Please Stop Nyinyir Menyalahkan Cewek Itu Matre karena Itu Absurd Banget

Beranda

...

Wedding & Family
Please Stop Nyinyir Menyalahkan Cewek Itu Matre karena Itu Absurd Banget

nightmare36

17-07-2020 04:07

Please Stop Nyinyir Menyalahkan Cewek Itu Matre karena Itu Absurd Banget

Quote:

“Berharap menemukan cewek yang tidak matre,

sama saja berharap bisa merasakan kenyang tanpa perlu makan”

***

Saya berpiki, semua wanita itu mata duitan .........

Ternyata bener.............. emoticon-Big Grin

.
.
Ada yang bilang, “Kalo nyari cewek, jangan yang matre. Kasihan hidupmu nanti”. Lho, memangnya kenapa? Salah, ya kalo ceweknya matre? Matre atau materialistis adalah sebutan untuk tipe orang yang hidupnya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan materi (bersifat kebendaan). Orang yang matre, sering mengukur segala sesuatu dengan materi (biasanya uang).

Bagi orang matre, uang dan properti adalah sumber kebahagiaan. Ini pengertian sempitnya. Jika kemudian ada yang menghubung-hubungkan idiom “matre” dengan “cewek”, maka itu sudah lain perkara.

"Matre" adalah istilah universal—berlaku untuk laki-laki maupun perempuan. Sama halnya dengan istilah seperti atheis, komunis, liberalis, sekuler, atau agamis. Anggapan “cewek matre”—bagi saya—sudah merupakan bentuk tindakan mendiskreditkan kaum perempuan. Bagaimanapun, pada kenyataannya laki-laki juga bisa bersikap matre, sama seperti halnya perempuan.

Munculnya anggapan "cewek matre" tidak lepas dari aktivitas "belanja" yang selama ini lebih akrab dengan kaum perempuan. Jika kalian bertanya “apakah cewek suka belanja?” maka hampir semua cewek akan menjawab “ya”.

Nyalakan televisi, lalu lihat sesi iklannya. Iklan produk cewek selalu lebih intens ditayangkan daripada iklan produk cowok. Belum lagi jika kita melongok situs-situs belanja online.

Seperti halnya iklan di televisi, lapak-lapak produk khusus cewek selalu lebih menjamur daripada produk khusus cowok. Dengan kata lain, sudah menjadi semacam “kodrat alam” jika seorang cewek gemar belanja, mengingat dunia yang kita tempati sekarang mengkondisikan cewek untuk berbelanja lebih banyak dengan pilihan produk yang sangat beragam.

Sebelum saya lanjutkan, perlu saya luruskan bahwa tulisan ini tidak sedang mengatakan cewek matre itu buruk. Jika kalian adalah cewek dan sedang membaca postingan ini, mohon jangan keburu tersinggung dan berburuk sangka.

Tulisan ini hanya mencoba meluruskan anggapan publik (khususnya laki-laki) yang sering mendiskreditkan cewek sebagai makhluk matre. Saya tidak sedang membela gender manapun. Saya hanya menyajikan sudut pandang lain untuk masalah “cewek matre”. Sejujurnya, di satu sisi, saya malah ingin membela kalian yang selama ini dilabeli “cewek matre”.

Seperti yang saya katakan tadi, dalam dunia bisnis, cewek adalah pangsa pasar yang menguntungkan. Produk-produk khusus cewek bisa jauh lebih variatif dibandingkan dengan produk-produk khusus cowok yang cenderung lebih simpel.

Bervariasinya produk khusus cewek mendorong pasar untuk menyediakan berbagai barang kebutuhan cewek dengan strategi promosi yang menggiurkan seperti bazar, bonus, diskon, dan semacamnya. Karena digempur banyak iklan dan promosi yang menggiurkan, wajar saja jika cewek tertarik untuk berbelanja lebih banyak. Pada akhirnya, uang belanja cewek cenderung lebih banyak dibanding uang belanja cowok.

Di sisi lain, seorang laki-laki ditasbihkan sebagai makhluk pencari nafkah. Seorang laki-laki yang sudah menikah (khususnya) harus rela menyisihkan penghasilannya untuk kebutuhan belanja sang istri. Bagi yang masih pacaran atau sekedar menjalin hubungan percintaan, idealnya, pihak cowoklah yang harus rela mentraktir atau sekedar melunasi tagihan belanja kekasihnya.

Memang tidak semuanya seperti itu. Tapi, jika kalian (para cowok) menginginkan label “GENTLEMAN”, maka sudah seharusnya kalian rela “berdarah-darah” demi membahagiakan cewek kalian. Kecuali jika kalian cukup tidak tahu malu sampai rela disebut “cowok nggak bermodal”.

Quote:

Memangnya salah ya kalau cewek matre?

Nah, seperti yang saya uraikan di atas, kecenderungan cewek untuk berbelanja sudah menjadi semacam “kodrat alam”. Para cowok seharusnya mafhum jika ceweknya suka berbelanja. Jika seorang cowok menjalin komitmen dengan seorang cewek, maka ia harus siap menyediakan seperangkat uang belanja untuk memenuhi kebutuhan materi ceweknya. Jadi, tidak cukup dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai.

Sekarang, jika kalian bertanya apakah matre itu baik atau buruk, jawabannya bisa berbeda-beda, tergantung dari sudut mana kita memandangnya.

Quote:

Jika matrenya seorang cewek ditujukan untuk mendorong suaminya bekerja keras mencari nafkah demi kebutuhan rumah tangga, demi pendidikan anak-anaknya, demi tercukupinya gizi keluarga, maka matre yang seperti itu jelas dibenarkan.

Beda halnya jika matrenya si cewek ditujukan untuk memenuhi kesenangan pribadi, seperti menuruti gengsi, pencitraan, gaya hidup mewah, atau sekedar menaikkan status sosial di mata para tetangga. Matre yang seperti itu jelas memiliki konotasi yang berbeda.

Quote:

Karena itu, jika kalian (khususnya para cowok) ingin mencari cewek yang tidak matre, maka usaha kalian akan sia-sia.

Karena pada dasarnya semua cewek itu matre. Saran saya, karena semua cewek matre, maka carilah cewek yang “matre”-nya ditujukan untuk kepentingan bersama (seperti untuk kepentingan anak-anak dan keharmonisan rumah tangga). Matre yang seperti itu jauh lebih "barokah" daripada matre yang ditujukan demi kesenangan pribadi si cewek.

Quote:

Tapi jika kalian (khususnya para cowok) menginginkan “cewek yang tidak matre” karena menginginkan tanggung jawab yang lebih mudah dalam urusan mencari nafkah, maka kasihanilah diri kalian sendiri.

Suka atau tidak, mencari nafkah adalah tanggung jawab seorang laki-laki. Tak peduli di belahan bumi bagian mana, jika kalian berkomitmen pada perempuan, maka menafkahinya adalah konsekuensi logis yang harus kalian hadapi.

Tidak elok rasanya jika seorang cowok tega melabeli ceweknya “matre” hanya karena cintanya ditolak lalu si cewek berpaling ke cowok lain yang lebih kaya. Begitu juga dengan cowok yang melabeli ceweknya “matre” hanya karena si cowok tidak punya cukup modal untuk menyenangkan hati si cewek—sekedar mengajaknya jalan-jalan atau makan bersama.

Jika sudah begitu, tolong jangan salahkan para cewek yang “matre”. Berkacalah pada diri kalian sendiri. Boleh jadi, selama ini memang kitalah (para cowok) yang belum cukup siap untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengannya. Boleh jadi, kitalah (para cowok) yang masih perlu bekerja lebih gigih agar pantas membersamainya dalam bingkai hubungan yang dicatat negara dan direstui agama.[]