MIT Bengis, Keji, dan Jadi Tarzan Hutan, Koopsus Diharapkan Turun Menumpas
Dulla Lahaula
- 29 November 2020, 12:02 WIB
HALO DEPOK- Kelakuan keji Mujahid Indonesia Timur (
MIT) bersama pemimpinnya Ali Kalora di Sigi, Sulawesi Tengah, sudah tidak bisa ditoleransi lagi.
Tentara Nasional Indonesia (
TNI) diharapkan turun tangan. Pasalnya, kelompok
MIT yang hanya berjumlah 10 orang sudah menjadi tarzan hutan.
Istilah tarzan hutan ini dipapatkan [url=https://halodepok.pikiran-rakyat.com/tag/Ridlwan Habib]Ridlwan Habib[/url], pengamat strategi dan intelijen, melalui media sosial Twiiter,
@ridlwanjogja pada Minggu, 29 November 2020.
Ridlwan mengatakan, kelompok
MIT yang berbaiat ke ISIS ini belum bisa ditumpas aparat selama 5 tahun, sejak 2015, karena tidak diburu habis-habisan.
Situasi ini dimanfaatkan
MIT untuk merancang teror dan aksi kejinya secara berkala. Setelah aksi mereka lari ke hutan dan menghilang dalam waktu lama.
"Dalam mempertahankan hidup,
MIT merampok bahan bahan pangan dari warga di tepi tepi gunung. Lalu sembunyi lagi ke hutan," kata Ridlwan.
"Kejadian Jumat lalu di kecamatan Palolo (membantai 4 anggota keluarga) itu juga berawal dari perampokan beras yang dilawan oleh warga," ia menambahkan.
Agar tidak terulang kejadian serupa pada masa mendatang, ini dianggap saat yang tepat untuk mengejar kelompok
MIT dan menumpas habis tanpa kompromi.
"Butuh
endurance dan
persistent. Kelompok
MIT bertahan dari kejaran salah satunya karena mereka disiplin tidak menggunakan
handphone," tulis Ridlwan.
Ridlwan menceritakan, sejatinya aparat pernah mencoba menggunakan
drone thermal detector maupun
motion detector untuk melacak pergerakan
MIT di hutan.
Namun, rancu dengan pergerakan hewan mamalia liar di dalam hutan. "
MIT ini ibarat Tarzan, sudah 'menyatu' dengan gunung," Ridlwan memberi pemisalan.
Jika aparat masih menggunakan modus operandi seperti selama ini, yakni hanya pateroli rutin, kelompok
MIT akan sulit ditumpas dan bisa makin berani.
Karenanya Ridlwan mengusulkan agar
TNI turun tangan dengan membuat tim pengejar khusus yang tidak pulang sebelum
MIT selesai dihancurkan.
"Doktrin infanteri: cari, dekati, hancurkan, harus digunakan. Tidak ada negosiasi apapun dengan kelompok teroris kejam ini," kata Ridlwan.
"Timsus itu bisa diambil dari
Koopsus TNI yang didalamnya terdiri dari prajurit komando terlatih dari satuan-satuan khusus
TNI," ia menambahkan.
Untuk diketahui,
Koopsus merupakan singkatan dari Komando Operasi Khusus, yakni satuan yang baru dibentuk
TNI pada 2019 untuk mengatasi aksi terorisme.
Koopsus ini terdiri dari tiga matra khusus
TNI, yakni Kopassus, Denjaka, DenBravo Paskhas. Artinya,
MIT vs
Koopsus jadi pertarungan
small unit vs small unit.***
Jadi selama ini tidak bisa diberantas karena patroli aparatnya harian. Kalau sudah sore pulang ke pos.
Usul Ridlwandjogja, kejar dengan konsep tim buser yang "pantang pulang sebelum menang".
Masuk akal, apalagi katanya DPO cuma 10 orang. Cukup lah satu satuan setingkat peleton Koopsis, 10 dari masing-masing matra.