk semua pelancong atau siapa pun yang akan menuju perbatasan di Khunjerab Pass. Namun, tak disangka, pemeriksaan pada waktu itu ternyata tidaklah seseram seperti yang diceritakan kepada kami. Sungguh, kami seperti tidak diperiksa. Malah seperti tamu saja. Diajak foto-foto dan mengobrol tentang Indonesia. Masyaallah, sungguh semua terasa begitu dimudahkan.

Yuk, langsung cuss, ah!

ā¤ā¤ā¤

Setelah menolak tawaran Abang Aman untuk menginap di Sost, kami pun memutuskan buru-buru mencari angkot terakhir. Waktu sudah sangat kasip. Alhamdulillah angkot masih ada, cuman belum ada penumpangnya. Kalau seperti itu, biasanya mereka akan batal turun ke Aliabad karena khawatir merugi melakukan perjalanan jauh tanpa membawa penumpang.

Melihat kondisi tersebut, Abang Aman melobi pengemudi tetap berangkat supaya bisa mengantar kami kembali ke Aliabad.

Subhanallah, Pak Pengemudinya pun bersedia. Akhirnya angkot berangkat hanya dengan membawa kami berempat sebagai penumpang. Masyaallah.

Untuk memanggil penumpang, Pak Pengemudi tak henti-hentinya membunyikan klakson yang super duper keras. Sepertinya untuk memberi tahu penduduk desa yang dilewati bahwa masih ada angkot yang menuju Aliabad. Angkot berjalan sangat lambat, bahkan sampai berputar balik beberapa kali berharap untuk mendapatkan penumpang. Duuuh!

Sepanjang jalan saya terus berdoa agar angkot ini mendapat penumpang lagi. Alhamdulillah, akhirnya ada juga empat orang yang naik. Lumayanlah meski tak penuh, minimal ada tambahan pemasukan daripada hanya membawa kami berempat. šŸ‘

Oh ya, kami sempat berfoto sejenak dengan Pakistani asli Hunza. Wajah mereka ini sedikit berbeda, tipikal bangsa barat yang bermata biru dan berkulit putih. Kami sudah izin mereka untuk me-share foto ini.

Tipikal Pakistani from Hunza

ā¤ā¤ā¤

Pukul 20.00 waktu setempat, sampai juga kami di Aliabad Hunza, setelah menikmati dinginnya Khunjerab. Perasaan letih bepergian seharian terbayar dengan rasa takjub. Masyaallah....

Kami langsung segera menuju hotel untuk beristirahat. Eh, ternyata, perut tak bisa diajak kompromi. Sudah jatahnya minta diisi. Demi menghemat tenaga karena besok kami berencana ke Karimabad, maka kami memutuskan makan malam di restoran hotel saja.

Restoran hotel

Dasar ya, selera enggak bisa berbohong. Meskipun makanan hotel lumayan enak, tetapi tetap saja makanan dan jajanan pinggir jalan yang jadi nomer satu.
Eits, mengaku!
Selera kampung, nih, ye .... hahaha.

Akhirnya, selesai makan di restoran hotel tersebut dan setelah meletakkan ransel dan bawaan lainnya di kamar, kami pun kembali turun ke jalan mencari jajanan.

Alih-alih menghemat waktu. Yang ada malah kami menghabiskan malam dengan mencoba berbagai macam kuliner pinggir jalan yang ada. Sup Afghan, kentang goreng masala, dan makan ayam panggang khas Hunza, kami jabanin. Nah, makanan yang terakhir itu, ayam panggang khas Hunza, rasanya asli, mirip banget ama rasa ayam panggang rumah makan Padang. Oh, tidaaak! Kami senang luar biasa, serasa sedang makan di restoran Padang saja, ihiks, ihiks, ihiks. Sampai terharu .... šŸ˜

Sup Afghan dan chips alias kentang goreng

Jajanan pinggir jalan

Setelah kenyang, eh, mungkin kekenyangan ya, tepatnya, hehehe, kami pun kembali ke hotel, bersih-bersih diri dan tidur. Agenda besok, kami akan jalan-jalan mengeksplor Karimabad sebelum kembali ke Gilgit Baltistan.

Sengaja kami memilih kembali ke Gilgit lagi sebelum pulang mengakhiri petualangan ini, meski di Aliabad, Hunza juga ada angkot yang langsung ke Islamabad. Itu karena Gilgit Baltistan merupakan ibukota provinsi, sehingga lebih banyak pilihan angkutan umum yang akan membawa kami kembali ke Abbotabad, Rawalpindi ataupun ke Islamabad. Tinggal mentukan pilihan saja, sesuai kehendak hati, ke mana nantinya akan berlabuh. Aih, kok, malah jadi romantis begini? Hahaha.

ā¤ā¤ā¤

Kukuruyuk ....
Subuh sudah menjelang. Meski tubuh masih lelah, tetapi kami semua harus segera bersiap untuk kembali melanglang buana.

Oh ya, kira-kira kokok ayam di sini, sama enggak ya, dengan di kita? Asli, lho, saya penasaran karena kata si bungsu yang sering menjadi pemerhati, bunyi kokok ayamnya berbeda. Dia selalu mengatakan hal itu, hehehe. Entah beda apanya, ya? Jadi penasaran.šŸ˜šŸ˜šŸ˜šŸ¤”

Selesai bersiap-siap, dengan naik angkutan umum yang puanasse pool, padahal hari masih jam delapan pagi, kami pun tiba di Karimabad. Hanya sebentar saja, lima belas menit perjalanan.

Wisata kali ini kami jalani dengan serba terburu-buru, mengejar waktu karena siang ini, setelah dari Karimabad, kami harus langsung check out dari hotel pukul 14.00 waktu setempat, untuk segera kembali ke Gilgit Baltistan. Tidak boleh terlambat, supaya tidak ketinggalan Hiace terakhir. Duuuh, perasaan kami ini selalu memilih angkot yang terakhir, ya! šŸ˜…šŸ˜…šŸ˜…

ā¤ā¤ā¤

Setelah saya amati dan nikmati, menurut saya, kota Aliabad dan Karimabad Hunza ini sama saja. Sama-sama panas dan gersang. Sepertinya, dikelilingi oleh puncak bersalju tak lantas membuat kota ini menjadi sejuk. Salju di puncak gunung ternyata tidak berpengaruh banyak terhadap suhu udara.

Karimabad Hunza

Bukan hanya matahari saja yang panas, tetapi hawa dari tanah pun sepertinya sangat membara. Angin yang berembus, terasa seperti hawa yang baru saja keluar dari pembakaran. Panas, Booo! šŸ˜šŸ˜šŸ˜

Karimabad Junza

Jadi, yang namanya musim panas, ya, tetap aja musim panas meskipun ada gunung es di dekatnya. Itu, kata saya, lho, ya, bukan kata peneliti. Herannya, salju di puncak gunung itu tak pernah mencair. Benar-benar abadi.

Eh, tapi Naran Valley, Babusar Top, dan Khunjerab Pass, ternyata tetap dingin, ya, di puncak-puncaknya musim panas ini. Oh, iya, ya. šŸ¤”

Namun, semua rasa panas dan gersang itu, akan berubah di saat musim dingin tiba. Kota di lembah ini akan menjadi sangat cantik; memutih eksotik.

Oh ya, satu hal yang membuat kota Karimabad ini lebih ramai adalah karena banyaknya hotel juga pelancong yang datang ke sana.

Adanya dua peninggalan bersejarah yang sudah tercatat dalam national geographic, yakni benteng, Baltit Fort dan Altit Fort, membuat kota ini menjadi semakin terkenal sebagai objek tujuan wisata sejarah.

Baltit Fort berada di ketinggian dan hanya sebagian kecil saja jalannya yang bisa dicapai dengan kendaraan bermotor. Sisanya harus dicapai dengan berjalan kaki. Tidak terlalu jauh. Dengan berjalan santai, hanya butuh sekitar 30 menit saja untuk mendaki.

Jalan menuju Baltit Fort. Aslinya jalan ini mendaki lumayan curam.

Pemandangan dari benteng Baltit Fort sangat luar biasa. Lembah Karimabad Hunza, tampak jelas. Pegunungan yang sebagian ditutupi putihnya salju menambah eksotik lukisan alam ini. Sungguh menakjubkan.

Area sekitar Batit Fort

Bersama Bapak Penjaga Benteng Baltit

Baltit Fort dari sisi lain

Masih serba batu, temasuk beberapa rumah

Masih serba batu

ā¤ā¤ā¤

Sementara itu benteng Altit Fort, letaknya lebih rendah, di dataran yang rata dan sedikit tersembunyi. Cocok sekali, sesuai dengan julukannya sebagai benteng yang tersembunyi.

Dilihat dari jauh--dari jalan masuk--sepertinya benteng Altit ini dekat. Maka kami pun mencoba berjalan kaki di panasnya cuaca saat puncak musim panas ini. Uji nyali.

OMG, ya, ampun ....
Menyerah deh! Tak sanggup. Panasnya jalanan membuat kami seperti sedang di dalam oven saja. Pantas, tak ada orang yang berjalan kaki. Tak ada satu pun, kecuali yang sedikit gila, seperti kami. šŸ˜šŸ˜šŸ˜

Akhirnya, kami harus menyewa mobil lagi menuju ke benteng Altit tersebut. Ternyata, dekat itu hanya dalam pandangan mata doang. Jauh, Boo .... šŸ˜…

Kalau dipaksa dibawa jalan kaki saat musim panas di bulan juli ini, sepertinya saat sampai di benteng, mungkin hanya gigi kami saja yang masih keliatan putih. Yang lainnya ... gosong! Hahaha.

Kalau di musim dingin--kata Pak Supir Taxi--memang banyak turis yang berjalan kaki santai menuju benteng. Selain karena jalanannya yang rata dan tidak banyak jalur mendaki, para turis itu memang sengaja memilih berjalan kaki, tujuan nya sekalian untuk menghangatkan badan. I see!

Oh ya, saya sedikit kesulitan mencari spot untuk mengambil gambar benteng Altit ini. Benteng ini, betul-betul bersembunyi indah di dalam lembah. Malu-malu memperlihatkan kecantikannya.

Jujur, saya ingin sekali mengambil foto benteng Altit itu secara keseluruhan. Tapi benar-benar sulit. Harus menggunakan drone sepertinya.

Jika dilihat dari dekat, malah tak terlihat bentuk bentengnya karena susunannya seperti rumah-rumah batu.

Jalan setapak dalam kawasan Altit Fort, menuju benteng.

Jalan utama sebelum masuk Altit Fort

Altit Fort dari kejauhan

Altit Fort dari kejauhan

Altit Fort dari kejauhan

Pelajaran nih, kalau mau jalan-jalan, jangan lupa bawa drone, hehehe.

Puas melihat pemandangan dan berfoto-foto ria, pukul 13.30 kami pun turun ke Aliabad, bersiap kembali ke Gilgit Baltistan untuk pulang ke rumah.

Tinggal satu thread lagi, tibalah petualangan kami menuju utara Pakistan ini ke perjalanan akhir, dengan membawa semakin banyak cinta di hati kami untuk negeri ini, Pakistan Zindabad.

ā¤ā¤ā¤

Jangan sampai ketinggalan ya, membaca akhir kisah jalan-jalan Enya di daerah utara Pakistan ini di thread penutup. šŸ‘šŸ‘šŸ‘
Diubah oleh enyahernawati 16-09-2023 03:24
tien212700
limpahkurnia280
limpahkurnia212
limpahkurnia212 dan 35 lainnya memberi reputasi
34
9.7K
69
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Mancanegara
MancanegaraKASKUS Official
5.9KThreadā€¢2.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Ā© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.