sumber
Hutan Papua memang begitu luas bahkan lebih luas area hutan dibandingkan area pemukimannya.

Sudah sejak lama banyak para pelaku usaha berekspansi ke daerah Papua karena tanahnya yang subur dan lahan yang masih belum terjamah.

Tidak terkecuali pelaku usaha dari dalam dan luar negeri. Contoh saja perusahan dari Korea Selatan yaitu Korindo Group yang telah ekspansi terlebih dahulu ke Kabupaten Boven Digoel, Merauke, Papua.

Bukan hanya 1 atau 2 hektar saja perusahan korea ini membuka lahan dari hutan primer papua melainkan bahkan sampai 60.000 hektar.

Jika disamakan layaknya luas kota Soeul Korea Selatan. Waw... Luas sekali bukan gansis?

Selain itu, menurut warga disana 10 Marga Papua hanya mendapatkan ganti rugi atas pembukaan lahan dengan harga Rp.100.000 per hektar.

Menurut warga Papua yang berada di sekitar lokasi konsesi perusahaan korea tersebut jika terjadi pembukaan lahan maka kondisi langit begitu gelap dan asap dimana-mana.

Ya karena dengan pembakaran itulah biaya yang paling murah bagi suatu perusahaan.

Alih-alih pembelaan sekaliber korindo group menyatakan bahwa penduduk lokal lah yang membakar pohon untuk memburu binatang buruan.

Padahal jika ditelisik sudah sejak tahun 2016 lah bahwa perusahaan ini telah membabat habis hutan Papua dimana terdapat banyak spesies hewan terbanyak di dunia baik itu burung, reptil dan lainnya.

sumber
Tidak hanya itu investigasi oleh berbagi pihak mengenai pembakaran untuk perluasan perkebunan ini merambat ke daerah Maluku.

Hayooo siapa nih yang suka beli kosmetik dari negeri ginseng? Ternyata sebelum menjadi kosmetik bahan-bahan pembuatannya secara tidak langsung banyak merugikan masyarakat Indonesia khususnya Papua.

Dan yang wajib agan sista tahu pembukaan lahan tersebut untuk lahan perkebunan kelapa sawit dimana nantinya secara tidak langsung digunakan untuk proses pembuatan kosmetik dan kecantikan di negaranya.



Miris banget sih lihat pembakaran hutan secara besar-besaran dan terorganisir begini, siapakah yang patut dipersalahkan dan juga bertanggung jawab?

Apakah pihak perusahaannya? Ataukah yang memberi ijin untuk melakukan pembukaan lahan?

Tidak habis pikir hanya mementingkan profit namun merusak lingkungan juga ekosistem serta sumber daya alam hayati disana.

Bagaimana menurut agan dan sista, siapakah yang patut bertanggung jawab?

Sekian thread ane kali ini. Semoga bermanfaat bagi kaskuser dan menjadi pelajaran bagi kita semua. Sampai berjumpa di thread selanjutnya.

Penulis : @mamaproduktif
Referensi: 1,