Perusahaan susu formula multinasional, seperti Nestlé dan Danone, menggunakan media sosial untuk memasarkan ke konsumen di Asia Tenggara dengan cara-cara yang menimbulkan kekhawatiran yang serius, mereka mungkin melanggar pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Perusahaan telah mengubah taktik periklanan mereka selama wabah koronavirus dan juga menggunakan para ibu untuk membuat materi pemasaran online, ungkap Biro Investigasi Jurnalisme

Kegiatan baru-baru ini mencakup webinar bertema dan sesi tanya jawab dengan para ahli. Dan, dalam beberapa tahun terakhir, baik Nestle dan Danone telah mulai memanfaatkan popularitas media sosial yang pada gilirannya mengubah konsumen Indonesia menjadi pengiklan yang tidak dibayar dan tidak teregulasi.

WHO memperkenalkan kodek etik internasional untuk pemasaran susu formula pada tahun 1981,setelah praktek periklanan nestle di negara berkembang menarik perhatian internasional dan menjadikan nya subjek untuk sebuah kampanye boycott
Sebuah resolusi 2016 mengklarifikasi bahwa susu pertumbuhan untuk anak-anak mencakup usia dibawah 36 bulan

Meskipun tidak ada petunjuk bahwa perusahaan melanggar hukum,ahli kesehatan masyarakat menyatakan keprihatinan bahwa aksi mereka bertentangan dengan semangat WHO code.ahli kesehatan menyatakan bahwa iklan yg agresif menurunkan upaya untuk menyusui dan dapat menyebabkan para ibu beralih ke susu formula yg tidak perlu

WHO merekomendasikan bahwa,jika memungkinkan,bayi disusui pada 6bulan pertama,dan menerima ASI berkelanjutan sampai usia 2 tahun keatas



"(Perusahaan BMS)Promosi secara bebas" ujar Nia Umar ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia(AIMI).Dia percaya itu melanggar Code,"tapi itu gk melanggar hukum,mereka tau celah nya,dan karena celah itu sangat besar dan luas mereka pakai itu untuk promosi secara tidak etis".

Nestle mengatakan,WHO code dan selanjutnya resolusi WHA(World Health Assembly) adalah rekomendasi buat negara anggota untuk diterjemahkan menjadi undang-undang lokal,ini lah mengapa kita terima rekomendasi WHO sebagai hukum yg di implementasikan oleh negara anggota(mereka nge-gas)

Pada tahun 2014 susu formula indonesia nya danone merk SGM meluncurkan skema "mombassador".tiap tahun,wanita antata 21 dan 35 di dorong untuk menjadi brand ambassador
Sebagian dinilai pada presensi sosial media mereka,peserta yg berhasil akan diundang ikut perjalanan 3 hari mengunjungi pabrik susu formula danone dan menghadiri gala dinner
Sekembalinya mereka,mombassador di dorong untuk menjadi host di acara parenting di beberapa pusat kesehatan yg dikelola pemerintah dan mempublish postingan online yg mempromosikan SGM
Perempuan yg mengambil bagian dari program ini,mengatakan pada biro kami bahwa mereka ditwari pelatihan reguler,termasuk kelas tentang gizi dan perkembangan anak,memotret dan mengedit foto,menulis konten media sosial dan merekam vlog
Danone mengklaim memiliki 400 mombassador diseluruh indonesia,danone tidak membayar biaya transportasi ke kelas para peserta dan tidak membayar langsung para ibu untuk postingan bermerk di sosial media mereka
"Saya cuma lulusan sekolah menengah" ujar seorang ibu."Hal paling penting itu pengetahuan,kan?buat saya,bayar ongkos transportasi(ke kelas) bukan maslah besar.kalau kita sekolah,kita haru bayar iuran.program ini(mombassador)gratis dan berguna"
"Bukan berarti perempuan jahat yg melakukan ini" ujar david clark,spesialis nutrisi di unicef."mereka sedang diperdaya".Dia percaya program itu melanggar WHO code,"tak ada keraguan dalam pikiran saya,ibu bloger itu dan brand ambassador terlibat dalam bentuk promosi yg dilarang WHO code.

Udah ah capek,panjang bgt artikel nya

nih liat aja sendiri klo mau lengkap

Beberapa waktu yg lalu adek gw lahiran dan ASI dia gk lancar dan dgb enteng nya itu dokter rekomendasikan susu formula
Ngehe bgt dah
Apa dokter jg udah masuk agenda marketing licik nya para para produsen susu ya?







judul dan isi telah mengalami perubahan dari sumber asli,tapi sebisa mgkn saya usahakan tidak mengubah esensi