Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

seher.kenaAvatar border
TS
seher.kena
Prancis Kehilangan Ekspor Rp 1.465 Triliun Usai Adanya Seruan Boikot Negara Muslim
Banyaknya kecaman keras atas pernyataan kontroversial Presiden Perancis, Emmanuel Macron, yang menyebut Islam sedang dalam krisis menangani aksi terorisme, membuat negara Muslim beramai-ramai memboikot produk Prancis. Awalnya, seruan boikot tersebut digaungkan Turki mengancam perdagangan negara tersebut. Dimana, nilai perdagangan internasional antara Prancis dengan negara-negara Muslim diketahui mencapai lebih dari US$100 miliar sekitar Rp 1.465,22 triliun untuk kurs saat ini.

Seperti dikutip dari laman dream.co.id, Senin (2/11/2020), pernyataan yang berujung boikot produk-produk Perancis ini bermula dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan yang meminta warganya untuk memboikot produk-produk Perancis karena agenda anti-Islam Macron. Adapun pernyataan ini disampaikan Macron usai menanggapi kasus pembunuhan guru bernama Samuel Paty yang dipenggal di Prancis lantaran menunjukkan karikatur Nabi Muhammad SAW sebagai kebebasan berekspresi.

“Sama seperti ‘Jangan beli barang-barang dengan merek Turki dalam bahasa Perancis. Kini, saya meminta rakyat Turki untuk tidak lagi membantu brand Perancis atau membelinya,” kata Erdogan.

Dalam perdagangan internasional Prancis, negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim dikatakan memegang peran penting. Sebab, nilai ekspor yang dicatat Perancis sebesar US$45,8 miliar (Rp 671,07 triliun) dengan negara-negara Islam pada 2019. Sementara angka outstading impor senilai US$58 miliar (Rp 849,83 triliun). Tahun 2019, Prancis memiliki nilai ekspor total senilai US$555 miliar (Rp 8.131,97 triliun) dan impor US$639 miliar (Rp 9.362,75 triliun). Bahkan, negara ini menjadi pengekspor utama produk pertanian global dengan 3 persen dikirim ke Timur Tengah dan menjadi eksportir senjata terkemuka.

Selain itu, Thales Prancis juga menjual senjata, teknologi penerbangan, dan sistem transportasi umum ke sejumlah negara mayoritas Muslim. Di antaranya seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Turki, dan Qatar. Mesir dan Qatar bahkan tercatat sebagai negara yang memesan jet militer Rafale dari Dassault. Sementara di sektor energi ada total yang fokus pada penjualan produk petrokimia dan minyak bumi. Label mode utama Perancis seperti Louis Vuitton dan Chanel juga menjadikan Timur Tengah sebagai salah satu pasarnya.

Kemudian, di sisi ritel ada jaringan supermarket Carrefour yang beroperasi di Timur Tengah dan Asia Selatan. Tentu saja ini menjadi salah satu target seruan boikot. Apalagi selama akhir pekan ini, banyak kampanye menjauh dari ritel Prancis sedang “ngehits” di media sosial Arab Saudi. Selanjutnya dari sisi otomotif, produsen mobil Prancis, Renault turut mencantumkan Turki sebagai pasar terbesar kedelapan dengan 49.131 unit kendaraan terjual disana dalam enam bulan pertama ini.

Di sisi lain, PSA produsen Citroen dan Peugeot juga mencatat adanya peningkatan penjualan di Turki dan menjadi “oase” di kondisi perekonomian yang sulit. Namun, asosiasi bisnis terbesar di Prancis, MEDEF justru mendukung pernyataan Macron. Dimana, ia juga menyerukan pengusaha Prancis tidak menyerah di bawah tekanan boikot. Malahan, dia mengatakan jika aksi ini sebagai pemerasan.

“Kami harus menempatkan prinsip kami sebelum mengembangkan bisnis,” kata Presiden MEDEF, Geoffroy Roux de Bezeiu kepada radio swasta, RMC.

Adapun salah satu pasar utama Prancis dengan nilai ekspor US$5,5 miliar (Rp 80,59 triliun) yakni Aljazair. Dengan produk ekspornya seperti biji-bijian, turbin gas, dan mobil. Sementara Prancis membayar US$4,7 miliar (Rp 68,87 triliun) untuk impor minyak mentah, gas alam, bahan kimia, dan pupuk. Maroko pada tahun lalu juga membayar US$5,34 miliar (Rp78,24 triliun) untuk impor motor turbo Prancis, turbin gas, pompa, mesin, sirkuit listrik, gandum, barley, kendaraan, suku cadang, dan suku cadang penerbangan. Dimana, impor Prancis dari negara itu berjumlah sekitar US$6,3 miliar (Rp 9,31 triliun).

Kemudian, Qatar telah mengimpor produk penerbangan, peralatan listrik dan elektronik, mesin, produk besi dan baja, kosmetik dan batu mulia senilai US$4,3 miliar (Rp 63 triliun) dari Prancis. Diketahui, pasar-pasar penting bagi Perancis lainnya adalah Tunisia dengan nilai ekspor US$3,74 miliar (Rp 57,8 triliun), Uni Emirat Arab US$3,67 miliar (Rp 53,77 triliun), Arab Saudi US$3,34 miliar (Rp 48,94 triliun) dan Mesir US$2,58 miliar (Rp 37,8 triliun).

Sementara itu, ekspor ke Indonesia berjumlah US$1,75 miliar (Rp25,64 triliun), Malaysia US$1,68 miliar (Rp 24,61 triliun), Senegal US$1,2 miliar (Rp 17,58 triliun), Nigeria US$657 juta (Rp 9,63 triliun), Lebanon US$627 juta (Rp9,19 triliun) dan Kuwait US$589 juta (Rp8,63 triliun).

Meski demikian, Perancis juga membayar US$7,5 miliar (Rp 109,89 triliun) untuk impor dari Arab Saudi dan US$5 miliar (Rp 73,26 triliun) untuk barang-barang dari Tunisia. Nigeria US$4,4 miliar (Rp 64,47 triliun), Kazakhstan senilai US$3,5 miliar (Rp 51,28 triliun), Bangladesh US$3,3 miliar (Rp 48,35 triliun), Malaysia US$2,67 miliar (Rp 39,12 triliun), Indonesia US$2,1 miliar (Rp 30,77 triliun), UEA US$1,72 miliar (Rp 25,2 triliun) dan Libya US$1,6 miliar (Rp 23,44 triliun).

https://www.rancah.com/uncategorized...#ixzz6cgRipuC3

Banyak aja
areszzjay
areszzjay memberi reputasi
-1
1.6K
45
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.2KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.