- Beranda
- The Lounge
Pengalaman Covid
...
TS
jndl
Pengalaman Covid
tanggal 28 agustus saya pergi ke Malang untuk menjemput isrti dan anak saya. di Malang saya tinggal di rumah kakak ipar saya. di rumah itu kakak ipar saya dan salah satu anaknya (keponakan saya) kebetulan sedang sakit. kakak ipar saya sakit demam lemas dan muntah-muntah. kemudian keponakan saya demam tidak enak badan dan kehilangan indra perasa dan pembau.
siang hari, ibu mertua saya datang. kondisi sehat dan masih sempat bantu-bantu pekerjaan rumah. malam harinya kakak ipar saya dan anaknya yang sakit ini pergi periksa ke dokter. hasilnya mreka berdua didiagnosa mengalami asam lambung, versi dokter itu. dan di malam itu juga ibu mertua saya ikut sakit, lemas, demam, dan tidak mau makan. alhamdulillah anggota keluarga yang lain tidak tertular.
esoknya 29 agustus kondisi ibu mertua dan kakak ipar saya makin memburuk. hilang nafsu makan, lemas, panas dan hanya berbaring saja. ponakan saya meski merasa tidak enak badan dan kehilangan indra perasa dan pembau, tapi masih merasa fit, masih kuat pergi keluar rumah. tanggal 30 agustus saya berangkat pulang kembali ke madura bersama anak dan istri menggunakan bis.
selama perjalanan pulang dan pergi kami sekeluarga sudah mematuhi protokol kesehatan yang direkomendasikan pemerintah, apa lagi karena saya khawatir sama anak saya yang masih usia 2tahun. masker, jaket, hand sanitizer, desinfektan spray sudah kami gunakan. termasuk minum jamu herbal agar imun terjaga.
hari senin tanggal 1 september saya kembali masuk kantor seperti biasa. di kantor tiba-tiba saya terserang flu, bersin-bersin dan hidung saya pilek. akhirnya saya hanya masuk setengah hari dan pulang duluan untuk istirahat, di rumah saya minum obat flu dan tidur. dan dapat kabar dari malang bahwa kakak ipar saya akhirnya dirawat di RS, dengan diagnosa yang sama, asam lambung. kabar ibu mertua saya pun masih sakit terbaring di rumah.
hari selasa alhamdulillah saya sembuh, sehat kembali seperti biasa dan masuk kantor. tapi tiba-tiba hari rabu pagi saya terbangun degan kondisi badan yang sakit semua, pegal-pegal seluruh badan, persendian seperti engsel karat, ditambah sakit kepala dan pusing. saya putuskan tidak masuk kantor hari itu. malamnya setelah isya', sakit saya bertambah demam, badan panas tinggi sampai-sampai saya menggigil merasakan suhu lingkungan sekitar saya. indra perasa dan pembau saya juga hilang. mulai malam itu saya tidur di kamar terpisah. obat flu, jamu herbal flu, suplemen vitamin pegal-pegal, jahe hangat, lemon hangat, antibiotik saya konsumsi semua hingga hari sabtu tanggal 5 september tidak ada perubahan kondisi dengan tubuh saya.
makan pun saya paksakan telan karena makan hanya serasa minum air putih, sudah pasti kehilangan nafsu makan. Saya tambahkan roti dan susu, saya juga cobamenu-menu lain yang mungkin enak di lidah. Alhamdulillah rasa gado-gado dan soto ayam sedkit membantu. Tak lupa saya juga mengikuti tips berjemur tiap pagi.
dapat kabar dari malang, kakak ipar saya sudah pulang dari RS dan sembuh. dan sampai hari sabtu ini juga kondisi ibu mertua saya tidak kunjung membaik, akhirnya ibu dirujuk ke RS. di RS ibu saya di rawat di ruang isolasi. lalu keponakan saya, masih tidak bisa merasakan apapun di lidahnya dan tidak bisa membau. karena tidak ada keluhan yang berarti, keponakan saya tidak memeriksakannya ke dokter, padahal dia setiap hari jaga ibunya selama di RS. Kakak ipar saya sekeluarga diperintah untuk isolasi mandiri di rumahnya, termasuk kakak ipar saya yang lain yang mengantar ibu mertua ke rumah sakit.
hari minggu tangal 6 september kondisi badan saya mulai membaik, pegal-pegal dan demam mulai hilang, indera perasa sedikit mulai kembali. Tapi malah batuk-batuk. Pikiran saya langsung buruk, ini covid. Saya bersikukuh untuk isolasi mandiri di rumah karena saya tidak ingin stress jika saya dirawat di RS.
Hingga hari Rabu tanggal 9 september kondisi badan saya terasa lebih baik, lebih nyaman walau batuk-batuk masih mengganggu. Akhirnya sore hari saya pergi ke dokter umum untuk periksa. Paru-paru saya di Xray, dokternya bilang memang ada Pneumonia tapi dia tidak berhak memvonis karena bukan spesialis paru. Kemudian diperintahkan untuk ke dokter spesialis paru untuk hasil yang lebih valid.
Kamis pagi tanggal 10 september, innalillahiwa’innailaihi roji’un. Ibu mertua meninggal. Istri saya langsung stress. Kondisi suami tidak baik-baik saja, ibu meninggal, dan tidak bisa berkumpul bersama keluarga disana. selama di RS kondisi ibu mertua saya memang memburuk, tidak ada tanda kondisi membaik. Ibu mertua saya langsung ditangangi oleh pihak RS dan dikebumikan dengan protocol covid. Pagi hari itu saya langsung bergegas berangkat sendiri menuju rumah sakit untuk periksa ke dokter paru. Tidak mungkin saya mengajak istri saya dengan keadaan sedang berduka seperti itu.
Doker memperbolehkan saya untuk isolasi mandiri di rumah. Saya tidak di-rapid atau pun di-swab karena dokter bilang 80-90% bisa dipastikan positif covid. Paru-paru saya memang menunjukkan pneumonia bilateral tapi masih sedikit. Dan di oximeter menunjukkan nilai saya 99, oksigen dalam darah saya masih bagus. Masih termasuk pasien dengan gejala ringan. saya konsumsi 5 macam obat resep dari dokter paru hingga 6 hari ke depan dan kembali control kondisi paru-paru saya, mudah-mudahan membaik, amin.
11 September, dua hari setelah saya konsumsi obat dari dokter paru ini, saya merasa sedikit lebih baik, frekuensi batuk juga berkurang. Namun tidak untuk batuk pagi hari sebangun tidur, masih batuk-batuk sampai mau muntah, memang proses mengeluarkan dahak dan riak. Hingga hari ini saya mengamankan diri di dalam kamar, keluar kamar untuk makan, mandi, toilet dan berjemur. Dan memaikai masker setiap kali saya keluar kamar.
mudah-mudahan bisa sembuh, amin.
alhamdulillah sudah sembuh gan.
tanggal 21 kemaren dinyatakan sembuh sma dokter.
tp tanggal 5 November besok hrs kontrol checkup lagi, liat kondisi paru2.
siang hari, ibu mertua saya datang. kondisi sehat dan masih sempat bantu-bantu pekerjaan rumah. malam harinya kakak ipar saya dan anaknya yang sakit ini pergi periksa ke dokter. hasilnya mreka berdua didiagnosa mengalami asam lambung, versi dokter itu. dan di malam itu juga ibu mertua saya ikut sakit, lemas, demam, dan tidak mau makan. alhamdulillah anggota keluarga yang lain tidak tertular.
esoknya 29 agustus kondisi ibu mertua dan kakak ipar saya makin memburuk. hilang nafsu makan, lemas, panas dan hanya berbaring saja. ponakan saya meski merasa tidak enak badan dan kehilangan indra perasa dan pembau, tapi masih merasa fit, masih kuat pergi keluar rumah. tanggal 30 agustus saya berangkat pulang kembali ke madura bersama anak dan istri menggunakan bis.
selama perjalanan pulang dan pergi kami sekeluarga sudah mematuhi protokol kesehatan yang direkomendasikan pemerintah, apa lagi karena saya khawatir sama anak saya yang masih usia 2tahun. masker, jaket, hand sanitizer, desinfektan spray sudah kami gunakan. termasuk minum jamu herbal agar imun terjaga.
hari senin tanggal 1 september saya kembali masuk kantor seperti biasa. di kantor tiba-tiba saya terserang flu, bersin-bersin dan hidung saya pilek. akhirnya saya hanya masuk setengah hari dan pulang duluan untuk istirahat, di rumah saya minum obat flu dan tidur. dan dapat kabar dari malang bahwa kakak ipar saya akhirnya dirawat di RS, dengan diagnosa yang sama, asam lambung. kabar ibu mertua saya pun masih sakit terbaring di rumah.
hari selasa alhamdulillah saya sembuh, sehat kembali seperti biasa dan masuk kantor. tapi tiba-tiba hari rabu pagi saya terbangun degan kondisi badan yang sakit semua, pegal-pegal seluruh badan, persendian seperti engsel karat, ditambah sakit kepala dan pusing. saya putuskan tidak masuk kantor hari itu. malamnya setelah isya', sakit saya bertambah demam, badan panas tinggi sampai-sampai saya menggigil merasakan suhu lingkungan sekitar saya. indra perasa dan pembau saya juga hilang. mulai malam itu saya tidur di kamar terpisah. obat flu, jamu herbal flu, suplemen vitamin pegal-pegal, jahe hangat, lemon hangat, antibiotik saya konsumsi semua hingga hari sabtu tanggal 5 september tidak ada perubahan kondisi dengan tubuh saya.
makan pun saya paksakan telan karena makan hanya serasa minum air putih, sudah pasti kehilangan nafsu makan. Saya tambahkan roti dan susu, saya juga cobamenu-menu lain yang mungkin enak di lidah. Alhamdulillah rasa gado-gado dan soto ayam sedkit membantu. Tak lupa saya juga mengikuti tips berjemur tiap pagi.
dapat kabar dari malang, kakak ipar saya sudah pulang dari RS dan sembuh. dan sampai hari sabtu ini juga kondisi ibu mertua saya tidak kunjung membaik, akhirnya ibu dirujuk ke RS. di RS ibu saya di rawat di ruang isolasi. lalu keponakan saya, masih tidak bisa merasakan apapun di lidahnya dan tidak bisa membau. karena tidak ada keluhan yang berarti, keponakan saya tidak memeriksakannya ke dokter, padahal dia setiap hari jaga ibunya selama di RS. Kakak ipar saya sekeluarga diperintah untuk isolasi mandiri di rumahnya, termasuk kakak ipar saya yang lain yang mengantar ibu mertua ke rumah sakit.
hari minggu tangal 6 september kondisi badan saya mulai membaik, pegal-pegal dan demam mulai hilang, indera perasa sedikit mulai kembali. Tapi malah batuk-batuk. Pikiran saya langsung buruk, ini covid. Saya bersikukuh untuk isolasi mandiri di rumah karena saya tidak ingin stress jika saya dirawat di RS.
Hingga hari Rabu tanggal 9 september kondisi badan saya terasa lebih baik, lebih nyaman walau batuk-batuk masih mengganggu. Akhirnya sore hari saya pergi ke dokter umum untuk periksa. Paru-paru saya di Xray, dokternya bilang memang ada Pneumonia tapi dia tidak berhak memvonis karena bukan spesialis paru. Kemudian diperintahkan untuk ke dokter spesialis paru untuk hasil yang lebih valid.
Kamis pagi tanggal 10 september, innalillahiwa’innailaihi roji’un. Ibu mertua meninggal. Istri saya langsung stress. Kondisi suami tidak baik-baik saja, ibu meninggal, dan tidak bisa berkumpul bersama keluarga disana. selama di RS kondisi ibu mertua saya memang memburuk, tidak ada tanda kondisi membaik. Ibu mertua saya langsung ditangangi oleh pihak RS dan dikebumikan dengan protocol covid. Pagi hari itu saya langsung bergegas berangkat sendiri menuju rumah sakit untuk periksa ke dokter paru. Tidak mungkin saya mengajak istri saya dengan keadaan sedang berduka seperti itu.
Doker memperbolehkan saya untuk isolasi mandiri di rumah. Saya tidak di-rapid atau pun di-swab karena dokter bilang 80-90% bisa dipastikan positif covid. Paru-paru saya memang menunjukkan pneumonia bilateral tapi masih sedikit. Dan di oximeter menunjukkan nilai saya 99, oksigen dalam darah saya masih bagus. Masih termasuk pasien dengan gejala ringan. saya konsumsi 5 macam obat resep dari dokter paru hingga 6 hari ke depan dan kembali control kondisi paru-paru saya, mudah-mudahan membaik, amin.
11 September, dua hari setelah saya konsumsi obat dari dokter paru ini, saya merasa sedikit lebih baik, frekuensi batuk juga berkurang. Namun tidak untuk batuk pagi hari sebangun tidur, masih batuk-batuk sampai mau muntah, memang proses mengeluarkan dahak dan riak. Hingga hari ini saya mengamankan diri di dalam kamar, keluar kamar untuk makan, mandi, toilet dan berjemur. Dan memaikai masker setiap kali saya keluar kamar.
mudah-mudahan bisa sembuh, amin.
alhamdulillah sudah sembuh gan.
tanggal 21 kemaren dinyatakan sembuh sma dokter.
tp tanggal 5 November besok hrs kontrol checkup lagi, liat kondisi paru2.
zeronimo memberi reputasi
1
1.1K
17
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925.2KThread•91.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya