riwidyAvatar border
TS
riwidy
Cintaku Bertepuk Lenggang Sebelah Kaki (Ode Untukmu yang Selalu Menjadi Malaikatku)



"Cinta itu murni, perasaan itu kuat, raga pun menyetujui, hanya kenyataan yang kejam mengkhianati rasa ini"




Mengenangmu, seperti mengenang masa lalu yang tak pernah benar-benar pergi dengan rela. Aku mengikhlaskanmu tetapi ternyata itu tak semudah niat tulusku semula.

Kuingat lagi dirimu antara sadar dan tidak.

Dahulu aku suka sekaligus merasa ngeri dengan caramu makan Mas, seperti penjahat yang segera dihukum mati, cepat sekali takut kehilangan kesempatan. Hanya 5 menit dan semua dihadapanmu tandas tak tersisa. Kemana semua makanan itu? Kau pesulap?

"Hati-hati, Mas! Keselek."

"Enggak, Dik, udah biasa, kami di TNI memang harus pertimbangkan waktu istirahat, agar seefisien mungkin, secepat kami bisa. Karena bisa saja,, sewaktu-waktu tugas memanggil." ujarmu kalem sambil memamerkan senyum manismu.

"Ahsiap!" jawabku sambil mengangkat tangan menghormat kepadanya.

Kau langsung menoyor keningku dengan penuh gemas. Moment yang kukenang sepanjang hidupku.

***

Dahulu aku suka kau selalu mengingatkanku sholat, karena tahu aku mau sih sholat, tapi hobi menunda dengan beribu alasan.

"Dik, dapatkan pintu surga dengan bersegera sholat ketika mendengar adzan. Jangan mengurusi duniawi yang ga ada habisnya." matamu menembus jiwaku.

"Iya, Mas, tapi tanggung, dua menit lagi deh?" sahutku menawar manja dengan memegang tangan kekarnya yang selalu kudamba bisa memapah hidupku selamanya.

"Halah, kamu itu lho, Dik, selalu begitu, dua menit bisa jadi duapuluh menit, dua jam atau dua hari? Ayolah, sana ambil air wudhu, hapenya ditaruh dulu. Nanti kuimami, mau?" senyummu lagi-lagi mengembang bersama tatapanmu yang penuh sayang.

Siapa bisa menolak lagi keindahan itu? Akupun berlari berwudhu dan sholat bersamamu. Indahnya....

***



Aku suka perhatianmu pada detil dan teliti, bahkan apa yang ada di hatiku. Seperti katamu di senja temaram waktu itu.

"Dik, kenapa sih kau baik sekali padaku dan keluargaku?" matamu tahu segalanya tetapi mulutmu menanyakan.

"Tentu karena aku menyayangimu, Mas!" suara batinku berteriak nyaring. Tetapi mulutku berkata mengkhianati, "Karena Mas juga baik, maka aku akan balas kebaikan seseorang lebih dan lebih lagi, keluargamu juga sudah seperti keluargaku sendiri."

Matamu mengerjap sendu, tetapi kepala dan senyummu mengangguk.

***

Semua terasa sempurna, kau dan aku, tetapi ada yang kurang. Entah apa itu. Rasaku tak kunjung menemukan jawaban.

Hari-hari bergulir dengan gagahnya, tanpa menanyakanku, apakah aku rela menjalani semua kekosongan itu. Bagaimana denganmu? Aku wanita dan kaulah pria yang biasanya memegang aba-aba kendali perasaan. Apa nama hubungan kita, Mas?

Hubungan tanpa ketegasan status sangat melelahkan. Tapi anehnya kita bahagia.

***

Aku suka keluargamu. Bahkan ayah ibumu pun merestui kita. Apalagi adikmu yang juga adalah sahabat baikku. Ibuku pun mendukung kita. Apa lagi? Apa yang kautunggu ....

Aku menunggu dengan sepenuh hati dan doa.

***

Semua bagai kembali ke titik nol, awal mula hubungan kita. Kembali menegaskan arti kekosongan itu. Saat semua ternyata hanya sekilas fatamorgana. Indah tapi palsu.

Kau mengakui cintamu akhirnya, Mas, tetapi bukan untukku. Untuk dia, yang baru saja memasuki hidupmu. Mengapa, Mas? Mengapa kaulakukan itu?

Hatiku nyeri Mas, tetapi luka itu tidak nampak wujudnya. Apa yang bisa diperlihatkan oleh hati yang masih setia menanti? Hati ini tidak mempunyai hak untuk terluka. Dia melenyap perlahan tanpa kuinginkan.

"Mengapa kau memilihnya? Bukankah kau tahu aku menyayangimu, Mas?" akhirnya terlontar juga kata-kata itu. Kata yang semula akan kupegang erat-erat sampai nafasku berhenti. Tanpa kau pernah sempat menyadarinya.

"Aku tidak mempunyai keberanian menyayangimu, Dik, kita terlalu berbeda. Kau sarjana, dan aku hanya tentara tanpa status gaji tetap. Apa artiku di hidupmu?"

Kau melanjutkan lagi dengan suara tergetarmu, "Aku sayang kamu, tapi kuingin kehidupan yang setara dan kuingin ada dia nanti yang jauh lebih pantas membahagiakanmu. Aku tak pantas, Dik, Maafkanku."

Air mataku pun mengering tanpa tahu kapan dia dulu menetes. Semua hampa, terasa menyesakkan. Mungkin semua salahku, memberi arti salah pada kekosongan. Terlanjur merajut mimpi tanpa ijinmu. Kau terlalu baik untuk menjadi milikku sendiri. Kau malaikat hidupku, penerang langkahku, yang akan selalu kukagumi sampai kapan pun. Sayap indahmu telah merengkuh hatiku, tanpa menyentuh ragaku.

Kita jadi mantan yang tak sempat jadian. Kita saling menyayangi tanpa ada bukti. Kita bersama tanpa ada kita disana. Dan inilah akhir cinta kita. Kumelangkah dengan sebelah kakiku yang tersisa. Berlenggang terseok tanpa hadirmu lagi.

Selamat tinggal....













Ngawi, 29 April 2020




Sumber cerita : opini pribadi
Sumber gambar :
Screen shoots drama korea :
Hotel Del Lunna, A Love Affair in The Afternoon
rinafryanie
ummuza
makola
makola dan 44 lainnya memberi reputasi
45
1.8K
75
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.