Semasa aku sekolah dulu, karena jaraknya yang jauh aku tinggal di sebuah kost putri di kota Purwokerto. Kostnya ini pemiliknya seorang Bapak dan Ibu yang sudah sepuh dan kami memanggil mereka dengan sebutan "Mbah".

Di tempat inilah aku bertemu dengan seorang wanita cantik bertubuh mungil dengan lesung pipit bernama Ririh Puspita. Namun, ia lebih akrab disebut dengan Pipit dan aku memanggilnya Mbak Pipit. Karena tinggal satu rumah otomatis kita sangat akrab sekali dan sering curhat juga. Kebetulan usia dia yang lebih tua dariku membuatku merasa dia seperti kakak kandungku sendiri.

Mbak Pipit ini aslinya dari kota Banjarnegara, Jawa Tengah Gansis. Dulu ia sempat berkuliah di Universitas Jendral Soedirman prodi D3 Bahasa Inggris. Menurutku sosok Mbak Pipit ini sungguh sangat menginspirasi karena dia adalah pendengar yang baik, dewasa dan tak segan berbagi tentang pengalamannya sendiri. Dulu, dia kost di situ karena bekerja di salah satu bimbel alias bimbingan belajar di kota Purwokerto. Oh ya, dia juga suka memanggil namaku dengan sebutan "Merongg" 😁. Mbak Pipit juga orang yang baik dan ane juga sering minta tolong kepada dia. Contoh kecilnya saat ane belum pulang ke kost dan hujan, kemudian ane punya jemuran pasti ane minta tolong dia buat angkatin jemuran. Lalu, kalau cari makan di malam hari kami berdua juga sering bareng.

Dia juga dulu pernah bercerita pada ane, kalau sempat mengalami kecelakaan parah hingga tak bisa
berjalan dan melakukan aktivitas normal karena mengalami patah tulang di kaki. Apalagi perawatan patah tulang kan membutuhkan waktu yang cukup lama. Dalam masa perawatan dan pemulihan ini ia mengalami rasa jenuh dan bosan. Kemudian ia mencari ide dan akhirnya ia menjajal membuat aksesoris dari kain flanel. Memang tidak bisa dipungkiri mbak Pipit ini sangat kreatif dan bisa menghasilkan karya dari kain flanel yang bermacam-macam. Hingga akhirnya ia pun menggeluti peluang ini dan menjalankan bisnis dari kain flanel itu.

Awalnya, dia membuat yang simpel seperti bros dan aksesoris lainnya. Lama-kelamaan bisnisnya mulai berkembang dan katanya ia membuka toko aksesoris di rumahnya sendiri dan sering banget mendapat orderan dari pelanggan. Alhamdullilah, sekarang mbak Pipit sudah menikah dan mempunyai buah hati. Sembari mengurus buah hati dan suaminya. Ia tetap menjalankan bisnis kain flanelnya yang ia rintis mulai dari nol itu dan sukses hingga sekarang. Iya juga punya brand sendiri namanya Quinza Qraft. Mungkin bisa dibilang berawal dari hobi yang kemudian menghasilkan.

Yang ane salut dari kakak cantik ini adalah saat dia tengah mengalami masa sulit karena mengalami patah tulang, tapi hal itu tidak membuatnya lantas berpangku tangan dan meratapi nasib. Namun, dia justru memutar otak dan bersemangat untuk mencoba mengeluti hal yang baru. Awalnya dia pun juga tidak bisa menjahit sama sekali, tapi lama-kelamaan karena sering berlatih dengan tutorial ia pun bisa membuat aneka jenis asesoris dari kain flanel yang lucu-lucu, unik dan bagus juga Gansis. Bagi saya mbak Pipit adalah seorang wanita yang tangguh, kreatif, pintar, pantang menyerah dan sudah saya anggap seperti kakak kandung saya sendiri. Darinya aku banyak belajar dan termovitasi untuk berusaha keras dalam mewujudkan keinginan dan cita-cita.