Tiongkok adalah negara maju dengan percepatan yang sungguh tidak terduga, tiongkok adalah negara termaju nomer 2 di dunia dengan jumlah export terbesar nomor 2 di dunia setelah Amerika Serikat.

Dulu tiongkok adalah negara yang sangat terkenal dengan negara komunis, perlu diketahui negara komunis bukanlah negara yang tidak ber Tuhan, ini adalah isu yag salah yang di hembuskan di saat tragedy G30S PKI pada tahun 1965 sebelum presiden sukarno lengser.

Komunis adalah sebuah paham bernegara, dimana artinya adalah segala hal adalah milik Bersama, tidak ada status sosial dalam bermasyarakat dan tidak ada pihak yang berhak memiliki dominasi pada suatu asset, baik itu rakyat kelompok maupun agama sekalipun.

Tiongkok memiliki system yang sedikit bersimpangan dari negara global, mereka memiliki sitem sendiri dalam mengatur strategi dalam pembangunan dari segala lini di negaranya.

Jika kebanyakan negara global melakukan hutang untuk menutup deficit anggaran belanja negara, tiongkok memiliki cara yang tidak terduga, tiongkok memilih untuk tidak terjerat dalam hutang ketika membangun negaranya.

Cara menjalankan perekonomian negara Tiongkok sedikit unik, jika negara negara di dunia memilih berhutang kepada negara lain di dunia melalui bank central, untuk memutar perekonomian di negaranya, Tiongkok tidak perlu khawatir terjerat hutang.

Ketika negara global menunggu berhutang dulu baru bisa mencetak uang, pada umumnya bank central di tiap negara yang sebagai satu satunya otoritas negara yang berhak menentukan jumlah uang yang beredar di negaranya tidak pernah bisa mencetak uang sendiri tanpa bantuan hutang dari luar atau dolar, yang secara familiar biasa orang menyebutnya dengan printing money, walaupun sebenarnya mereka mempunyai hak untuk mencetak uang di negaranya sendiri.

Disaat pandemi yang melanda saat ini tentunya banyak negara yang sedang membutuhkan bantuan dana dari luar, mulai dari anggaran dana untuk kesehatan hingga stimulus untuk mengatasi gejala resesi ekonomi akibat pandemi yang di timbulkan saat ini, dalam rangka membangkitkan kembali ekonomi negara akibat pandemi.

Jika pasokan uang yang dihasilkan sudah menipis, namun entah kenapa bank central tidak mau mencetak uang sendiri, malah memilih untuk berhutang ke luar negeri atau ke Lembaga bank melalui pinjaman dunia seperti world bank atau IMF.

Namun Tiongkok tidak demikian, bank central cina memiliki cara yang sedikit unik untuk mengelola kebijakan moneter negara, jika negara negara lain tidak bisa mengintervensi kebijakan moneter yang di tentukan oleh bank central, namun Tiongkok tidak demikian.

Pemerintah Tiongkok bisa melakukan intervensi terhadap bank central, jadi bank central tiongkok tidak bisa seenaknya mengajukan utang ke luar negeri, mencetak uang dan menarik peredaran uang seperti yang dilakukan oleh bank – bank central pada umumnya.

Pemerintah tingkok terus menjaga nilai tukar mata uang Yuan dan Reminbi agar tetap lemah terhadap dolar dengan cara mencetak uang sendiri atau printing money, namun di saat yang bersamaan uang uang yang di cetak tersebut, tidak disalurkan untuk kebutuhan konsumtif seperti subsidi, maupun bantuan bagi rakyat yang kurang mampu.

Melainkan hanya untuk sector sektor produktif maupun manufaktur untuk berinvestasi di negaranya sendiri, rakyat di izikan untuk memproduksi sebanyak banyaknya barang untuk membuat sebanyak mungkin barang tiruan produk produk negara maju, membuat tiruan tehnologi negara maju yang diaplikasikan untuk produk dalam negeri dan di export dengan harga yang paling murah sekalipun sehingga negara Tiongkok tidak perlu melakukan import, yang penting rakyat di dalam negeri semakin produktif.

Informasi ini di sadur dari pernyataan Mardigu Wowiek ketika sedang melakukan live Instagram 21 juni 2020.