therminustAvatar border
TS
therminust
AS Memveto Resolusi Antiterorisme yang Disponsori Indonesia di PBB


New York - 
Amerika Serikat (AS) memveto resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) soal aktivitas antiterorisme yang disponsori oleh Indonesia. Resolusi itu menyerukan penuntutan, rehabilitasi dan reintegrasi semua pihak yang terlibat dalam aktivitas terorisme.

Dalam penjelasannya, seperti dilansir Associated Press, Selasa (1/9/2020), AS menyebut resolusi itu tidak menyerukan pemulangan militan asing kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan keluarganya dari wilayah Suriah dan Irak yang kini menampung mereka di kamp-kamp penampungan. Menurut AS, pemulangan militan asing ke negara asal mereka merupakan 'langkah awal yang krusial'.

Duta Besar AS untuk PBB, Kelly Craft, mencetuskan bahwa resolusi itu 'seharusnya dirancang untuk memperkuat tindakan internasional terhadap kontra-terorisme.' Craft menyebut bahwa resolusi itu 'lebih buruk daripada tidak ada resolusi sama sekali'.

Karena pandemi virus Corona (COVID-19) masih merajalela, sebanyak 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB melakukan voting via email. Hasilnya menunjukkan 14 negara mendukung resolusi itu dan hanya AS yang satu-satunya menolak. Hasil voting diumumkan oleh Presiden Dewan Keamanan PBB saat ini, Duta Besar Indonesia untuk PBB, Dian Triansyah Djani.


Dalam pernyataannya menjelaskan kenapa AS menjatuhkan veto, Craft menekankan bahwa pemulangan dan pertanggungjawaban atas tindak kejahatan yang dilakukan militan ISIS dan keluarga mereka sangat penting agar mereka 'tidak menjadi inti dari ISIS 2.0'.

"Tidak dapat dipahami bahwa anggota lain dari dewan ini merasa puas dengan sebuah resolusi yang mengabaikan dampak keamanan dari meninggalkan teroris asing untuk merencanakan pelarian mereka dari fasilitas penahanan terbatas dan meninggalkan keluarga mereka untuk menderita di kamp tanpa bantuan, peluang atau harapan," jelas Craft.

Pekan lalu, Craft mengatakan bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump kecewa karena upaya Indonesia untuk menyusun 'sebuah resolusi yang berarti ... terhalang oleh penolakan anggota dewan untuk memasukkan repatriasi'.


Dia merujuk pada negara Eropa Barat, khususnya Inggris dan Prancis, yang menolak untuk menerima kembali militan ISIS dan keluarganya, kecuali dalam kasus anak yatim piatu. Inggris bahkan sebelumnya menegaskan bahwa mereka yang ditahan di Suriah dan Irak harus diadili di sana, bukannya di Inggris.

Ditegaskan Craft bahwa AS memulangkan warganya yang menjadi militan ISIS dan mengadilinya jika memungkinkan. Dia mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pence, bahwa: "Kami ingin setiap negara menerima kembali warganya. Itu langkah pertama. Mereka harus melakukannya."

Dubes Djani menyampaikan penyesalannya bahwa resolusi itu tidak bisa diadopsi. Dia menyebut resolusi itu menangani masalah-masalah penting terkait penuntutan, rehabilitasi dan reintegrasi terduga teroris.

"Ini memberikan sinyal bahwa dewan tidak bersatu dalam perang melawan terorisme, dan tentu saja saya menyesali hal ini terjadi," ucapnya.

Resolusi yang disponsori Indonesia itu memang mendukung pemulangan anak-anak militan ISIS, namun tidak mendukung pemulangan militan ISIS dan keluarganya ke negara masing-masing. Resolusi ini juga mendorong semua negara untuk bekerja sama mengatasi ancaman dari 'pejuang teroris asing' atau FTF.

"Termasuk dengan mengadili mereka, mencegah radikalisasi terorisme dan rekrutmen FTF serta anggota keluarga yang mendampinginya, khususnya anak-anak, termasuk dengan memfasilitasi pemulangan anak-anak ke negara asal mereka, sebagaimana mestinya dan berdasarkan kasus per kasus," demikian bunyi penggalan resolusi yang ditolak AS tersebut.

https://news.detik.com/internasional...nesia-di-pbb/1



ISIS & Al Qaeda Made in USA

Mamarica ingin agar ISIS balik ke negaranya masing2 agar bibit teroris tumbuh subur kembali

Lalu dapat untung dari jualan senjata 

& bonus kalau memberontak menguasai negara dapat lahan SDA macam suriah, timteng

dan yang lagi proses terorisme di Asia: Marawi Filipina, Rohingya Myanmar, Uighur Xinjiang China, dll


Ini Bukti Amerika Menciptakan Al Qaeda dan ISIS

Selama tahun 1970-an, CIA menggunakan Ikhwanul Muslimin di Mesir sebagai tameng, baik untuk menggagalkan ekspansi Soviet dan mencegah penyebaran ideologi Marxis di antara negara-engara Arab.

Amerika Serikat juga secara terbuka mendukung Sarekat Islam pada masa Presiden Soekarno di Indonesia, dan didukung kelompok teror Jamaat-e-Islami terhadap Zulfiqar Ali Bhutto di Pakistan. Terakhir tapi pasti ada Al Qaeda di sana.

Jangan lupa, CIA melahirkan Osama Bin Laden dan mendanai organisasinya selama tahun 1980-an. Mantan Menteri Luar Negeri Inggris, Robin Cook, mengatakan kepada House of Commons bahwa Al Qaeda tidak diragukan lagi merupakan produk dari badan intelijen Barat.

Mr Cook menjelaskan bahwa Al Qaeda, yang secara harfiah berarti singkatan dari "database" dalam bahasa Arab, pada awalnya adalah database komputer dari ribuan ekstremis Islam, yang dilatih oleh CIA dan didanai oleh Saudi, untuk mengalahkan Rusia di Afghanistan.

Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dulunya memiliki nama yang berbeda: Al Qaeda di Irak. Setelah tahun 2010, kelompok tersebut mengganti nama dan memfokuskan kembali usahanya pada Suriah.

Pada dasarnya ada tiga perang yang dilancarkan di Suriah. Pertama, antara pemerintah dan pemberontak. Kedua, antara Iran dan Arab Saudi, dan ketiga antara Amerika dan Rusia.


Al-Qaeda dan ISIS Buatan Amerika Serikat?
Diubah oleh therminust 01-09-2020 12:47
tepsuzot
tepsuzot memberi reputasi
1
1.3K
50
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79KThread10.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.