Agan dan sista yang ane muliakan, hehehe! Kek ngirim surat undangan aje!

Pernah ngalami kehabisan gas waktu mau memasak pagi hari itu sangat menjengkelkan.

Ya, kan?

Mau ke warung atau ke SPBU hari masih gelap gulita, takut pulak kalau yang punya warung belum bangun. Sehingga harus memakai bahan bakar yang ada di sekitar kita.

Kendatipun hal ini jarang banget ditemui di kota-kota besar. Tetapi tidak di kampung seperti tempat tinggal ane.

Tak ada gas, ganti bahan bakar dengan kayu api.

Meskipun untuk menghidupkan api lumayan butuh perjuangan. Harus sabar sampai kayu yang tersusun dalam tungku dilahap si jago merah yang menjadi teman, karena apinya kecil.

Kecuali api besar, tentu saja jadi lawan, ye, kan?

Memasak di tungku menggunakan kayu api itu rasanya endes lho, Gan.

Biasanya nasi yang ditanak dalam periuk akan mengeluarkan aroma sedap khas kayu bakar. Nasinya juga pulen dan lembut.

Sama seperti memasak di magic com, memakai periuk di tungku pun harus memakai takaran air yang jelas, dan harus tetap menjaga apinya agar rata.

Jika lengah sedikit saja, bisa-bisa nasi yang kita tanak akan menjadi bubur, atau bisa juga menjadi hangus dan berkerak tebal.

Meskipun sekarang sudah banyak masyarakat memakai magic atau bertanak di kompor, tapi ketika dalam keadaan gawat darurat, Gansist bisa kembali ke jaman urban kek ane pas ga punya stock gas di rumah.

Konon katanya juga, selain melezatkan makanan, memasak dengan kayu api juga sehat. Dan tentu saja hemat bahan bakar dan energi. Sebab kayu api bisa didapat dari kayu-kayu kering mati di sekeliling rumah kita yang memiliki pohon buah atau sebagainya.

Atau bisa juga memakai kayu bangunan yang ga kepakai lagi, dari pada menumpuk di gudang? Mending dipakai untuk memasak.

Nah, Gansits.

Demikianlah trhead receh ane disaat terdesak, agar jangan sampai tidak memasak jika tak ada gas saat pagi hari.

Gansit juga bisa pakai batu bata untuk jadi tungku di samping rumah, jika tak memiliki tungku besi macam gambar di atas.