Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ts4l4saAvatar border
TS
ts4l4sa
Makanan Kebangsaan TEMPE Kedelai Sebentar Lagi Lenyap akibat Dollar Kemahalan
Kedelai Impor Mahal, Industri Tempe Gulung Tikar
Rabu, 26 Agustus 2015 | 12:55 WIB

Makanan Kebangsaan TEMPE Kedelai Sebentar Lagi Lenyap akibat Dollar Kemahalan

INILAHCOM, Lebak - Penguatan dolar AS tak hanya berimbas kepada industri besar saja. Pengrajin tempe di Kabupaten Lebak, Banten yang notabene Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terancam bankrut.

Adhari, seorang pengrajin tempe warga Desa Rangkasbitung Timur, mengakui harga kedelai impor di tingkat pengecer mencapai Rp8.200/kg. Sebelumnya, harga kedelai yang diimpor dari Argentina dan Amerika Serikat memang sudah mahal yakni Rp 7.000/kg. "Kenaikan harga kedelai itu akibat dampak pelemahan nilai rupiah hingga mencapai Rp 14.000 per dolar AS," kata Adhari di Lebak, Rabu (26/8/2015).

Saat ini, kata Adhari, pelaku usaha tempe kebingunan setelah harga kedelai mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Untuk menaikkan harga jual, sangatlah tidak mungkin karena daya beli sedang lemah.

Kondisi ini, tentunya menjadi ancaman serius bagi industri tahu dan tempe yang bergantung dari kedelai. demi bertahan hidup, mereka terpaksa mengurangi produksi sampai 60%.

Asal tahu saja, pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Lebak, terpaksa menggunakan kedelai impor karena keterbatasan kedelai lokal. "Kami sangat terpukul dengan kenaikan kedelai karena keuntungan relatif kecil akibat biaya produksi cukup tinggi," kata Soleh, pengrajin tempe dari Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak.

Selanjutnya, Soleh berharap pemerintah baik pusat dan daerah bisa bergerak cepat, melindungi sektor usaha ini. Kalau tidak, jumlah pengangguran bakal semakin banyak.
http://ekonomi.inilah.com/read/detai...e-gulung-tikar


70 Persen Produksi Kedelai Harus Impor
12 Mei 2015 0:02 WIB

YOGYAKARTA – Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama di Indonesia selain beras dan jagung. Kebutuhan pada komoditas kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun karena banyak fungsi, sebagai bahan pangan utama, pakan ternak maupun sebagai bahan baku industri skala besar hingga kecil atau rumah tangga. Menurut Dudik Harnowo dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahun mencapai 2,2 juta ton.

Sayangnya, produksi kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan tersebut secara baik. ”Produksi kedelai dalam negeri baru mampu memenuhi kebutuhan sekitar 30% dan setidaknya 70% harus impor,” papar Dudik dalam Seminar Nasional Agribisnis Kedelai: Antara Swasembada dan Kesejahteraan Petani di Fakultas Pertanian UGM.

Ia menyontohkan tahun 2013 produksi kedelai dalam negeri hanya mencapai 779.992 ton atau 33,9% dari total kebutuhan yang mencapai 2,2 juta ton sehingga kekurangannya sekitar 1,4 juta ton. Tahun 2014 produksi kedelai mencapai 921.336 ton. Di sisi lain, peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka lebar, melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam.

”Produksi kedelai di tingkat petani sebenarnya masih bisa ditingkatkan melalui inovasi teknologi, strategi peningkatan produktivitas dan areal tanam,” imbuh Didik. Dosen Fakultas Pertanian UGM, Prof Dr Ir Masyhuri melihat selain terbatasnya lahan, teknologi bercocok tanam petani juga kurang baik.

Sekitar 20% petani tidak menggunakan pupuk dan 31% menggunakan pupuk organik dan anorganik. ”Belumlah jika kita bicara tentang modal minim untuk produksi hingga pemasaran hasil,” kata Masyhuri.

Melihat kondisi itu, Masyhuri menilai perlu peningkatan daya saing dan kesejahteraan petani maupun peningkatan produksi. Pembicara lain, dosen Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof Dr Ir Mary Astuti MS mengatakan, agroindustri kedelai dapat berkembang dengan baik jika didukung petani dan kelompok tani
http://berita.suaramerdeka.com/smcet...i-harus-impor/


Kedelai Impor Kian Mahal, Perajin Tempe Ketar-ketir Bangkrut
Rabu, 26 Agustus 2015 - 11:30 wib

Makanan Kebangsaan TEMPE Kedelai Sebentar Lagi Lenyap akibat Dollar Kemahalan

LEBAK - Sejumlah perajin tempe di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, terancam gulung tikar. Hal itu sehubungan kenaikan kedelai impor di tingkat pengecer menembus Rp8.200 per kg, padahal sebelumnya Rp7.000 per kg. "Kenaikan harga kedelai itu akibat dampak pelemahan nilai rupiah hingga mencapai Rp14.000 per USD," kata Adhari, seorang perajin tempe warga Desa Rangkasbitung Timur, Kabupaten Lebak, Rabu.

Menurut dia, saat ini pelaku usaha tempe bingung setelah kedelai mengalami kenaikan. Akibat dampak kenaikan bahan baku tempe tersebut tentunya mengancam keberlangsungan perajin usaha kecil itu. Saat ini, produksi tempe berkurang sekitar 60 persen pasca kenaikan kedelai di tingkat pengecer itu. Apalagi, perajin tempe di Kabupaten Lebak tidak memiliki lembaga usaha, seperti koperasi maupun asosiasi yang bisa melindungi mereka. Para perajin tempe di Kabupaten Lebak sejak dulu hingga sekarang menggunakan kedelai impor dari Argentina dan Amerika Serikat.

Sebab, pasokan kedelai lokal relatif terbatas juga kualitasnya kalah jauh dengan kedelai impor. Kenaikkan kedelai itu, tentu produksi mengeluarkan modal dua kali lipat. Mereka perajin tempe untuk bertahan hidup mengurangi biaya produksi yang biasanya 60 kilogram kedelai, namun kini menjadi 32 kilogram. Karena itu, pihaknya berharap pemerintah dapat melindungi para perajin tempe dengan memasok kedelai dengan harga murah dan terjangkau. "Kami sangat terpukul dengan kenaikan kedelai karena keuntungan relatif kecil akibat biaya produksi cukup tinggi," katanya.

Dia mengatakan, apabila harga kedelai tidak segera dikendalikan pemerintah dipastikan ratusan perajin tempe dan tahu di Kabupaten Lebak terancam bangkrut dan menimbulkan pengangguran. Kebanyakan perajin di sini bermodal relatif kecil dan jika kedelai naik tentu bisa gulung tikar. Selain itu juga harga satuan tempe di pasaran tidak mengalami kenaikan. Selama ini, ujarnya, perajin tempe menjerit dengan kenaikan kedelai di pasaran itu.

Bahkan, beberapa perajin kini bangkrut dan tidak memproduksi lagi akibat naiknya kedelai. "Kami minta harga kedelai kembali normal dengan kisaran Rp7.200 agar usaha mereka berkembang," ujarnya. Begitu pula, Soleh, seorang perajin tempe warga Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya terpukul kenaikkan kedelai impor mencapai Rp8.200 per kg dari sebelumnya Rp7.000 per kg.

Kenaikan kedelai itu, menurut dia akan berdampak perajin tempe gulung tikar karena produksi berkurang juga kondisi modal menipis. "Kami kalau dulu terbantu dari koperasi untuk kebutuhan kedelai, namun saat ini dipasok dari pengecer," katanya. Dia mengaku, sejak naiknya kedelai terpaksa mensiasati dengan mengurangi ukuran dari biasanya. Sebab, apabila harga satuan tempe dinaikkan dipastikan konsumen menolak."Karena itu, kami memperkecil ukurannya namun harga tetap sama sebesar Rp1.000," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disprindag) Kabupaten Lebak, Wawan Ruswandi mengatakan, saat ini jumlah perajin tempe di daerah ini tercatat 245 perajin. Produksi perajin tempe itu dipasok di wilayah Kabupaten Lebak. Namun, saat ini mereka terpukul dengan terjadi kenaikkan kedelai impor hingga menembus Rp8.000-8.500 per kg. "Kami akan melaksanakan intervensi melalui subsidi maupun operasi pasar. Sebab kenaikkan kedelai impor akibat melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS," katanya.
http://economy.okezone.com/read/2015...ketir-bangkrut


RI kaya benih, tapi 70% kebutuhan kedelai harus impor
RABU, 11 SEPTEMBER 2013 | 13:13 WIB

JAKARTA, kabarbisnis.com: Indonesia ternyata mempunyai 74 varietas benih kedelai, bahkan di antaranya adalah varietas unggulan. Potensi tersebut seakaan terabaikan, karena belum menjawab persoalaan pemenuhan konsumsi kedelai nasional yang saat ini 70% masih bergantung dari impor. Apa sebab?

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menuturkan, Kementerian Pertanian (Kementan) dan lembaga litbang dan periset sudah menelurkan puluhan varietas benih kedelai. Bahkan, belum lama ini, periset sudah merilis kedelai tahan kekeringan.

"Bahkan Badan Atom Teknologi Nuklir (BATAN) berhasil memuliakan benih kedelai Mutiara I. Harusnya,dengan bantuan teknologi itu mampu menjawab persoalaan ketahanan pangan,yang selama ini untuk memenuhi kebutuhan masih bergantung pada impor," ujar Winarno ketika berbincang dengan wartawan di Jakarta, Rabu (11/9/2013).

Winarno mengakui, beberapa petani binaannya telah mengadopsi benih kedelai unggul. Benih itu berasal dari sentra produksi kedelai Grobogan, Jawa Tengah. Sebelumnya, panen petani hanya 800 kuintal sampai 1 ton per hektare (ha), namun dengan benih unggul, tingkat produktivitasnya dapat mencapai 1,5 ton per ha.

"Kedelainya juga juga besar-besar sehingga kita berharap para pengrajin suka kedelai lokal lantaran ukurannya yang kecil. Alhasil tidak ada yang mau membeli kedelai yang ditanam petani. Imbasnya, pengrajin pun lebih memilih menggunakan kedelai impor," terangnya.

Menurutnya, petani masih memiliki persepi lebih baik menanam padi dan jagung yang memiliki margin lebih besar. Tidak demikian dengan kedelai, meski pemerintah melalui Bulog akan menyerap harga kedelai.

Keenganan petani menanam kedelai itu setidaknya tecermin dalam laporan BPS. Merujuk Angka Ramalan I Badan Pusat Statistik, produksi kedelai tahun ini hanya 847.160 ton, naik tipis dibandingkan redalisasi tahun 2012 lalu sebesar 843.150 ton.

Prediksi kenaikan produksi itu tentunya tidak selaras dengan angka produksi kedelai nasional 2013 yang ditargetkan Kementan yakni hingga 1,5 juta ton. Padahal dengan kebutuhan kedelai nasional hingga 2,6 juta ton mengakibatkan Indonesia akan tetap menggantungkan porsi kedelai impor hingga 70%.

Winarno menyesalkan, besarnya potensi keanekaragam dari proses pemuliaan varietas benih kedelai itu belum dapat dimanfaatkan petani.Ini tidak lain disebabkan belum adanya gerakan masif dan bersinergi baik pemerintah maupun dinas pertanian memberikan penyuluhan kepada para petani segera mengadopsi benih kedelai hasil anak negeri sendiri.
http://www.kabarbisnis.com/read/2841...ai-harus-impor

-------------------------------------


Makanan Kebangsaan TEMPE Kedelai Sebentar Lagi Lenyap akibat Dollar Kemahalan

Mau TEMPE murah?

Aku aja jadi TEMPE-mu, apalagi bila seandainya aku yang Rupiah dan engkau Dollarnya, mas!
tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
2.5K
22
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.8KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.