Quote:
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia masih melemah pada perdagangan Kamis (30/7/2020), padahal Amerika Serikat (AS) resmi mengalami resesi. Aksi ambil untung (profit taking) membuat harga emas melemah hari ini, maklum saja sepanjang bulan Juli hingga Rabu kemarin emas sudah melesat lebih dari 10%, sementara sejak awal tahun nyaris 30% jadi wajar investor tergiur mencairkan cuan.
Emas juga sudah 2 kali memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah di pekan ini.
Rekor tertinggi harga emas dunia sebelumnya US$ 1.920,3/troy ons dicapai pada 6 September 2011 akhirnya berhasil di pecahkan di awal pekan ini, nyaris satu dekade lamanya. Di hari Senin (27/7/2020) Harga emas dunia melesat menyentuh US$ 1.945,16/troy ons, rekor tertinggi baru saat itu, tetapi umurnya kurang dari 24 jam.
Selasa (28/7/2020) pagi harga emas emas dunia terbang tinggi menyentuh US$ 1.980,56/troy ons yang kini menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Kemarin emas sempat mendekati level tersebut, tetapi gagal mencetak rekor tertinggi lagi.
Sementara hari ini emas justru melemah, bahkan hingga rilis data dari AS yang menunjukkan resesi. Pada pukul 19:36 WIB emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.950,19/troy ons, melemah nyaris 1,02% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Baca: Asia hingga Eropa Resesi, Harga Emas Siap Cetak Rekor Lagi?
Amerika Serikat resmi mengalami resesi setelah produk domestik bruto (PDB) di kuartal II-2020 dilaporkan mengalami kontraksi 32,9%. Kontraksi tersebut menjadi yang paling parah sepanjang sejarah AS. Di kuartal I-2020, perekonomiannya mengalami kontraksi 5%, sehingga sah mengalami resesi.
Bukan kali ini saja AS mengalami resesi, melansir Investopedia, AS (negara dengan nilai ekonomi terbesar dimuka bumi ini) sudah mengalami 33 kali resesi sejak tahun 1854. Sementara jika dilihat sejak tahun 1980, Negeri Paman Sam mengalami empat kali resesi, termasuk yang terjadi saat krisis finansial global 2008.
Artinya, resesi kali ini akan menjadi yang ke-34 bagi AS.
AS bahkan pernah mengalami yang lebih parah dari resesi, yakni Depresi Besar (Great Depression) atau resesi yang berlangsung selama 1 dekade, pada tahun 1930an. Tetapi kontraksi ekonominya tidak sedalam di kuartal II-2020.
Investor sepertinya sudah price in atau menakar terjadinya resesi di berbagai negara termasuk di AS jauh-jauh hari sebelumnya. Saat virus corona menyebar ke berbagai negara dan kebijakan lockdown diterapkan, saat itu juga resesi sudah masuk dalam hitungan, sehingga harga emas tidak lagi merespon dengan melesat naik.
Sumber
https://www.cnbcindonesia.com/market...emas-apa-kabar
Sah!