Bosan dengan berita corona, pagi ini, sambil ngopi - ngopi ganteng di depan tivi, ane liat sinetron re-runyang di tahun 1990-an dulu sempat booming, Tuyul Mbak Yul dan Jinny Oh Jinny. Dua sinetron produksi Multivision Plus ini dulu memang jadi sinetron yang di tunggu - tunggu. Selain ceritanya ringan dan mudah dipahami, saat menonton sinetron ini orang diajak berimajinasi. Eh, jangan ngeres dulu ya? Mentang - mentang Jinny pakaiannya seksieh dikira berimajinasi yang macam - macam



Pernah liat Jinny keluar dari dalam kerang? Atau Ucil menembus pintu? Adegan - adegan seperti ini lah yang ane sebut sebagai imajinasi. Anak - anak kecil jaman dulu berharap bisa punya "peliharaan" seperti mereka, supaya hidupnya jadi lebih mudah. Mau jalan - jalan, tinggal terbang ala Jinny. Mau ngumpet biar nggak dimarahi ortu, tinggal buka baju aja kayak Ucil, ortu nggak bakal bisa liat.

Canggih ya, ditahun segitu sinetron kita udah bisa bikin adegan - adegan aneh yang nggak mungkin dilakuin beneran sama aktor - aktornya. Dan semua itu ternyata berkat bantuan teknologi yang bernama Green Screen. Teknologi ini pula yang dipakai film - film barat era 90-an untuk mewujudkan adegan fiksi. Misalnya adegan diluar angkasa atau pertempuran para superhero. Meski, saat ini ada teknologi yang lebih mutakhir yang digunakan sebagai efek pada film - film barat, yakni CGI.



Kalau pada CGI, efek "tipuan"-nya halus bahkan terkesan nyata, green screen efeknya masih tak sehalus CGI. Coba tengok adegan Ucil saat mau menembus tembok pasti kelihatan ada garis putih - putih seperti nggak menyatu dengan background-nya. Meski begitu, hingga saat ini green screen tetap menjadi andalan banyak kreator, baik film maupun sinetron untuk membuat efek dengan biaya yang rendah.

Emang cara kerja green screen kayak gimana sih?

Mungkin banyak orang sudah tau bagaimana cara kerja green screen ini. Sebuah layar berwarna hijau dipasang sebagai background obyek. Obyek ini bisa orang maupun benda. Jadi semisal akan membuat adegan terbang, maka orang tersebut harus beradegan seolah - olah sedang terbang. Adegan itu dilakukan di depan layar hijau. Nantinya warna hijau layar ini bisa diubah sesuai keinginan kita, setelah melalui proses editing. Mau diubah menjadi pemandangan diatas monas, bisa. Mau di ganti menjadi panorama dipuncak Mount Everest pun bisa.

Lalu kenapa layar yang ada dibelakang harus berwarna hijau? Dan apakah bisa diganti dengan warna lain?

Kita mungkin sudah tahu cara kerja dari green screen, tapi kita belum tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Secara sederhana, green screen sebenarnya mengunci atau mengisolasi satu warna sehingga membuat gambar menjadi transparan pada saat di edit. Bagian transparan ini nantinya bisa diisi dengan gambar lain. Lalu kenapa harus warna hijau? Sebenarnya jawabannya sederhana, karena warna hijau tidak sama dengan warna kulit dan rambut asli manusia. Jika gambar objek dan background sama, maka objek tersebut juga akan ikut "hilang" saat diedit. Misal aktor memakai baju berwarna hijau dan sedang berakting didepan green screen berwarna hijau, maka baju aktor ini akan hilang saat di edit nanti. Itulah alasannya kenapa banyak yang menggunakan layar hijau sebagai latar belakang green screen.



Saking seringnya warna ini dipakai, maka sebutan untuk layar bantu ini menjadi "green screen", meski menggunakan warna selain hijau sekalipun. Jika kita ingin membuat adegan yang mengharuskan aktor menggunakan baju warna hijau, misalnya adegan Nyi Roro Kidul sedang berjalan diatas air, maka kita bisa menggunakan background warna selain warna hijau, agar baju aktor tetap muncul setelah diedit nanti.

Jadi kesimpulannya, green screen nggak harus melulu berwarna hijau, meski warna ini sering dipakai karena tak sama dengan warna kulit dan rambut asli manusia. Sesimpel itu.