• Beranda
  • ...
  • Buku
  • Review Buku To Kill A Mocking Bird, Ketika Perbedaan Warna Kulit Adalah Bencana

AkhfiyaAyaAvatar border
TS
AkhfiyaAya
Review Buku To Kill A Mocking Bird, Ketika Perbedaan Warna Kulit Adalah Bencana
Saya baru saja selesai membaca buku ini setelah penasaran sekian tahun lamanya. Mungkin sedikit telat, karena orang lain bahkan sudah khatam sejak belasan atau mungkin puluhan tahun lalu. Buku klasik ini akan terus dibaca oleh setiap orang meski zaman berganti. Bahkan sudah terjual lebih dari empat puluh juta copy di seluruh dunia sejak diterbitkan tahun 1960.



Sebagai pembaca gratisan, saya tidak sendirian. Di Ipusnas saat ini ada tujuh ratus akun yang sedang mengantri. πŸ˜ƒ Lebih sedikit dibanding antrian novel Tere Liye.

Lewat sudut pandang Scout, gadis kecil yang kehilangan ibunya sejak berusia dua tahun, Harper Lee menyajikan kisah kehidupan warga Maycomb County, Alabama. Saat itu Amerika Serikat berada dalam krisis ekonomi yang parah.

Bercerita tentang keseharian Scout dan Jem sebagai kanak-kanak yang nakal (menurut orang dewasa pada umumnya) dengan rasa penasaran yang tinggi, beserta konflik-konflik yang hadir di tengah masyarakat Maycomb: Rasialis. Permasalahan yang tak pernah habis sampai hari ini, dimana sebagian besar warga kulit putih selalu menganggap warga kulit hitam hanyalah sampah. Mereka hidup secara terpisah, baik dari pendidikan, kesehatan, pekerjaan bahkan perumahan. Orang-orang kulit hitam di Maycomb County tinggal di sekitar tempat pembuangan sampah.

Tapi Scout dan Jem beruntung, meski dibesarkan seorang diri oleh ayahnya, Atticus, mereka dididik dengan sangat baik. Saya pikir, sosok Atticus adalah gambaran sosok ayah yang banyak diidamkan anak-anak. Lembut, hangat, tidak mudah marah, mau mendengarkan juga memberi anak-anak tanggung jawab dan kepercayaan.

Sosok Atticus Finch, menginspirasi saya. Sejak kecil, anak-anak diajari akrab dengan beragam bacaan, bahkan mereka tak akan bisa memejamkan mata sebelum membaca sebuah buku. Dia juga banyak mengajari bagaimana cara menghadapi tingkah anak-anak yang kadang menjengkelkan, bagaimana cara menjawab pertanyaan-pertanyaan absurd mereka, pun seperti apa kira-kira hukuman yang pantas diberikan. Maka tak salah jika saya wajibkan para orangtua untuk membaca buku ini juga.

Di lembar-lembar pertama, ritme cerita memang berjalan agak lambat. Bercerita tentang rasa penasaran Scout, Jem dan Dill pada tetangga mereka Boo Radley yang tak pernah menampakkan wajah selama bertahun-tahun. Juga bagaimana cara mereka menghabiskan hari-hari sebagai kanak-kanak yang tinggal di lingkungan tetangga yang hanya berisi orang-orang yang sudah tua.

Konflik bermula ketika Atticus Finch ditunjuk menjadi pengacara Tom Robinson, seorang warga kulit hitam yang dituduh telah memerkosa gadis kulit putih, putri dari Bob Ewell yang pemalas dan pemabuk. Ini membuat keluarga Finch dipandang hina oleh masyarakat setempat. Membela seorang kulit hitam adalah sikap tak bermartabat. Bahkan keluarga Scout diejek dengan sebutan yang kasar sebagai Nigger Lover oleh teman sekolah dan sepupunya.



Meski segala tuduhan yang dilemparkan kepada Tom Robinson berhasil dipatahkan Atticus saat pengadilan berlangsung, tapi juri tetap sepakat memutuskan bahwa Tom bersalah dan harus dihukum mati. Alasannya hanya satu, karena Tom Robinson berkulit hitam. Atticus kecewa, Scout kecewa, Jem apalagi. Mereka yang diajarkan untuk memandang semua manusia setara tanpa memandang warna kulit mendapati betapa tak adilnya hukum yang berjalan di bawah negara demokerasi itu.

Tom Robinson ibarat Burung Mockingbird. Ketika Jem belajar menembak, Atticus berpesan untuk tidak membidik Mockingbird. Membunuh Mockingbird adalah sebuah dosa, karena burung itu tidak membawa kerugian apa pun pada manusia. Ia bahkan tidak pernah merusak tanaman. Mockingbird menghibur manusia dengan suara merdunya. Ia berbeda dengan burung lainnya. Sama seperti Tom Robinson sebagai minoritas kulit hitam yang hidup di tengah-tengah warga kulit putih. Lalu saya teringat sebuah negeri di wakanda, dimana justru mayoritas yang hidup bagai minoritas, sering diperlakukan tak adil oleh hukum di negaranya.

To Kill a Mockingbird mengangkat beragam tema, dari masalah pendidikan, isu sosial, ekonomi, politik hingga pengasuhan. Wajar saja buku ini mendapat tempat di hati seluruh masyarakat dunia. Bahkan para siswa di AS menjadikan buku sastra ini sebagai bacaan wajib. Buah dari kesabaran Harper Lee selama perjalanan panjang sepuluh tahun untuk merampungkan buku ini.

Akhir kata, tak ada yang bisa saya sarankan selain memasukkan buku ini ke dalam daftar bacaan wajib para pembaca. Selamat mengantri di Ipusnas, rekan-rekan seperjuangan. ☺️
delia.adel
nohopemiracle
tien212700
tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
2K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
BukuKASKUS Official
7.7KThreadβ€’4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Β© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.