Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ikardusAvatar border
TS
ikardus
'Berkah' Corona: CAD Menipis, Rupiah Bisa Ngegas Lagi!
'Berkah' Corona: CAD Menipis, Rupiah Bisa Ngegas Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) Indonesia kembali menipis di kuartal II-2020, di tengah pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang membuat perekonomian global melambat. Artinya pelambatan ekonomi global menjadi 'berkah' bagi transaksi berjalan Indonesia, yang tentunya dapat menopang kinerja rupiah.

Publikasi Neraca Pembayaran Kuartal II-2020 oleh Bank Indonesia (BI) hari ini menunjukkan defisit transaksi berjalan sebesar US$ 2,9 miliar atau setara 1,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB), membaik dari kuartal sebelumnya 1,4% PDB. Defisit di kuartal II-2020 menjadi yang paling sempit sejak awal 2017.

Transaksi berjalan menggambarkan arus masuk-keluar devisa yang datang dari ekspor-impor barang dan jasa, pendapatan primer, serta serta pendapatan sekunder.

'Berkah' Corona: CAD Menipis, Rupiah Bisa Ngegas Lagi!

Berdasarkan publikasi BI, kontributor utama dari membaiknya CAD adalah defisit di pos pendapatan primer yang semakin menyempit. Pos ini meliputi transaksi penerimaan dan pembayaran kompensasi tenaga kerja, beserta dengan arus devisa dari hasil investasi (baik itu investasi langsung, investasi portofolio, maupun investasi lainnya).

Defisit pendapatan primer pada periode April-Juni dilaporkan sebesar US$ 6,2 miliar, lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar US$ 7,9 miliar.
Penurunan defisit tersebut terjadi akibat penurunan pembayaran yield investasi kepemilikan saham domestik akibat penurunan kinerja korporasi. Maklum saja, perekonomian Indonesia nyungsep di kuartal II lalu, PDB mengalami kontraksi 5,32%, sehingga kinerja korporasi juga pastinya tergerus. 

Penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah, termasuk di DKI Jakarta sebagai pusat perekonomian Indonesia tentunya membuat roda bisnis melambat drastis.

Baca: Neraca Pembayaran RI 'Untung' Besar, CAD Kian Tipis

Sementara itu neraca pendapatan sekunder mencatat surplus tetapi menipis. Neraca ini mencakup penerimaan dan pembayaran transfer berjalan oleh sektor pemerintah dan sektor lainnya. Pos pendapatan sekunder mencakup pula transfer dari tenaga kerja (remitansi).

Surplus di kuartal II-2020 dilaporkan sebesar US$ 1,4 miliar, lebih rendah dari kuartal sebelumnya US$ 1,7 miliar, dan kuartal II-2019 sebesar US$ 2 miliar.
Saat virus corona menyerang dunia, roda bisnis secara global juga melambat, akibatnya banyak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang 'mudik'. Selain itu pemerintah juga menerbitkan Kepmenaker RI No. 151 tahun 2020 mengenai penghentian sementara penempatan PMI keluar negeri.

Akibatnya terjadi penurunan remintansi sebesar 13% quarter-to-quarter (QtQ), menjadi penyebab menyempinya surplus neraca sekunder.

Surplus pos ekspor-impor barang dan jasa juga mengalami penyempitan. Surplus neraca perdagangan non-migas tercajat sebesar US$ 4,8 miliar pada periode April-Juni, menyempit dari kuartal I sebesar US$ 7,1 miliar, tetapi masih lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 3,5 miliar.

Total ekspor non-migas tercatat sebesar 32,9 miliar, turun 16,5% dari kuartal I, sementara impor sebesar US$ 28,1 miliar, turun 13% QtQ.

Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas membaik di kuartal II-2020, menjadi US$ 0,8 miliar, dari sebelumnya US$ 2,7 miliar. Selanjutnya, defisit neraca perdagangan jasa membengkak menjadi US$ 2,2 miliar, dari sebelumnya US$ 1,9 miliar.

Rupiah Punya Bekal untuk Menguat

Membaiknya defisit transaksi berjalan menjadi kabar bagus bagi rupiah. Transaksi berjalan merupakan satu dari dua komponen Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), dan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.

Transaksi berjalan sudah mengalami defisit sejak kuartal IV-2011, sehingga menjadi 'hantu' bagi perekonomian Indonesia. Kala defisit membengkak, BI akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money, sehingga diharapkan dapat mengimbangi CAD, yang pada akhirnya dapat menopang penguatan rupiah.

Namun, kala suku bunga dinaikkan, suku bunga perbankan tentunya ikut naik, sehingga beban yang ditanggung dunia usaha hingga rumah tangga akan menjadi lebih besar. Akibatnya, investasi hingga konsumsi rumah tangga akan melemah, dan roda perekonomian menjadi melambat. Oleh karena itu, CAD menjadi batu sandungan bagi perekonomian Indonesia.


Komponen NPI lainnya, transaksi modal dan finansial berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money, dan pergerakannya sangat fluktuatif. Arus modal dapat datang dan pergi dalam waktu singkat, sehingga berdampak pada stabilitas rupiah.

Lihat saja bagaimana rupiah ambrol pada bulan Maret, saat itu rupiah menyentuh level Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan Maret terjadi capital outflow sebesar Rp 121,26 triliun di pasar obligasi, total kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) menjadi Rp 926,91 triliun per 31 Maret.

'Berkah' Corona: CAD Menipis, Rupiah Bisa Ngegas Lagi!

Sehingga posisi transaksi berjalan menjadi krusial bagi ketangguhan rupiah. CAD yang semakin membaik, plus Bank Indonesia yang memberikan indikasi tidak akan lagi memangkas suku bunga tentunya membuat rupiah berpeluang menguat ke depannya.

Pada Kamis pertengahan Juli, BI memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4%.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Youtube Resmi Bank Indonesia, Kamis (16/7/2020).

"Keputusan ini juga mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan tetap menjaga terkendalinya inflasi dan stabilitas nilai tukar," kata Perry.


Total di tahun ini, BI sudah memangkas suku bunga sebanyak 4 kali dengan total 100 bps. Tidak hanya memangkas suku bunga, BI juga memberikan banyak stimulus moneter, tujuannya, guna memacu perekonomian yang nyungsep.

CAD yang membaik, plus inflasi yang rendah tentunya membuat ruang BI untuk memangkas suku bunga lagi semakin besar.

Tetapi, Gubernur Perry dalam konferensi pers sesuai menurunkan suku bunga Juli lalu, memberikan pernyataan yang berbeda ketika ditanya mengenai peluang suku bunga kembali di pangkas.

Dalam RDG sebelumnya Perry mengatakan masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga, tetapi pada bulan lalu ia menyebut tergantung dari data-data ekonomi.

"Bagaimana kebijakan suku bunga ke depan, akan kita lihat bagaimana pola pemulihan ekonomi dan dampaknya ke inflasi. Masa-masa pandemi Covid-19 kita harus sering cermati data terbaru untuk merespon suku bunga" kata Perry.

Selain itu, Perry menekankan dalam kondisi saat ini pemulihan ekonomi lebih efektif melalui jalur kuantitas, yaitu bagaimana dari aspek likuiditas dan pendaan, seperti quantitative easing yang sudah dilakukan BI.

BI akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Rabu besok. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan bertahan di 4%. Jika sinyal BI tidak akan lagi menurunkan suku bunga semakin kuat, maka rupiah yang sudah melemah lebih dari 7% sejak memulia tren pelemahan sejak 9 Juni lalu berpotensi menguat kembali.

Sumur
https://www.cnbcindonesia.com/market...sa-ngegas-lagi

Kadrun2 gigit jari ekonomi makin baik
Iri bilang drun! emoticon-Ngakak (S)

ekonom2 recehan sembahan kadron silahkan cari bahan coli lain..

emoticon-Shakehand2
meooong
nomorelies
voorvendetta
voorvendetta dan 2 lainnya memberi reputasi
3
877
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.3KThread41.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.