gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
Ketika Politik Bersentuhan dengan Sepakbola (Bagian I)


Sepakbola tak dapat dipungkiri adalah olahraga paling populer di dunia dalam kurun waktu satu abad ke belakang. Begitu banyak kisah yang terjadi di dunia lapangan hijau. Meskipun ada yang berkata sepakbola haruslah bersih dari unsur politik, namun tak dapat dipungkiri bahwa para kekuatan politik di berbagai negara kadang ikut bersinggungan dengan sepakbola. Siapa sajakah mereka?

Klik gambar untuk menuju sumber gambar

Mussolini "Membidani" Kelahiran AS Roma

Benito Mussolini menonton langsung pertandingan Derby della Capitalleantara AS Roma dan Lazio pada 4 Maret 1930 yang berakhir dengan kemenangan 3-1 untuk Roma.

Benito Mussolini dan Partai Fasisnya telah menggenggam Italia sejak Oktober 1922. Mussolini memiliki tekad mengembalikan kejayaan Italia seperti ketika masih menjadi Kekaisaran Romawi. Salah satu upaya mewujudkannya adalah melalui olahraga sepakbola. Sepakbola juga digunakannya untuk menyatukan rakyatnya dan menunjukkan kehebatan fasisme Italia.

Mussolini, melalui anggotanya yang berpengaruh di Roma, Italo Foschi, menginisiasi penggabungan beberapa klub sepakbola kecil di ibu kota Roma. Tiga klub sepakbola - SS Alba Audace, Fortitudo-Pro Roma SGS, dan Football Club di Roma, bergabung menjadi klub baru bernama Associazione Sportiva Roma atau AS Roma pada 7 Juni 1927. Klub ini membawa spirit Romawi dalam citra klub. Mereka mengenakan jersey berwarna merah marun dengan garis emas, mengikuti warna bendera Romawi. Lambang mereka pun didasarkan pada mitologi pendirian kota Roma - Romulus dan Remus yang tengah disusui oleh serigala betina (yang kemudian membuat AS Roma dijuluki tim serigala ibu kota). Satu-satunya klub ibu kota yang menolak untuk digabungkan, Lazio, menjadi rival berat AS Roma. Meski Mussolini adalah fans Lazio, ia turut membantu Roma bersaing dengan tim-tim mapan dari utara Italia seperti AC Milan, Inter Milan, dan Juventus. Roma pada awalnya bermarkas di Campo Testaccio, kemudian pindah ke Stadion Partai Nasional Fasis dan bersama dengan Lazio menjadi penghuni Stadio Olimpico hingga kini.

Pada musim perdana Serie A dengan format liga (1929/30), Roma finis di peringkat keenam. Musim berikutnya, Roma bahkan berhasil finis sebagai runner-up. Roma akhirnya bisa menjuarai Serie A pada musim 1941/42, namun dengan tudingan bahwa Roma dibantu oleh Mussolini. Setelah Perang Dunia II, prestasi Roma terpuruk, bahkan sampai terdegradasi ke Serie B selama 1 musim (1951/52).

Roma sendiri merasakan gelar scudetto kembali 2 kali, musim 1982/83 dan 2000/01.

Anschluss Menerjang, Piala Dunia 1938 Tinggal Angan-angan

Timnas Austria pada sebuah pertandingan tahun 1932.

Timnas Austria sempat merasakan era keemasan pada 1930-an. Tim yang dijuluki Wunderteam ini menjadi kekuatan besar di Eropa kala itu bersama Italia, Hongaria, dan Cekoslovakia. Dilatih oleh Hugo Meisl dan dipimpin Matthias Sindelar sebagai kapten, Austria memikat publik sepakbola Eropa dengan permainan formasi 2-3-5. Mereka mencatat 14 kemenangan beruntun dari April 1931 hingga Desember 1932, mencapai semifinal Piala Dunia 1934 sebelum dihempaskan tuan rumah Italia 0-1, dan masuk final cabang sepak bola Olimpiade Musim Panas 1936 namun kalah 1-2 dari Italia.

Mereka berhasil lolos ke Piala Dunia 1938 di Prancis setelah menang 2-1 atas Latvia pada pertandingan babak kualifikasi kedua tanggal 5 Oktober 1937. Sayangnya, pada 12 Maret 1938, tiga bulan sebelum turnamen, Jerman menganeksasi Austria dalam peristiwa yang dikenal sebagai Anschluss. Austria pun tidak bisa mengikuti Piala Dunia ini karena negaranya sudah tidak ada dan 5 pemain Austria pun dilebur ke timnas Jerman. Sindelar menolak bermain untuk Jerman meski terus menerus dibujuk.

Performa tim gabungan pemain Jerman dan Austria ini pun memble di turnamen sebenarnya. Pada pertandingan babak pertama melawan Swiss pada 4 Juni 1938, mereka ditahan imbang 1-1. Pada pertandingan ulang pada 9 Juni, mereka kalah 2-4 setelah sempat unggul cepat 2 gol. Jerman pun tersingkir di babak pertama, sebuah hal yang tak terulang hingga 2018.

Austria yang tidak ikut serta menguntungkan Swedia yang langsung lolos ke perempat final tanpa bertanding.

23 Januari 1939, Sindelar dan kekasihnya ditemukan tewas dalam apartemennya karena keracunan karbon monoksida dari pemanas yang bocor. Ada dugaan, mereka dihabisi oleh rezim Nazi.

Meski telah meninggal lebih dari 80 tahun silam, Sindelar meninggalkan satu legacy berpengaruh bagi sepakbola. Teknik False Nine yang disebut-sebut sebagai cikal bakal Total Football ala Belanda dan Tiki Taka ala Barcelona.

Andil Hitler dalam Rivalitas Duo Manchester

Kondisi Old Trafford setelah diserang oleh pesawat Luftwaffe pada 1941.

Malam hari 11 April 1941, pesawat-pesawat Luftwaffe, Angkatan Udara Jerman, melakukan serangan ke kota Manchester sebagai bagian dari upaya Adolf Hitler menggembosi mesin perang Inggris. Bom-bom ini meluluhlantakkan kota tersebut. Salah satu yang hancur akibat penyerangan yang disebut Manchester Blitz ini adalah Old Trafford. Stadion yang menjadi markas Manchester United sejak 1910 ini saat itu menjadi depot untuk keperluan militer Inggris. Namun, Old Trafford tetap memainkan pertandingan sepakbola bahkan hingga 3 hari sebelum serangan.

Stadion ini sendiri pernah diserang sebelumnya oleh Luftwaffe pada 22 Desember 1940 yang memaksa MU memainkan laga kandang kontra Stockport County di kandang Stockport.

Kerusakan parah yang dialami Theatre of Dreams memaksa MU untuk sementara mengungsi ke Maine Road, markas Manchester City. Operasional MU untuk sementara dilakukan di Cornbrook Cold Storage milik James Gibson, pemilik MU kala itu. Dengan seizin City, keduanyapun berbagi kandang selama beberapa tahun. Di sinilah rivalitas tersebut lahir.

MU tidak rutin membayar biaya sewa stadion sebesar 5.000 poundsterling plus sebagian hasil penjualan tiket masuk. Fans MU juga terkadang mengejek pemain City. Fans City juga merasa terlibat dalam renovasi Old Trafford karena danaya berasal dari pemerintah kota (MU mendapat dana 4.800 poundsterling untuk membersihkan puing-puing dan 17.478 poundsterling untuk renovasi dari War Damage Commision).

Setelah Old Trafford selesai direnovasi pada 1949, MU kembali ke markasnya dan memainkan laga perdana setelah perang di Old Trafford pada 23 Agustus 1949. Namun, rivalitas yang sudah terlanjur terbentuk akan semakin memanas.

Namun, selama periode ini pula, rekor penonton terbanyak tercipta dalam pertandingan Manchester United kontra Arsenal yang disaksikan 83.260 orang secara langsung pada 17 Januari 1948.

Hancurnya Old Trafford pada 1941 juga turut menghancurkan dokumen sejarah awal MU sebagai Newton Heath LYC. Kini, tak ada yang tahu pasti kapan klub tersebut berdiri, hanya tahun 1878 yang bisa diketahui.

Hitler vs Bayern München

Fans Bayern München membentangkan spanduk besar bergambar Kurt Landauer, mantan Presiden Bayern München era 1930-an yang membawa klub mengoposisi rezim Nazi Jerman. Ini dilakukan untuk memperingati 125 tahun kelahirannya pada 2009.

Meski sama-sama berasal dan tumbuh di ibu kota negara bagian Bayern ini, Bayern München dan NSDAP/Partai Nazi ternyata saling berseberangan.

Ini diejawantahkan oleh sosok Kurt Landauer, mantan Presiden Bayern München 4 kali (periode terpisah) antara 1913 hingga 1951. Ketika Hitler naik menjadi kanselir Jerman pada 1933, Landauer yang berdarah Yahudi sedang memimpin Die Roten. Karena latar belakang etnisnya, kontan saja ia menjadi sasaran rezim baru. München, bersama dengan Eintracht Frankrut, FSV Frankfurt, dan FK Austria Wien, dicap sebagai Judenklub, klub yang didominasi atau erat dengan orang Yahudi. Klub-klub ini mengalami diskriminasi selama era berkuasanya Hitler.

Fans München yang takut dengan rezim beralih mendukung rival sekota TSV 1860 München. Landauer, yang memimpin sikap anti-Nazi klubnya, dipaksa mundur pada 1933. Ia juga kehilangan pekerjaan sebagai manajer periklanan sebuah surat kabar. Ia kemudian ditangkap pada 1938 dan dikirim ke kamp konsentrasi Dachau namun dibebaskan setelah 33 hari. Ia lalu mengungsi ke Swiss.

Ketika München melakukan pertandingan kontra timnas Swiss di Zurich pada 1943, kapten München, Konrad Heitkamp, mendapatkan surat dari Landauer. Namun, sebelum sempat dibuka, surat itu diambil paksa oleh anggota Gestapo. Nazi melarang seluruh skuad dan ofisial München melakukan kontak dengan mantan presiden mereka. Tak tinggal diam, seusai pertandingan, para pemain München berlari ke tepi lapangan dan melambaikan tangan kepada Landauer yang menonton langsung.

Sikap anti-Nazi yang dimiliki München cukup logis. 2 dari 17 pendiri klub pada 1900 berdarah Yahudi. Landauer adalah Yahudi, begitu pula pelatih Richard Dombio yang membawa München meraih trofi pertama pada ajang Piala Viktoria 1932. Bek sayap München, Sigmund Haringer, juga terang-terangan menyebut parade Nazi sebagai "teater anak-anak" dan pemain München sempat berkelahi dengan militan SA (paramiliter Nazi sebelum digantikan dominasinya oleh SS) pada 1934.

Pada masa Perang Dunia II, tepatnya 1940, Hermann Göring meminta klub menyerahkan trofi yang mereka miliki untuk membantu produksi persenjataan. Heitkamp menolak menyerahkan trofi 1932 yang mereka dapatkan kepada Nazi. Ia dan istrinya pun menyembunyikan trofi tersebut di sebuah ladang pertanian di Ascholding dekat Wolfratshausen, lalu mengungsikannya lagi pada 1945 agar tak diambil tentara Amerika Serikat yang menduduki Bayern. Trofi tersebut kini aman terpajang di museum Bayern München di Allianz Arena.

Sebaliknya, klub yang diistimewakan rezim Nazi seperti FC Nurenberg dan Schalke 04, mendapat dukungan dan tampil perkasa. Nurenberg memenangi kompetisi domestik pada 1934 dengan diperkuat pilar timnas Jerman seperti Fritz Szepan, Hans Bornemann, dan Rudi Gellesch. Schalke pun memenangi 22 piala dan runner-up 8 kali di semua ajang selama era Hitler. Hitler bahkan diduga adalah fans Schalke, namun hal ini telah dibantah pihak klub. Keterkaitan ini diduga karena latar belakang Schalke yang dibangun oleh pekerja tambang di Ruhr sementara NSDAP sejatinya adalah partai berbasis pekerja.

Indonesia Gagal Lolos ke Piala Dunia 1958 karena Tidak Mengakui Israel

Timnas Indonesia pada 1950-an.

Indonesia memiliki kesempatan emas untuk berlaga di Piala Dunia Swedia 1958. Dilatih Antun Pogačnik dan diperkuat legenda PSM Makasar, Ramang, Indonesia masuk dalam zona Asia-Afrika untuk memperebutkan 1 tiket ke Piala Dunia.

Indonesia langsung melaju ke babak kualifikasi pertama setelah Taiwan memutuskan walk out. Lawan yang dihadapi adalah Republik Rakyat Tiongkok. Austrialia, yang sejatinya juga akan melawan Indonesia, mundur. Pada laga kandang di Stadion Ikada, Jakarta, tim Garuda menang 2-0 lewat brace Ramang. Namun, Tiongkok berhasil menang 4-3 di Heaven Temple, Peking. Karena kualifikasi menggunakan sistem round-robin dan poin kedua tim sama (2 poin dari 1 kemenangan), laga play-off pun digelar di Yangoon, Burma. Laga berakhir 0-0, namun Indonesia yang berhak lolos karena unggul selisih gol.

Pada babak kualifikasi kedua, Indonesia satu grup dengan Israel, Sudan, dan Mesir. Masalahnya, Indonesia tidak mengakui Israel dan bermain di kandang Israel sama saja dengan mengakui keberadaan negara tersebut. Indonesia mengajukan permohonan agar pertandingan kontra Israel dilakukan di tempat netral namun ditolak FIFA. Indonesia pun memilih mengundurkan diri dari kualifikasi.

Di babak kualifikasi akhir, Sudan juga memilih mundur karena menolak bermain melawan Israel. Demikian pula Mesir ketika tahu mereka dapat melawan Israel jika lolos ke babak tersebut. Ini terkait ketegangan antar kedua negara pasca Krisis Suez 1956. FIFA, yang tak mengizinkan sebuah tim yang bukan juara bertahan atau tuan rumah lolos tanpa bertanding sama sekali (sebelum dipasangkan dengan Indonesia, Israel lolos karena Turki menolak bertanding melawan Israel), mengatur laga play-off antara Israel dan Wales, yang sebenarnya sudah tersingkir dari kualifikasi zona Eropa. Wales tak menyia-nyiakan kesempatan kedua dari FIFA ini. Wales menggebuk Israel 2-0, kandang maupun tandang. Dengan agregat 4-0, Wales berhasil melakoni debut di Piala Dunia 1958. Israel harus menunggu 12 tahun lagi untuk tampil dan Indonesia masih berjuang untuk bisa kembali tampil setelah 1938.


Demikian thread dari saya kali ini. Kisah-kisah di atas menjadi saksi bertemunya sepakbola dengan politik internasional. Bagaimana pendapat Anda? Sampaikan pada kolom komentar.


Referensi I
Referensi II
Referensi III
Referensi IV
Referensi V
Referensi VI
Referensi VII
Referensi IX
Referensi IX
Referensi X
Referensi XI
Referensi XII
Referensi XIII
Referensi XIV
Referensi XV
Referensi XVI
Referensi XVII
Referensi XVIII
Referensi XIX
Referensi XX
Referensi XXI
Referensi XXII
Referensi XXIII
Referensi XXIV
Referensi XXV
Referensi XXVI
Referensi XXVII
Referensi XXVIII
Referensi XXIX
Referensi XXX
Referensi XXXI
Referensi XXXII



Diubah oleh gilbertagung 16-09-2020 13:33
akubebe
pakisal212
rendiv
rendiv dan 34 lainnya memberi reputasi
35
8.9K
152
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.