Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

uclimsyaitonAvatar border
TS
uclimsyaiton
Daftar Kerusakan Terbesar AS di Bawah Kepemimpinan Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kalah dalam Pilpres AS 2020. Bersama dengan wakilnya, Mike Pence, dia dikalahkan pasangan dari Partai Demokrat, Joe Biden dan Kamala Harris.

Berdasarkan hasil CNN Projection, Joe Biden akan menjadi presiden terpilih ke-46 Amerika Serikat, setelah kemenangan di negara bagian tempat ia dilahirkan menempatkannya atas 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk menang.

Dengan 20 suara elektoral Pennsylvania, Biden sekarang memiliki total 273 suara elektoral dengan Donald Trump meraih 213 suara.

Selama menjabat sebagai orang nomor satu di AS, sedikitnya terdapat lima kegagalan besar yang tercatat di bawah pemerintahan Trump, berikut di antaranya seperti dilansir dari Business Insider:

Charlottesville dan George Floyd

Tanggapan Trump terhadap bentrokan yang terjadi dalam demonstrasi pendukung neo-Nazi yang mematikan di Charlottesville, Virginia, pada 2017 tetap menjadi salah satu momen paling kontroversial dalam masa kepresidenannya.

Tanggapannya juga melambangkan catatan kontroversial tentang hubungan ras dan supremasi kulit putih. Trump menyalahkan "banyak pihak" atas kekerasan di demonstrasi tersebut yang mengakibatkan kematian seorang demonstran, Heather Heyer.

Trump kemudian berkata bahwa ada "orang yang sangat baik di kedua sisi".


Baik Partai Republik maupun Demokrat mengecam tanggapannya dan kegagalannya dalam memberikan kecaman kuat terhadap kekerasan yang dilakukan oleh pendukung supremasi kulit putih.

Saat itu, Senator Republik, Lindsey Graham dari South Carolina, yang sering menjadi salah satu pembela kuat Trump di Kongres, mengatakan ucapan presiden "memecah belah orang Amerika, bukan mendukung mereka".

"Presiden Trump mundur selangkah dengan kembali mengatakan ada kesetaraan moral antara supremasi kulit putih, neo-Nazi, dan anggota KKK (Ku Klux Klan)," kata Graham saat itu.

Lalu pada Mei 2020 lalu, kematian brutal pria kulit hitam George Floyd di tangan polisi Minneapolis yang diikuti aksi protes juga menjadi titik kegagalan Trump berikutnya. Dia melakukan lebih banyak upaya memecah belah negara dibandingkan menyatukannya.

Trump secara konsisten mengecam demonstran anti-rasisme dan secara kontroversial mengirim agen federal ke kota-kota AS untuk meredam kerusuhan, serta mengintimidasi warga setempat.

Sejarawan telah memperingatkan bahwa taktik Trump mirip dengan rezim otoriter.

Trump sering menggunakan retorika rasis selama masa kepresidenannya, terutama saat ketegangan rasial meningkat.

Citra AS di mata dunia berantakan

Citra AS telah menurun secara signifikan di bawah kepemimpinan Trump. Dia berulang kali menghina sekutu utama AS sambil menyesuaikan diri dengan para diktator.

Trump cenderung mendorong sekutu penting menjauh dan mengisolasi AS, contohnya dengan menarik diri dari perjanjian internasional penting seperti kesepakatan iklim Paris yang memberikan dampak nyata.

Warga dunia telah mengungkapkan pandangan negatif terhadap Trump. Pada Januari 2020, Pew Research Center merilis survei terhadap 32 negara yang menunjukkan median 64 persen.

Mereka mengatakan tidak memiliki kepercayaan terhadap Trump untuk melakukan hal yang benar dalam urusan dunia. Hanya 29 persen yang menyatakan kepercayaan terhadap Trump.

Perpisahan keluarga dan kematian anak-anak migran

Kebijakan "tanpa toleransi" Trump terhadap penyeberangan perbatasan ilegal telah menyebabkan pemisahan setidaknya 5.000 keluarga dan anak-anak ditempatkan di dalam kurungan.

Awalnya, pemisahan itu dilakukan untuk mengurangi orang-orang yang tidak berdokumen melintasi perbatasan AS-Meksiko.

Trump dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan melanggar hukum internasional oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Presiden American Academy of Pediatrics, pada saat itu, menggambarkan praktik tersebut tidak kurang dari pelecehan anak yang direstui pemerintah.

Setelah reaksi yang meluas, Trump mengeluarkan perintah eksekutif pada Juni 2018 untuk menghentikan perpisahan keluarga. Seorang hakim federal kemudian memerintahkan pemerintahan Trump untuk menyatukan kembali semua keluarga yang telah dipisahkan. Tapi dampak dari perpisahan tersebut masih berlangsung.

Setidaknya enam anak migran telah meninggal di tahanan AS sejak September 2018, yang menyebabkan kecaman luas terhadap kondisi di fasilitas penahanan.

Tarik AS dari kesepakatan nuklir 2015 pada 2018

Keputusan ini tetap menjadi salah satu keputusan Trump yang paling tidak populer di arena global dan dikecam oleh sekutu utama AS yang turut menandatangani perjanjian kesepakatan nuklir 2015.

Trump telah gagal dalam menggagalkan perilaku agresif Iran di kawasan Timur Tengah. Setelah serangkaian insiden di kawasan Teluk Persia pada 2019, ketegangan antara Washington dan Teheran mencapai puncak bersejarah dan memicu kekhawatiran perang.

Ketakutan ini diperburuk setelah Trump memerintahkan serangan yang menewaskan jenderal tertinggi Iran, Qasem Soleimani, pada awal Januari. Serangan itu menyebabkan Iran membalas dan menembaki pasukan AS di wilayah tersebut hingga puluhan lainnya terluka parah.

Keputusan Trump untuk menarik pasukan AS keluar dari Suriah utara pada Oktober juga menjadi salah satu langkah kebijakan luar negerinya yang paling berbahaya.

Dengan melakukan itu, Trump secara efektif meninggalkan pasukan Kurdi, yang merupakan sekutu AS, untuk menanggung beban kampanye pimpinan AS melawan ISIS hingga invasi militer Turki.

Penarikan itu memicu krisis kemanusiaan dan menciptakan kekosongan keamanan yang menguntungkan Rusia, Iran, dan Presiden Suriah Bashar al-Assad, seorang tersangka penjahat perang.

Pandemi virus corona

Penanganan Trump terhadap pandemi Covid-19 kemungkinan akan menjadi salah satu bencana terbesar dalam sejarah AS dengan ratusan ribu orang telah meninggal dan jutaan lainnya kehilangan pekerjaan.

AS memiliki wabah virus corona terburuk di dunia dengan lebih dari 9,5 juta kasus dikonfirmasi dan lebih dari 236 ribu kematian yang dilaporkan.

Trump telah berulang kali meremehkan ancaman virus itu dan membantah pakar kesehatan masyarakat terkemuka, Anthony Fauci. Dia juga mengabaikan rekomendasi dari para penasihat di Satgas virus corona Gedung Putih.

Dia menolak bertanggung jawab atas kegagalannya dalam menghadapi pandemi dan justru balik menyalahkan China. Penanganan Trump atas pandemi juga membuat AS malu di panggung dunia, sehingga menciptakan kekosongan dalam kepemimpinan global yang buru-buru diisi oleh China.

Bahkan pada awal Oktober lalu, Trump beserta sang istri, Melania, juga terpapar Covid-19.
wisudajuni
kakekane.cell
tepsuzot
tepsuzot dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.2K
12
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.