Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

NegaraTerbaruAvatar border
TS
NegaraTerbaru
Ubah Paradigma, Tetapkan OPM Sebagai Teroris !
Spoiler for Teroris OPM:


Spoiler for Video:


Aksi terorisme dari dulu hingga kini selalu dikaitkan dengan agama tertentu. Terorisme dianggap sebagai buah dari radikalisme agama yang menghalalkan aksi teror demi mencapai tujuannya. Kita tengok saja peristiwa 9/11, teror Bom Bali, teror Bom Manchester, hingga dalam bentuk skala kecil seperti penusukan di Reading dan Jembatan London, serta pembantaian dua belas orang di kantor Charlie Hebdo.

Semua kejadian tersebut dilakukan oleh mereka yang mengklaim berjuang demi agama Islam. Alhasil, telunjuk dunia pun menuding Islam sebagai agama yang erat kaitannya dengan teroris.

Bahkan baru-baru ini, aksi teror yang merusak citra Islam terjadi lagi di Paris, Perancis. Hari Jumat 25 September 2020, seseorang bersenjatakan pisau daging menyerang dan melukai empat orang, di luar bekas kantor majalah satire Charlie Hebdo. Pimpinan The National Anti-Terrorism Prosecutor's Office (PNAT) Jean-Francois Ricard mengatakan tersangka utamanya adalah seorang pria usia 18 tahun yang dilahirkan di Pakistan. Akibatnya, Menteri Dalam Negeri Perancis, Gerald Darmain memperlakukan serangan tersebut sebagai tindakan terorisme Islam.

Sumber : Okezone[Pria Berpisau Serang 4 Orang di Paris, Mendagri Prancis: Ini Serangan Teroris]

Tapi apakah terorisme terjadi karena Islam itu sendiri? Atau hanya segelintir orang tertentu yang merusak nama baik salah satu agama samawi ini?

Ibarat nila setitik, rusak susu sebelanga. Akibat aksi terorisme pihak yang berbau Islam, semua mata menuding. Setiap aksi kejahatan yang dilakukan pihak yang mengaku beragama Islam, maka aksi mereka itu diberi label terorisme, dan pelakunya dicap sebagai teroris. Khususnya bila hal itu terjadi di wilayah yang mayoritas penduduknya bukan Muslim.

Tapi semua itu berubah sejak mata dunia terperangah dengan aksi teror di Masjid Al-Noor, Chirstchurch, Selandia Baru. Peristiwa berdarah memilukan yang terjadi pada 15 Maret tahun lalu. Saat itu, Brenton Tarrant dengan sadis menembaki jamaah masjid hingga menyebabkan 42 nyawa tak berdosa tewas dan 7 lainnya terbunuh di Linwood Islamic Center pada hari yang sama. Sungguh salah satu hari paling hitam dalam sejarah Selandia Baru.

Hukum pun ditegakkan. Brenton Tarrant dipenjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat bulan lalu. Teroris itu mengaku bersalah atas 51 dakwaan pembunuhan dan 40 dakwaan percobaan pembunuhan.

Demi mengenang dan memperingati aksi teror setahun yang lalu itu, pada 24 September 2020, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dikelilingi anggota komunitas Muslim meresmikan plakat peringatan untuk para korban di halaman Masjid An-Noor. 

Sumber : Republika [PM Ardern Resmikan Plakat Peringatan Teror Christchurch]

Perhatian besar dari PM Selandia Baru terhadap korban teror Christchurch menunjukkan bahwa Selandia Baru menaruh perhatian yang besar terhadap isu terorisme. Perhatian terhadap korban teror minoritas Islam di sana menunjukkan sikap Selandia Baru bahwa aksi terorisme tak semata-mata dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan Islam. Selandia Baru tidak menerapkan standar ganda dan dengan tegas mengatakan aksi yang dilakukan Brenton Tarrant sebagai aksi terorisme.

Dunia kini memiliki pekerjaan besar. Yakni mengubah sudut pandang terorisme yang awalnya lekat dengan hal yang berbau Islam menjadi aksi yang dapat dilakukan siapa saja, tanpa mengenal batasan agama.

Sebab standar ganda itu masih terjadi hingga kini. Perbuatan kriminal yang dilakukan mereka yang mengatasnamakan Muslim dianggap sebagai perbuatan terorisme. Penusukan di Inggris dan Perancis sebagai buktinya.

Tapi bagaimana jika korbannya adalah muslim? Seperti yang terjadi di Toronto, Kanada, 12 September lalu. Seorang relawan penjaga masjid Toronto tewas setelah seseorang menikam lehernya. Korban bernama Mohamed-Aslim Zafis (58) bekerja sebagai relawan penjaga di masjid. Dalam rekaman CCTV terlihat bahwa saat itu korban duduk di kursi luar pintu depan guna memastikan siapa pun yang masuk mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

Namun seseorang bertubuh ramping, mengenakan hoodie hitam, dan celana gelap mendekati Zafis dan menikamnya sekali sebelum melarikan diri.

Kepala unit pembunuhan Kepolisian Toronto, Inspektur Hank Idsinga mengatakan kematian itu mungkin terkait pembunuhan lain lima hari sebelumnya. Seorang pria tunawisma yang tinggal di bawah jembatan beberapa kilometer jauhnya, juga ditikam hingga tewas.

Inspektur Hank mengatakan hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa insiden itu bermotif kebencian, namun kemungkinan itu tetap ada.

Sumber : Detik [Penjaga Masjid di Toronto Tewas Ditikam, Pelaku Masih Diburu]

Kejadian yang menimpa muslim seperti ini juga pernah terjadi di London bulan Februari 2020 lalu. Korban bernama Rafaat, seorang muazzin di Masjid Central London, beruntung korban dapat selamat. Pelaku penyerangan bernama Daniel Horton. Ternyata Horton dan korban saling mengenal satu dengan lainnya. Sehinnga ada indikasi penyerangan terjadi karena unsur kebencian.

Sumber : Kompas [Penusukan Muazin di Masjid Center London]

Di tanah air pun begitu, baru-baru ini penusukan dialami seorang ulama bernama Syekh Ali Jaber saat berceramah di Lampung. Penusuk Syekh Ali, Alfin Andrian dikatakan memiliki unsur kebencian sehingga melakukan aksi tersebut. Bukankah hal ini serupa dengan yang dilakukan Brenton Tarrant? Bukankah ia yang tak terikat jaringan teroris manapun memiliki unsur kebencian terhadap muslim?

Maka tak salah pula kiranya ketika dalam sebuah seminar web, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengutarakan bahwa Vatikan telah menegaskan, terorisme tidak ada kaitannya dengan agama. Termasuk, agama Islam.

Aksi terorisme dapat dilakukan oleh siapa saja, tanpa mengenal batasan agama. Mereka yang masih mengaitkan terorisme dengan Islam adalah mereka yang terpengaruh Islamophobia. Hal yang muncul dari kesalahan pemahaman mengenai Islam.

Sumber : RMCO [Vatikan: Teroris Tak Terkait Agama. Indonesia, Poros Tatanan Dunia Baru Penuh Perdamaian]

Oleh karena itu, hal ini pula yang mendasari mengapa perbuatan dari kelompok Papua Merdeka sebagai aksi terorisme. Bahkan sebuah ormas di Papua menyatakan kasus pembunuhan Pendeta Yeremia di Distrik Hitadipa yang menjadi polemik saat ini dilakukan oleh kelompok teroris separatis bersenjata.

Ketua DPD Pemuda Mandala Trikora, Alberth Ali Kabiyai menjelaskan, KKB sengaja menebar teror jelang Sidang umum PBB pada 22 – 29 September 2020. Mereka membunuh warga sipil dan menuduh aparat keamanan guna menarik simpati masyarakat dunia. Alberth yang juga Ketua DPW Badan Advokasi dan Investigasi HAM Papua ini mengatakan, pola seperti itu kerap kali digunakan kelompok teroris serta kartel narkoba di dunia.

“Mereka ingin menarik simpati dengan mengorbankan masyarakat tapi mengkambinghitamkan TNI,” tegasnya.

Bahkan sebelumnya kelompok teroris Papua Merdeka telah menembak serta mengancam maskapai penerbangan sipil dan membunuh beberapa warga.

Sumber : Indonesian Inside [Ormas Pemuda Papua: Bunuhi Warga Sipil, Aksi KKB Seperti Teroris]

Berdasarkan tulisan ini, kita dapat ambil kesimpulan. Terorisme yang dilakukan kelompok yang mengatasnamakan Islam telah menyebabkan gelombang Islamophobia melanda dunia. Namun, standar ganda terorisme itu telah membuat siapa pun yang melakukan aksi kejahatan berdasarkan kebencian maupun politik, apabila dilakukan pihak yang mengatasnamakan Islam sebagai perbuatan terorisme.

Saking melekatnya stereotip itu, dunia seakan melupakan, atau membuang muka, bahwa aksi terorisme dapat dilakukan oleh siapa saja, tanpa batasan agama. Mulai dari Christchurch, penusukan di Masjid Toronto, penikaman di Masjid London, penghujaman Syekh Ali Jaber, hingga aksi terorisme yang santer dilakukan oleh teroris Papua Merdeka akhir-akhir ini.
Diubah oleh NegaraTerbaru 29-09-2020 15:25
adelianzw
kresna.dena
youinmywatch
youinmywatch dan 5 lainnya memberi reputasi
6
987
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.