naileaAvatar border
TS
nailea
He was my drugs (Part 2) - END - [ Is that Tqla that matters? ]
He was my drugs (Part 2) Is that Tqla that matters? 
      
Tidak semua orang di dalam hidupmu, orang yang kamu anggap penting dapat membalas dengan mementingkan dirimu juga. Tak jarang, bahkan terlampau sering yang selalu diperjuangkan sepenuh hati ternyata hanya berbagi denganmu setengah hati. Sisanya, entah disimpan entah diberikan kepada tidak tau siapa, akhirnya yang kamu dapatkan hanyalah sebagian kecil dalam hidupnya.

 

Baginya, kamu hanyalah pelengkap di dalam kisah perjalanan hidupnya. Sementara kamu sudah terlanjur menaruh seluruh harapan. Hidup terkadang seperti lelucon, begitu lucu bahkan menggelikan. Kamu yang pernah memberikan hal yang paling terbaik dalam hidupmu, mendapatkan perlakuan yang mengakibatkan kamu merawat lukamu sendiri.

 

***

Pagi ini aku sudah stand-by di kantor dari sekitar pukul setengah delapan pagi, rekor yang cukup mengagumkan buatku karena biasanya aku selalu terlambat datang ke kantor maksimal jam setengah sepuluh ibu jariku baru bisa kutempelkan di mesin absen finger print. Namun, karena semalam Direkturku dan Manager HRD membertitahu bahwa akan ada junior sekretaris baru, aku harus tiba lebih awal untuk memberikannya sedikit briefing kecil seperti budaya kantor dan knowledge-knowlwdgenya, ya lebih sekedar formalitas sajalah. Sekretaris baru tersebut dijadwalkan oleh HRD-ku untuk datang jam setengah sembilan. Maklum saja biasanya seorang pegawai baru disuatu perusahaan akan datang lebih awal dari waktu yang dijadwalkan, begitu juga dengan si yang akan aku briefingini. Sekitar pukul delapan kurang dia sudah tiba dan meminta receptionist untuk memberitahukanku tentang kedatangannya.

 

Tidak pakai basa-basi lama aku segera meminta receptionistuntuk memasukkannya kedalam ruang meeting besar selagi aku touch-up make-up ku.

 

“Pagi” sapaku dengan ramah, senyum tiga jari lebih tepatnya agar memberikan kesan first impressionyang baik. “Udah lama ya”?

“Pagi mba, engga kok baru sekitar sepuluh menit yang lalu” balasnya sambil langsung berdiri dari kursi.

Aku langsung menutup pintu dan menghampirinya sambil mengurlurkan tangan memperkenalkan namaku “Yola, tapi aku kalo dikantor biasa dipanggil aloy”

“Oh aku rena mba kataya membalas uluran tanganku sambil sedikit membungkuk.

“Gimana tadi perjalan kesini susah gak ? Macet banget ya pasti”? aku membuka pembicaraan.

“lumayan mba, tapi udah biasa sih dulu setiap ke kampus pagi juga kaya tadi situasi jalanan, jakarta kan gitu-gitu aja mba” jawabnya dengan senyum

Sambil aku membuka-buka berkas yang kuterima dari HRD perihal si Rena yang akan menjadi junior sekertarisku, aku sesekali menatapnya karena terkesima dengan prestasinya. Lulusan Universitas Indonesia. Wow, would be such a good colleague to cooperate with.

Btw, kamu kenapa mau jadi sekretaris?

Si lawan bicaraku terlihat terdiam sejenak memikirkan jawaban terbaiknya “mm, mungkin karena aku suka pake rok-rok mini gitu kali ya mba hehe sekretaris kan terkenal kaya yang fashionable gitu” jawabnya polos.

What the hell ! Baru pertama kali aku mendengar alasan semacam ini, sereceh ini untuk menjadi sekretaris, autoheran langsung kepada HRD-ku kenapa bisa menerima karyawan seperti ini. Mungkin harusnya aku dilibatkan dalam pemilihan junior baru yang akan langsung bekerja denganku.

Aku bingung harus merespon apa dari jawabannya yang sangat serius tadi, tidak ada keraguan dari wajahnya, sehingga aku yakin jawannya bukan lelucon.

“hahaha are you kidding me? Lucu banget jawaban kamu, itumah fakesekretaris tau yang kamu bilang pake rok mini gitu, sama yang suka godain bos ya ?”

“ih bukan mba, emang dari jaman aku kuliah di otak aku tuh sekretaris tuh kaya apa yang aku bilang ke mba tadi” katanya lebih serius dari pada statementnya yang pertama.

Seperti salah sasaran karena pembicaraan yang aku kira akan membawaku untuk mengenalnya lebih baik namun menjadi awkward, aku memutuskan untuk menyodorkan booklet dan majalah kantor kepadanya agar mudah dalam menjelaskan perintilan-perintilannya nanti. “mmm ini kamu baca dulu aja deh kalo gitu, kalo ada yang gangerti tanya aku ya, sekarang kamu ikut aku aja untuk room toursama langsung ke desk kamu”

“Oh oke mba”

 

***

Sebenarnya memang banyak sekali bermunculan diluar sana beberapa paham yang terkesan tidak baik tentang pekerjaan sebagai sekretaris. Banyak yang beranggapan bahwa wanita-wanita yang menjadi sekretaris disuatu perusahaan pasti hanya mengandalkan kemolekan fisik dan kecantikan wajahnya tanpa memiliki kecakapan dalam hal intelektual. Come on vellas, we are, a secretary need to be smart and multitasking. Gak ada orang yang bisa multitaskingkalo dia gak pinter. It’s related one to another. Jadi, kayaknya kalo banyak teori yang bilang harus cantik doang, itu salah besar.

 

Saking aku gelinya dengan jawaban Rena si sekretaris baru, ku keluarkan hpku untuk menghubungi seseorang yang I can’t live without with. Cya!

 

Me: Yang kamu lagi ngapain udah bangun belom ?

Me: Ping

 

Tidak berapa lama chatku terkirim, status whatsappnya langsung berubah menjadi online.

 

Noah : lagi boker nih sambil sebat, kenapa yang ?

Me: Najis, kebiasaan deh kamu lama-lamain diri di kamar mandi, gaboleh tau kata mama aku di kamar mandi tuh banyak setannya.

Noah: Lah kita kalo di apart “main” sambil mandi, lama kan yang? Nah loh wkwkwk

Me: oiya wkwk beda tapi anjir

Me: eh aku mau cerita deh, masa di kantor aku ada sekretaris baru, anak UI

Noah: wkwk terusss? Cuma karena anak UI ?

Me: belom aku belom selesai cerita

Me: jadi kan aku basa-basi nanya sama dia tadi pagi, pertanyaan simple sih yang, pertanyaan HRD lah ya bisa dibilang. Aku nanya sama dia kamu kenapa mau jadi sekretaris, guess what’s the answer?

Noah: biar bisa dapet setengah saham perusahaan karena jadi simpenan bos ? wkwk

Me: wkwk LOL. Mirip. Dia bilang intinya karena dia suka pake rok mini gitu deh wkwk

Noah: Lah jadi model aja anjir wkwk ngakak

Me: aku kira dia bercanda, tapi mukanya serius

Noah: Mukanya cantik gak? Wkwk kamu lah ya yang paling cantik

Me: lah genit lu, kurang-kurangin wkwk

Noah: aku mau cebok sekalian mandi dulu ah abis itu mau ke studio ya

Me: yang bersih byeee

 

***

Setelah selesai aku mengajak Rena room tourdan mengenalkannya kepada seluruh isi kantor aku langsung mengantarkannya ke meja kerjanya.

 

“itu deskkamu ya ren, kalo butuh ATK nanti telfon aja ke ext 114, sebutin aja ke pak amal apa yang kamu butuhin nanti dianter”

“siap mba, btwkalo mau makan siang disini dimana ya mba”?

“loh emang kamu gak dikasih tau ya sama HRD? Kita disini pake catering, jadi gaperlu beli makan lagi, tapi kalo cateringnya gak sesuai sama kamu ya kamu dipersilahkan gak makan cateringnya terus beli diluar, gituuuu” kataku menjelaskan

“oohhh gitu mba,  nanti kalo udh mau makan siang aku bareng ya mba”

“iyehh”

 

***

Entah mengapa karena first impressionkukepada Rena tidak terlalu bagus perihal tadi pagi, aku agak malas untuk terlalu banyak bicara dengannya. Bahkan untuk sekedar basa-basi pun aku enggan. Tapi, sepertinya Rena adalah anak yang supel dan mudah bergaul. Terlihat di hari pertamanya bekerja Rena sudah bisa bercanda dengan karyawan-karyawan senior yang lain. Seperti melihat diriku di dalam dirinya tapi dengan versi yang berbeda ya. Hahaha!

 

“Ren, ayo makan yuk” ajaku. Lebih seperti basa-basi saja karena arah pantry melewati desk-nya.

“oh udah jam 12 ya, yuk mba”

Dalam perjalanan ke pantry aku hanya diam, enggan untuk membuka obrolan. Evenhanya sebuah obrolan kecil, malas sekali rasanya. Tapi ternyata Rena tidak merasakan hal yang sama.

“Mba punya instagram gak?” tanyanya

“punya”

“mau dong follow-followan mba, boleh kan? Nih” sambil menyodorkan hpnya kepadaku. “Langsung ketik disitu aja mba alloy nama IG-nya apa”

“mm … wait ya… oke done ya”

“eh jangan di exit mba, aku mau liat heheh boleh kan”

“sabeb” kataku malas

“wah mba aloy suka clubbing ya, asik banget parah, jadi ada temennya deh aku”katanya sumringah

“oh kamu suka party juga?”

“suka banget mbaa, gakeliatan kan muka aku muka-muka suka party ?”

Aku mengerenyit.

“aku juga suka banget minum mba, ganyangka kan?”

Makin bingung. Jarang sekali ada orang yang membuat statement dan penilaian atas dirinya sendiri. Tidak tahu harus berkata apa akhirnya aku hanya meresponnya datar “wah, iya sih gakeliatan, muka baik-baik banget lo ren”

“Masasih, hahaha iya mba banyak yang bilang gitu juga kok diangkatan aku waktu aku masih kuliah”

“bagus dong, jadi gak ada yang tau kalo sebenernya lo nakal” kataku lagi-lagi datar

“tapi gue kadang suka bingung gitu mba kalo party gitu”

“bingung kenapa”?

“iya rumah gue kan di condet, sumpah banyak banget begal gue jadi suka takut pulangnya”

Receh banget sih anak satu ini, batinku. “Lah deket dong rumah kita rumah gue di Kalibata, bisa bareng lah ya kalo gitu”

“yaudah aku nanti pulang kerjanya bareng ya mba, gapapa kan?”

 

***

Sebuah pesan singkat kukirimkan pada Noah.

Me: Yang nanti kamu jadi jemput aku gak?

Noah: sekarang genap atau ganjil ya?

Me: Ganjil

Noah: bagusss, aku jemput ya, nanti kabarin aja pulang jamberapa

Me: ada penumpang tambahan ya

Noah: tumben, siapa yang mau bareng ? searah gak?

Me: si rok mini, dan kamu harus tau ya dia kan minta ig aku, aku kasih. Terus krn banyak foto kita party dia bilang dia juga suka banget party, dia suka banget minum, padahal dr mukanya gak keliatan samsek anjayyyy

Noah: wkwkw yaudah nanti aku langsung liat aja di TKP

 

***

“ren, gue dijemput laki gue ya gpp kan”?

“gapapa lah mba, namanya juga aku nebeng”

“udah dibawah nih orangnya yuk turun”. Kulihat mobil Noah sudah menunggu di lobby. Setelah mengucapkan terimakasih kepada security karena telah membukakan pintu aku dan rena masuk kedalam. “yang kenalin ini rena”

“hey, gue noah ya” kata noah sambil menengok sedikit kebelakang. “Oh ini yang suka minum itu ya”?

Hening. Apasih maksut Noah, aku benar benar kaget karena perkataannya barusan. Penasaran dengan reaksi Rena aku pun membalikan badanku menghadap Rena kebelakang. Namun tanpa disangka-sangka pipinya malah terlihat merah merona tanda malu.

“ih mba aloy cerita ya, jadi malu aku, ngebeer langsung aja apa nih kita”?

Benar-benar seperti disambar gledek. Sudah tidak waras ya dia ? Respon dari Noah juga tidak kalah mengagetkan.

“asekk, yuk dimana nih loy?”

“hah? Dimana apaan gila lu pada ya”

“cepetan nih ntar muter baliknya jauh anjir, duck down aja ya? Oke duckdown”

“oke”. Kata Rena lantang.

 

Duckdown – Senopati, Jakarta

 

Terletak di basement gedung SOHO di Gunawarman, Senopati. Duckdown merupakan bar keluaran terbaru. Menyuguhkan konsep segar yakni Dive Barala-ala Amerika, yang di penuhi dengen nuansa rock & roll, atmosfernya juga chaotic banget, sungguh menyengkan!

Duckdown menjadi bar yang paling hits karena acara Karoekenya setiap hari Kamis yang dipandu dengan host yang berbeda-beda. Walaupun terkesan sempit karena letaknya di basement, duckdown tidak pernah sepi akan pengunjung, malah aku sebagai yang tak pernah absen menghadiri acara karokenya harus reserve table dari jauh-jauh hari.

“mau minum apa”? tanyaku kepada rena

Matanya terlihat mengamati seluruh isi bar ini lekat-lekat. Seperti orang yang baru pertama kali pergi ke bar.

“apa aja mba” katanya masih sambil terus mengamati

“pembukaan dulu deh kita Tqla-an yang, gimana” ? noah bertanya padaku sambil siap-siap menyalakan koreknya untuk memanggil waiter. Beruntungnya malam ini duckdown tidak terlalu ramai, masih ada satu meja standing table kosong di tengah.

“tqla boleh juga”

Tidak lama setelah itu waiter datang dengan Tqla pesanan kami. Rena langsung mengambil dua shot tanpa basa-basi

“yuk langsung, katanya”

Aku dan Noah bertatap-tatapan heran. Bahkan sebelum aku dan Noah mengatakan sepatah kata, Rena sudah menenggak habis satu shot Tqla. Setelah itu dia sempat terdiam sejenak, mengerjapkan matanya. Di menit setelahnya, Rena mulai meracau.

“Kakak-kakak tau gak…hahaha..aku seneng deh, ini tuh pertama kali aku minum” katanya dengan posisi duduk yang tidak stabil.

You all guys need to believe as a reader, bacotnya orang mabok tuh yang paling jujur.

Tangan rena megambil satu shot Tqla lagi, aku dan noah diam saja. Ditenggaknya lagi satu shot. Rena mulai benar-benar kehilangan kesadaran kali ini, namun masih terus meracau.

“aku sedih banget” Rena kali ini mengis tersedu-sedu, bercerita dengan suara keras hingga table-table dari segala posisi menatap ke table kami. Rena melanjutkan “papa mama aku divorce, sekarang aku merantau sendiri, gak ada yang peduli sama aku” katanya sambil tersedu-sedu air matanya membasahi pipinya. “ahh sebel!!!” dia mulai berteriak dan mengibaskan tanganya di round table kami hingga membuat dua gelas tqla yang telah habis dia minum terjatuh dan pecah.

Semua mata benar-benar tertuju kepada kami.

Asli. Kampung!

Rena melanjutkan tangisannya dan tetap pada racauannya "nih! nih! liat nih tangan aku, aku sampe cutting my self, i do really hate my life, i miss my dad" katanya sambil melipat tangannya kemeja dan menyenderkan kepalanya disana sambil terus menangis meraung-raung.

What the hell is happening with you, girl?

Aku segera turun dari standing chair. Namun Rena mengambil satu shot lagi dan langsung menenggaknya tanpa aba-aba. Saat dia mengangkat tanganya memang kulihat bekas luka pada nadinya, namun karena kurangnya penerangan, tidak bisa kupastikan apakah luka di nadinya tersebut dalam atau tidak seperti halnya sayatan sampai muncul keloid karena bekas jahitan.

“AHHH, I WANT TO PUKE. RIGHT KNOW!! SHIT”

Rena teriak dengan sangat kencang.

Noah terlihat geram, rahangnya terlihat menggeras. This is our first time to face a liar, i meanuntuk apa juga Rena berbohong kalau dia memang tidak pernah ke club atau bahkan belum pernah mencicipi alkohol sama sekali ?

*** to be continue***


bukhorigan
Dewi777299
makgendhis
makgendhis dan 12 lainnya memberi reputasi
13
3.7K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.