Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Bromo
  • [COC Reg.Bromo] Kisah Cinta Roro Anteng dan Joko Seger Yang Melenda

zatilmutieAvatar border
TS
zatilmutie
[COC Reg.Bromo] Kisah Cinta Roro Anteng dan Joko Seger Yang Melenda
[COC Reg.Bromo] Kisah Cinta Roro Anteng dan Joko Seger Yang Melenda


Siapa yang tak mengenal Gunung Bromo. Tempat terbaik di Indonesia untuk Anda yang ingin menikmati sunrise. Udara segar dan view nan cantik menawan mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Gunung aktif yang berada di Indonesia, tepatnya di Jawa Timur yang meliputi 4 kabupaten yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang ini. Gunung ini pun menyuguhkan berbagai spot wisata alam, contohnya: bukit teletubies, pasir berbisik, dan kebun strawberry yang kini menjadi daya tarik wisatawan internasional.

Kurang lengkap dan sempurna rasanya jika kita tidak mengetahui sisi lain dari misteri gunung ini. Ya, setiap daerah atau tempat di Indonesia selalu memiliki legenda. Kali ini kita akan mengulas legenda Gunung Bromo.

[COC Reg.Bromo] Kisah Cinta Roro Anteng dan Joko Seger Yang Melenda

Dikisahkan pada zaman dulu, hiduplah sepasang muda suami istri di suatu dusun terpencil. Setelah beberapa tahun menikah, sang istri akhirnya hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan. Anehnya, bayi perempuan ini sewaktu dilahirkan tidak menangis, maka dari itu kedua orang tuanya memberinya nama ‘Rara Anteng’ yang artinya perempuan tenang atau diam.

Seiring waktu berjalan, garis kecantikan nampak semakin jelas di wajah Roro Anteng. Keelokannya begitu terkenal di kalangan para jejaka saat itu, termasuk seorang bajak jahat yang sakti mandraguna. Berbekal kesaktiannya, sang bajak pun melamar Rara Anteng.

Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya, tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Kemudian, ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah – tengah gunung. Dengan syarat yang aneh itu, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan mau memenuhi permintaannya. Ditambah lagi, lautan yang dimintanya harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam dan batas akhirnya ketika matahari terbit. Tak disangka – sangka, permintaan Rara Anteng tersebut disanggupi oleh sang bajak.
Pelamar sakti itu memulai mengerjakan lautan dengan tempurung (batok kelapa) hingga pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan ini, Rara Anteng mulai gelisah. Dia memikirkan bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu. Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup dengan suami yang tidak ia cintai. Kemudian setelah mencoba untuk tenang dan memikirkan ide, tiba – tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu.

Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan, terdengar suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah - olah fajar telah tiba, tetapi penduduk masih belum memulai kegiatan pagi.
Bajak mendengar ayam - ayam berkokok, padahal benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Setelah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah bercampur emosi, dilampiaskan dengan melemparkan tempurung (batok kelapa) yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir, yang kemudian tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok.

Kegagalan bajak itu membuat lautan di tengah - tengah Gunung Bromo mampu membuat Rara Anteng bersuka cita. Kemudian ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Beberapa hari kemudian, Rara Anteng dan Joko Seger menikah dan menjadi pasangan suami istri bahagia karena keduanya saling menyayangi dan mencintai.

Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi.

Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup damai dan sejahtera, akan tetapi sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumah tangga, mereka belum juga dikaruniai keturunan. Akhirnya diputuskanlah keduanya naik ke puncak Gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar di karuniai keturunan.

Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat, bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, lalu pasangan ini menyanggupinya begitu saja. Kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun sebagai orang tua, mereka tetaplah tidak tega bila kehilangan anaknya. Karena mereka ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita sehingga kawah Gunung Bromo menyemburkan api.

Kusuma, anak bungsunya pun lenyap dari pandangan dan terjilat api, kemudian masuk ke kawah Bromo. Bersamaan dengan hilangnya Kusuma, terdengarlah suara gaib, ”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Syah Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Syah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi kemudian dipersembahkan kepada Hyang Widi asa di kawah Gunung Bromo."

Sampai sekarang kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo. Begitulah Legenda Gunung Bromo. Semoga cerita ini menjadi budaya yang tak terlupakan, karena sampai sekarang, Gunung Bromo menjadi tempat yang begitu indah dan menjadi lokasi wisata Bromo meski di selimuti banyak misteri.


[COC Reg.Bromo] Kisah Cinta Roro Anteng dan Joko Seger Yang Melenda

Berawal dari pembentukan suku Tengger sendiri sebagai suku asli yang mendiami kawasan Gunung Bromo, dapat kita simpulkan bahwa pengaruh agama yang dianut mereka memberikan peran yang cukup besar dalam pelaksanann tradisi upacara Kasada. Suku yang sejak awal telah menganut kepercayaan agama Hindu ini sampai sekarang menyembah dan memberikan persembahan berupa sesaji kepada tuhannya, yaitu Syah Hyang Widi.


Asal usul nama gunung Bromo sendiri berasal dari bahasa Sansekerta atau Jawa Kuno dari asal kata “Brahma ” yaitu salah satu dewa utama dalam agama Hindu. Bagi penduduk asli Bromo yaitu suku Tengger, Gunung Brahma ( Bromo ), diyakini sebagai gunung yang suci. Setahun sekali masyarakat sekitar mengadakan upacara adat yang disebut Yadnya Kasada atau Upacara Kasodo Tengger. Upacara diadakan di sebuah pura namanya Pura Luhur Poten yang letaknya berada di lautan pasir di bawah kaki Gunung Bromo sebelah utara . Upacara ini diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama bulan kesepuluh sesuai dengan penanggalan jawa yang menjadi legenda gunung bromo menjadi sangat terkenal.

Gambar: FB Tantii
Gambar
Gambar
Referensi

Diubah oleh zatilmutie 13-10-2020 13:36
lapar.bang
sayuh311
anna1812
anna1812 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.9K
19
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Bromo
BromoKASKUS Official
372Thread266Anggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.