Mbak Novie menandatangani novel sebelum dikirim ke pemesan
doc.pri

Hai agan dan sista kaskuser yang demen nulis di ruang fiksi. Yang pingin banget punya penghasilan dari menulis, Yang masih terpesona sama penerbit mayor untuk menerbitkan karya tulis.

Yuk ! Kita belajar pada Mbak Novie untuk hal ini. Dia, tidak pernah menerbitkan karyanya di penerbitan mayor. Tapi jangan salah, novel-novelnya laris di pasaran. Tentu hal ini berdampak membengkaknya saldo rekening. Asik bukan?

Bagaimana bisa Mbak Novie yang juga kaskuser ini bisa menjadikan novelnya sebagai mesin pencetak uang?

Seperti yang dituturkan pada saya dalam sebuah perbincangan via telpon.



Novelnya sering dipinang penerbit indie. Dari mulai menerima naskah, lalu terbit hingga penjualan. Tidak sampai ratusan buku apalagi ribuan seperti yang biasa disaratkan penerbit mayor untuk baru bisa mendapatkan penghasilan.

Terkini, novel "Shirah" rilisannya laku 70 eksemplar dalam kurun 1 bulan. Duit sekitar 1 juta 8 ratusan sudah berhasil digenggam tangan. Seru bener ini. Menjadi inspirasi untuk mereka, juga ane yang sering kedodoran nyari penghasilan tambahan.

Kenal sama mbak Novie itu asik, orangnya hangat, rame dan tidak pelit berbagi. Itu juga mungkin yang membuatnya disayang teman sehingga untuk beli bukunya suka saja. Disamping memang karya tulisnya aduhai.


Ane kenal sama dia akhir 2018 lalu. Terlibat bersama dalam proyek buku antologi debut ane sebagai penulis buku. Salikah dan Asmara di Negeri Somplak, hasil nulis bareng semacam serial di platform menulis seperti Kaskus ini juga, tapi sudah collapse. Plukme namanya.

Dalam project itu mbak Novielah yang mengarahkan ane dan teman-teman untuk menerbitkan buku tanpa biaya. Menggunakan penawaran naskah berbasis namanya. Secara dia pernah best seller. Jadi hanya membayar biaya sesuai pesanan cetak saja. Tanpa biaya awal untuk design cover, layout dan pengurusan isbn. Mayan, bisa hemat Rp.300.000 loh.

Penjualan kedua buku debut ane antologi itu laris manis. Dapat selisih harga untuk penulis, ada royalty pula. Hasilnya waw, ternyata bisa punya penghasilan pula dari penjualan buku. Dari cetak pertama kedua buku itu royaltynya sekitar 1 jutaan. Kami bagi dengan semua penulis yang terlibat.

Salah satu kegiatan komalku Indonesia, Webinar Pentigraf
doc.pri

Selanjutnya kami sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ane suka keluyuran, jalan-jalan sambil menulis liputan. Sebagai jurnalis di portal online juga untuk kepentingan membuat buku desa wisata. Pun ikut giat literasi melalui Komalku Indonesia, Komunitas Menulis Buku Indonesia. Yang kebetulan ane jadi ketuanya.

Sementara Mbak Novie tetap konsisten menulis novel, torehannya selalu ditunggu penggemar. Stylenya yang suka bikin baper sangat dinanti pembaca, terutama para wanita. Dia piawai meramu kisah keseharian, konflik berpasangan dalam sebuah cerita yang menarik untuk terus diikuti.



Jadi sebetulnya bagi agan atau sista yang memang punya minat tinggi menulis lalu ingin menadapatkan uang dari kegiatan menyenangkan itu, menerbitkan buku bisa menjadi alternatif jitu.

Tidak perlu sangat hebat atau punya nama besar lalu berharap terbit di penerbitan mayor yang selama ini gebyarnya bikin ngiler penulis. Cukup bisa menulis saja, yang tulisan itu ada pembacanya. Lalu ajukan ke penerbit, indie tak mengapa.

Pilih yang bersedia memberi royalty bila agan merasa yakin karya agan banyak yang mau beli. Katakan pada penerbit kemungkinan ini. Ane yakin penerbit mau kok memfasilitasi.

Atau bila ingin menjual sendiri karya agan, pakai model self publishing. Beli putus. Segala kegiatan penjualan ditangani agan sendiri. Dengan model ini bisa jadi penghasilan akan lebih banyak. Mengingat tidak harus berbagi dengan penerbit.

Untuk jumlah buku minimal yang diperkirakan bisa menutup modal sepanjang pengalaman saya cukup cetak 10 saja. Atau kalau mau ikut paket penerbit ada yang mensyaratkan minimal 30 buku saja. Tidak banyak bukan? Tergantung keinginan kita.



Nulisah, nulisah, nulisah. Menulislah! Yuk gan, sista, Nulis!


Anis Hidayatie untuk Kaskus