• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Diduga Menderita Pica, Seorang Ibu Ketagihan Memakan Bedak Bayi Selama 15 Tahun!

venomkatsuAvatar border
TS
venomkatsu
Diduga Menderita Pica, Seorang Ibu Ketagihan Memakan Bedak Bayi Selama 15 Tahun!


Selamat pagi GanSist!
Selamat berakhir pekan!

Pernah ga GanSist atau orang di sekitar kalian punya pengalaman makan sesuatu yang bukan makanan orang pada umumnya?

Kalo jawabannya iya, bisa jadi orang itu adalah salah satu penderita sindrom Pica.

Apaan sih sindrom Pica?

Sindrom Pica merupakan sebuah gangguan makan yang digambarkan dengan cara mengkonsumsi zat-zat atau benda-benda yang bukan makanan orang pada umumnya secara terus-menerus dan bisa menjadi sebuah kebiasaan.

Orang-orang yang menderita sindrom pica bisa memakan apa saja termasuk kapur tulis, kotoran, deterjen, sabun, kertas, rambut, genteng, tanah, kerikil atau benda lain yang termasuk non-makanan.


Seperti yang dialami seorang ibu bernama Lisa Anderson, ia ketagihan memakan bedak bayi dan sudah berlangsung selama 15 tahun. Dalam kurun waktu tersebut lisa telah menghabiskan 8000 Pounsterling atau sekitar 146,7 juta rupiah untuk kecanduannya tersebut.

Lisa mengaku bahwa ia dapat menghabiskan satu bak mandi penuh yang berisi bedak dalam sehari.



Lisa pertama kali mengalami gejala PICA 15 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2004, beberapa hari setelah melahirkan anak kelimanya. Ia merasakan dorongan/hasrat untuk memakan bedak saat sedang mengeringkan putranya. Pada awalnya, ia hanya tertarik pada bau dari bedak bayi tersebut. Namun, hingga sekarang Lisa bahkan seakan tidak bisa hidup jika tidak makan bedak bayi tersebut.

Lisa menyelinap ke kamar mandi untuk memakan bedak dari punggung tangannya setiap 30 menit. Lisa bisa menghabiskan seluruh isi botol bedak 200g dalam sehari dan bahkan kerap kali terbangun empat kali dalam semalam hanya untuk memakan bedak.

Lisa selalu minum air setelah memakan bedak bayi tersebut dan ia juga tidak memakan sembarang jenis bedak bayi, hanya bedak asli Johnson's Baby Powder yang rasanya bisa diterima oleh perutnya.

{thread_title}

Sumber Video : di sini

Dia merahasiakan kebiasaan itu selama satu dekade sampai saat mantan pasangannya curiga dan menyergapnya di kamar mandi karena curiga dengan Lisa sering bolak-balik ke kamar mandi.

Setahun lalu, Lisa mengumpulkan keberanian untuk mendapatkan bantuan dari tenaga profesional. Ia mengatakan ingin berhenti dari kecanduanya terhadap bedak bayi meskipun terasa sangat sulit. Dokter mengidentifikasi bahwa kemungkinan Lisa menderita sindrom PICA. Oleh dokter umum, Lisa dirujuk agar mendapatkan konseling, karena Kecanduannya tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan.

Para ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa bedak bayi tidak boleh dicerna karena dapat menyebabkan kanker.

Bedak bayi terbuat dari campuran mineral silikon, magnesium, dan oksigen. Zat ini sangat beracun jika dihirup atau dikonsumsi, akan menyebabkan masalah bagi pernapasan serta batuk dan juga iritasi mata. Bahkan lebih parahnya bisa menyebabkan nyeri dada, gagal paru-paru, tekanan darah rendah, kejang, diare dan muntah.

Sekarang, untuk mengurangi kecanduannya Lisa mengunyah permen mint ekstra kuat saat ke luar rumah demi memuaskan menggantikan tekstur berkapuryang dimiliki bedak bayi.


Maka benar adanya tulisan peringatan yang ada di belakang kemasan bedak, yang biasanya berbunyi :
Jauhkan bedak dari hidung dan mulut anak-anak. Menghirup dapat menyebabkan masalah pernapasan, hindari kontak dengan mata. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Hanya untuk pemakaian luar.

~SEKIAN~
GIF

Referensi di sini dan di sana
TaraAnggara
mayyarossa
indramamoth
indramamoth dan 20 lainnya memberi reputasi
19
3.7K
102
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.