Institut National du Football de Clairefontaine, akademi sepak bola yang terletak 30 mil di luar Paris dan di kedalaman hutan, kastil Montjoye adalah bangunan abad ke-17 yang telah direnovasi dengan fasilitas bintang lima. Proyek Clairefontaine awalnya merupakan gagasan dari Presiden Federasi Sepak Bola Prancis Fernand Sastre dan diresmikan oleh Presiden Francois Mitterand pada tahun 1988.

Clairefontaine memiliki 302 tempat tidur, 10 lapangan (3 dengan rumput buatan), ruang games, perpustakaan, dan bioskop. Hanya pemain terbaik di Prancis yang dipilih untuk bergabung diakademi ini. 23 remaja, berusia 13 hingga 15 tahun, dipilih setiap musim. Clairefontaine telah menghasilkan talenta papan atas seperti Thierry Henry, Nicolas Anelka, Louis Saha, Blaise Matuidi, dan bintang PSG Kylian Mbappé. 

Alasan lain untuk kesuksesan Clairefontaine adalah filosofi dalam menciptakan lingkungan pelatihan yang layak huni bagi siswanya, banyak di antaranya secara tradisional berasal dari lingkungan kelas pekerja. Ada pendekatan dan jadwal pelatihan yang ketat, tetapi rasa keakraban antara peserta dan pelatih memastikan bahwa perasaan rindu rumah atau kesepian dijaga seminimal mungkin. Para pemain berpakaian dan makan, dan, belakangan ini, penekanan diberikan pada kinerja akademis mereka.

Di lapangan itu sendiri, metodologi unik ini membedakan Clairefontaine dari rekan-rekannya. Prioritas para pemain diarahkan untuk memiliki kualitas "pemenang"bertujuan untuk menghasilkan pemenang yang akan mewakili bangsa. Sementara pengembangan dengan fokus utamanya, mengetahui cara menang dan peran pemain di dalamnya sama pentingnya. Pemain yang tidak dapat memenuhi tuntutan ketat dididik, diberi waktu dan terus dinilai. Persaingan yang sangat ketat untuk pemain usia muda dan tidak ada alasan untuk membuang waktu dan kesempatan.

Dengan pemikiran tumbuh dalam arti "football sense"juga membutuhkan pemain untuk unggul dalam tes yang dapat membantu perkembangan mental mereka. Ada tiga tes yang harus dilalui setiap pemain secara teratur dan hasilnya terus dianalisis dan dibandingkan. Tes ini didasarkan pada tiga bidang utama - psikologis, medis, dan fisik - dengan sistem paling canggih, metode modern, dan teknologi canggih berperan dalam merumuskan hasil.

Fasilitas kelas dunia harus memanfaatkan metode modern ini semaksimal mungkin, dan bagi Clairefontaine, hasilnya berbicara sendiri. Satu dekade setelah dimulainya, Prancis memenangkan Piala Dunia dengan tim yang diperkuat oleh Thierry Henry yang berusia 20 tahun, sementara untuk kesuksesan mereka di Euro 2000, Nicolas Anelka membuat langkah tersebut. Sejak gelar ganda suci mereka di panggung internasional, jumlah lulusan yang mewakili Prancis tumbuh setiap tahun.

Pada dasarnya, Clairefontaine adalah tempat yang dirancang untuk membentuk pemain menjadi atlet elit, menyiapkan mereka dengan keterampilan untuk bergabung dengan akademi terkemuka secara penuh waktu dan melanjutkan pendidikan mereka. Contohnya Kylian Mbappé setelah lulus dari Clairefontaine, dia menolak tawaran dari beberapa akademi paling terkenal di Eropa untuk melanjutkan karir sepak bolanya di tim muda Monaco, sebuah keputusan yang telah memberikan keuntungan dan direkomendasikan oleh beberapa pelatih Clairefontaine-nya.