Namun, masyarakat mempercayai bahwa yang sumare (tidur) di dalam pusara itu adalah tokoh sakti yang sanggup mengabulkan semua permintaan. Sebutan sumare juga mempunyai makna, bahwa yang dikuburkan disitu masih hidup, hanya tubuhnya yang dikuburkan, sedang rohnya masih bisa diajak berkomunikasi.

Makam Mbah Sunan Kuning tidak terlalu jauh dari Kota Tulungagung. Kira-kira hanya berjarak 10 kilometer. Karena adanya mitos yang menyebutkan bahwa makam Mbah Sunan Kuning cocok bagi orang yang kekurangan, maka banyak pelaku ngalap berkah hingga pemburu pesugihan yang melakukan ritual di pusara ini.

Konon setiap Kamis malam mereka menggelar atur sesaji dan ubo rampe di pelataran makam dengan sejuta harapan agar setelah hatur sajen, apa yang menjadi kehendak hati bisa terkabul. Itu adalah gambaran sekilas yang tampak di makam Mbah Sunan Kuning yang berada di Dusun Gajah, Desa Macanbang, Kec. Ngondang, Tulungagung.

Masyarakat setempat sendiri tidak begitu paham sejak kapan makam itu ada di desanya. Menurut penduduk setempat makam itu dulunya ada juru kuncinya, namanya Mbah Kandar. Setelah juru kunci itu meninggal, diganti oleh Mbah Mohammad Syaidin. Namun saat Mbah Syaidin meninggal, yang menjadi juru kunci berikutnya sudah tidak ada lagi, sebab dia tidak mempunyai keturunan yang mau meneruskannya. Yang menyebabkan hilangnya orang yang mengetahui sejarah makam Mbah Sunan Kuning ini.

Menurut penduduk sekitar, setiap orang yang datang ke makam mempunyai maksud dan tujuan bermacam-macam. Bisa jadi, mereka ingin menjadi kaya atau agar masalah yang sedang dihadapi, secepat mungkin menemukan jalan keluarnya. Ada yang unik jika menuju makam Mbah Sunan Kuning, yakni peziarah harus melewati pintu berukuran pendek sehingga harus menundukkan kepala. Konon, itu tujuannya agar pengunjung memberikan penghormatan terhadap orang yang dimakam disitu.

Tak jarang peziarah menggelar selametan di pelataran makam. Kepercayaan penduduk setempat, mereka yang datang dan menggelar selamatan merupakan orang-orang yang telah terkabul permohonannya. Selamatan itu sebagai ungkapan rasa syukur atas nadzar mereka yang telah terkabulkan.

Konon, sudah banyak yang berhasil setelah ziarah di Mbah Sunan Kuning. Mungkin mereka sudah dimurahkan rejekinya setelah berziarah ke situ, lantas hal itulah yang banyak diartikan sebagai ritual pesugihan.

Peziarah setelah melakukan ritual nyekar, acap kali kembali datang beberapa bulan selanjutnya untuk menggelar selamatan. Ini tak lain sebab apa yang telah menjadi hajatnya bisa terkabulkan. Dan selamatan adalah sebagai ungkapan rasa syukur pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Siapa sejatinya Mbah Sunan Kuning? Sejarah tutur setempat menyebutkan jika Mbah Sunan Kuning hidup sekitar tahun 1500an. Asal usulnya diyakini dari Trah Mataram. Aji kesaktian yang dimiliki, membuat beliau dikenal sebagai sosok yang murah hati dan suka membantu antar sesama yang membutuhkan, sekaligus berjiwa dermawan.

Selanjutnya tak ada data resmi, apa sebab beliau sampai melarikan diri ke Tulungagung, hingga akhir hayatnya dimakamkan disitu. Tetapi penduduk setempat meyakini, beliaulah yang membabat alas atau merintis berdirinya kawasan Desa Lemahbang, hingga pada akhirnya makamnya ditemukan di desa tersebut.

Alhamdulillah... Penarikan benda ghaib di Makam Mbah Sunan Kuning ini, saya mendapatkan Keris Junjung Drajat berkhodam Raja Jin Jawa Level 10.