Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dewaagniAvatar border
TS
dewaagni
Benarkah Isu tentang Upaya Meng-Islam-kan Suku Baduy?
Benarkah Isu tentang Upaya Meng-Islam-kan Suku Baduy?
Sebuah reportase pengungkapan fenomena Islamisasi Baduy
Benarkah Isu tentang Upaya Meng-Islam-kan Suku Baduy?
IDN Times/AshariAR


Benarkah Isu tentang Upaya Meng-Islam-kan Suku Baduy?
 Verified
Muhammad Iqbal
 Share to Facebook [url=https://twitter.com/intent/tweet?url=https://www.idntimes.com/news/indonesia/muhammad-iqbal-15/benarkah-ada-upaya-meng-islam-kan-suku-baduy-nasional&text=Benarkah%20Isu%20tentang%20Upaya%20Meng-Islam-kan%20Suku%20Baduy?&via=idntimes&related=idntimes][color=#ffffff][size=1] Share to Twitter[/size][/color][/url]

Lebak, IDN Times - Semenjak tahun 2017 lalu, isu adanya upaya meng-Islam-kan, atau “Islamisasi” warga adat Suku Baduy sudah kencang berembus di kalangan peneliti dan bahkan sempat mengisi jagat maya media sosial.

Isu tersebut semakin menggema lantaran di awal 2017 itu pula mulai menjamur yayasan-yayasan yang membangun kamp-kamp penampungan mualaf yang diklaim sebagai orang Suku Baduy yang dipandang secara stereotipe sebagai komunitas warga yang masih primitif dan belum beragama.
Tapi, sejak aliran penghayat kepercayaan sah diakui negara dan boleh masuk KTP, benarkah umat Sunda Wiwitan dan  Baduy tetap ditempatkan dalam status sebagai orang tidak beragama? Apakah dengan pengakuan negara tersebut, mereka masih boleh dijadikan objek rekrutmen anggota baru bagi agama-agama besar?
IDN Times berusaha mencari informasi kebenaran adanya isu yang sudah hangat diperbincangkan oleh warganet bahkan kalangan peneliti itu.
Beberapa fakta berhasil kami kumpulkan. Lantas benarkah ada misionaris Islam yang memulai gerakan Islamisasi Suku Baduy?
1. Setiap tahun, selalu ada orang Baduy yang keluar dari komunitas adatnya
Benarkah Isu tentang Upaya Meng-Islam-kan Suku Baduy?
IDN Times/AshariAR


Urang Kanekes, sebutan asli suku Baduy, adalah komunitas adat yang mendiami hulu sungai Ciujung, sebuah perbukitan di selatan Banten yang kehidupannya sudah tak asing dengan agama Islam. Sudah jamak diketahui Banten merupakan basis pemeluk Islam yang besar.
Pun secara geografis, keseharian mereka selalu akan berinteraksi dengan orang-orang beragama Islam. Baduy Luar berbatasan dengan Ciboleger dan Baduy Dalam berbatasan langsung dengan Cijahe, dua pemukiman Muslim yang berbatasan langsung dengan tanah adat suku Baduy.

Tak pernah sekali pun terdengar adanya gesekan di wilayah-wilayah perbatasan mereka. Hingga pada 2017 muncullah isu datangnya para misionaris Islam yang hadir melalui yayasan-yayasan amal yang menyediakan rumah dan fasilitas penunjang untuk Baduy yang telah mualaf.
Jaro Saija, Kepala Desa Kanekes (semacam kepala pemerintahan desa adat suku Baduy) kepada IDN Times, Jumat (9/8) lalu, menyebut benar adanya warga Baduy yang keluar dari Baduy dan kepercayaannya sebagai pemeluk agama wiwitan setiap tahun. Meski begitu, jumlahnya tak signifikan. Rata-rata alasannya adalah tak sanggup mengikuti aturan adat.
Keluarnya orang Baduy dari komunitas adat beberapa waktu lalu karena orang-orang dari masyarakat adat dianggap belum beragama. Tapi, sejak aliran penghayat kepercayaan sah diakui negara dan boleh masuk KTP, benarkah umat Sunda Wiwitan, Kaharingan, Parmalim, dan sebagainya menurunkan angka orang Baduy keluar dari komunitas adatnya?
"Untuk masyarakat Baduy yang keluar dari adat Baduy memang ada saja. Setiap tahunnya keluar rata-rata mereka yang keluar dari adat Baduy karena mereka tidak mampu bertahan dengan adat," kata Saija.
Dan mereka yang memilih menjadi Landeuh, harus menerima konsekuensi tak lagi memiliki hak untuk menempati perkampungan Baduy dan menggarap lahan di tanah adat milik suku Baduy.
Saija mengungkapkan, mereka yang Landeuh (keluar dari kepercayaan dan adat istiadat Baduy) tak sanggup mengikuti tata cara hidup seperti, tak boleh menggunakan teknologi dan hidup secara sederhana, baik secara ekonomi mau pun secara pergaulan sosial.
"Sebenarnya masyarakat Baduy itu hidup sederhana yang penting Waluya, yang berarti kebutuhan apa saja ada (berkecukupan). Namun tidak ada keinginan untuk memiliki rumah gedong atau kendaraan karena tidak boleh oleh hukum adat yang berlaku," ungkapnya.

Dijelaskan Saija, 13.600 jiwa warga Baduy Dalam mau pun Baduy Luar, tersebar di 65 kampung yang terbagi sekitar 12.800 jiwa Baduy Luar dan sekitar 800 jiwa di Baduy Dalam yang hidup di tiga kampung yang masih memegang teguh istiadat hidup tanpa teknologi dan pola hidup sederhana. Seperti tercermin dari ajaran turun-temurun adat istiadat mereka;
“Gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang diruksak, lojor teu meunang dipotong, pendek teu meunang disambung,"
Yang artinya, “gunung tidak boleh dihancurkan, lembah tidak boleh dirusak panjang tidak boleh dipotong pendek tidak boleh disambung”. Sebuah sastra lisan yang menjadi pedoman hidup mereka. Kesederhanaan adalah jalan mereka menuju Tuhan.
Pun fakta itu yang ada di lapangan ketika IDN Times mengunjungi mereka. Orang-orang Baduy itu sendiri bisa saja menjadi lebih dari hidup sederhana dengan keuletan mereka dalam bekerja.
Namun menjadi kaya bukanlah hal baik bagi mereka. Mereka akan merasa malu kepada Dewi Sri (Dewi padi/rezeki dewa-dewi dalam ajaran Baduy) jika tidak mensyukuri apa yang mereka hasilkan dengan mengikuti hawa nafsu duniawi yang akan mendatangkan angkara murka dari Shang Hyang Widi.
Baca Juga: Eksplorasi Kain Tenun Baduy, Lekat Kembali dengan Koleksi Terbaru!
2. Banyak aturan adat, kata-kata Puun adalah fatwa
Benarkah Isu tentang Upaya Meng-Islam-kan Suku Baduy?
IDN Times/AshariAR


Memang banyak aturan pada adat istiadat suku Baduy itu sendiri. Dalam observasi tim IDN Times selama beberapa hari di pemukiman suku Baduy, pada dasarnya kehidupan mereka diatur oleh satu sistem pemerintahan adat yang dipimpin oleh satu kepala suku bergelar Puun.
Jika dilihat, sistem pemerintahan mereka mirip dengan sistem pemerintahan di Negara Iran di mana pemimpin tertingginya adalah pemuka agama bergelar imam. Sedang di Baduy gelarnya adalah Puun.
Puun adalah pemimpin tertinggi yang menunjuk pimpinan di bawahnya yang bergelar Jaro dan Kokolot. Seperti Jaro Adat yang yang mengawasi dan mengurus adat istiadat peribadatan mereka, Jaro Kepemerintahan yang mengatur persoalan administrasi dan Kokolot-Kokolot gelar untuk pengawas adat yang bertugas sebagai jaksa dan hakim untuk memastikan tak ada pelanggaran adat yang dilakukan oleh warga Baduy.
Warga Baduy sangat patuh terhadap kebijakan Puun. Kata-kata Puun adalah fatwa. Ketentuan mutlak yang tidak bisa dielak oleh warga Baduy. Puun-lah yang menentukan kapan waktu yang pas untuk menanam komoditas pertanian mereka, seperti padi, jahe dan sebagainya. Kepada Puun pula mereka meminta restu untuk melakukan suatu hal yang dianggap sakral seperti pernikahan dan ritual peribadatan lainnya.
Dalam hukum adat Baduy, ada beberapa kemiripan dengan hukum dalam ajaran Islam seperti dosa 40 rumah berzina dan kriminal terberat adalah menumpahkan darah serta banyak hal lain yang bersifat mengikat.
Namun, dari semua larangan itu,tak satu pun ada hukuman secara fisik ketika ada pelanggaran karena mereka hanya ditegur atau dinasehati, dengan begitu pun mereka merasa sudah sangat ketakutan lantaran takut akan karma yang diterima setelahnya. Dan yang pasti, hukuman terberat bagi mereka adalah dikeluarkan dari adat
Mereka yang semuanya berprofesi sebagai petani di ladang dan sawah, hidup sangat teratur melalui adat istiadat itu. Aturan seperti menanam padi hanya setahun sekali kemudian menggabungkan hasil panennya menjadi satu, wajib membantu tetangganya yang merenovasi atau membangun rumah, memberi penghormatan tertinggi kepada orang tua dan tak keluar rumah di atas jam 10 malam adalah beberapa dogma wajib yang mereka pelajari dari kecil dan mereka terapkan hingga ajal menjemput.
3. Ada pemukiman Baduy mualaf, Jaro Kanekes: Mereka menjual nama Baduy
Benarkah Isu tentang Upaya Meng-Islam-kan Suku Baduy?
IDN Times/Muhamad Iqbal


Meski Saija mengakui kebenaran adanya warga Baduy yang keluar dari tanah kelahirannya karena berpindah keyakinan ke agama Islam, Saija mempertanyakan adanya pemukiman-pemukiman yang bertemakan Baduy mualaf seperti di wilayah Bojong Menteng dan Cibengkung.
Benarkah memang diisi oleh orang Baduy yang telah mualaf?
"Warga Bojong Menteng itu saya kurang tahu asalnya dari mana, tapi katanya mereka mualaf dan kebanyakan mereka orang luar. Saya tidak bisa menjelaskan karena saya pun belum mempertanyakan itu," ujarnya.
Bahkan, secara implisit` orang yang ditunjuk oleh Puun (sebutan kepala suku Baduy) sebagai pemimpin dalam kepemerintahan suku Baduy ini menunjukan ketidaksukaannya terhadap pencatutan nama yang dinilainya merendahkan Baduy itu sendiri.
"Menurut pandangan saya mereka yang menjual nama Baduy. Saya tidak suka seperti kasus orang Baduy yang minta-minta," ungkapnya.
Namun begitu, orang Baduy tak terlalu memedulikan hal tersebut. Seperti yang diungkapkan Saija bahwa, "Interaksi dengan orang luar (Baduy mualaf) tidak ada masalah walau pun beda agama atau beda adat, tetap kami memegang satu persatuan dengan yang lain karena kita pun saling membutuhkan.”
Baca Juga: Berencana ke Kampung Baduy? Begini Tipsnya Agar Aman & Nyaman!
4. Tudingan Jaro tak meleset sebab kampung mualaf aslinya diisi oleh fakir sekitar Baduy
Benarkah Isu tentang Upaya Meng-Islam-kan Suku Baduy?
IDN Times/Muhamad Iqbal


Memang, dugaan Saija tak semata tudingan tendesius belaka. Faktanya, di pemukiman yang disebut kampung Baduy mualaf atau Ladeuh (sebutan orang Baduy yang telah keluar dari komunitas adat) di Bojong Menteng yang berjarak 1 kilometer dari wilayah Baduy, tak banyak ditemukan para Ladeuh di kamp tersebut.
Faktanya, hanya ada dua keluarga warga Baduy mualaf yang mengisi rumah yang disediakan oleh salah satu yayasan bernama Yasmui, yayasan yang berpusat di Jakarta. Sisa puluhan rumah lainnya ditempati oleh warga Muslim sekitar wilayah Baduy yang sebelumnya tidak memiliki rumah atau digolongkan sebagai fakir.
LANJUTKAN MEMBACA ARTIKEL DI BAWAH

Editor’s Picks
Kurang Dari Sebulan, Korban Pencabulan Di Kota Serang Ada 17 Anak
Bondowoso Diterjang Banjir Bandang, BPBD Tetapkan Status Darurat
Korban Meninggal Akibat Virus Corona Di Wuhan Bertambah Jadi 162 Orang

Dalam penelusuran itu pula diketahui, warga yang disebut Baduy mualaf adalah orang Baduy yang telah memeluk Islam sudah 30 tahun lebih. Seperti yang diungkapkan Rasman (47) warga pemukiman Baduy mualaf Bojong Menteng yang mengaku telah memeluk islam dari tahun 1980-an.
"Mayoritas memang ini bangunan untuk Baduy Muslim, berhubung Baduy Dalam tidak mau. Baduy Dalam jauh dari teknologi dan masih memercayai adat yang dibangun di sana," ujar Rasman kepada IDN Times, Sabtu (10/8).
Dia pun mengakui keluar dari adat Baduy karena tak kuat dengan aturan adat yang dianggapnya membatasi. Seperti tak boleh memiliki kendaraan dan listrik untuk penggunaan teknologi. Bagi Rasman hal itu adalah belenggu.
Serupa Rasman, Sudin (60) dan Rustam (50) warga pemukiman Baduy mualaf yang didirikan yayasan Attaubah 60, sebuah yayasan amal yang berkantor di Tangerang Selatan, mengaku sudah puluhan tahun lalu masuk Islam. Mereka mengaku tak kuat dengan aturan adat istiadat di Baduy. Mereka memilih keluar menjadi Ladeuh.
"Baduy masuk Islam karena adat Baduy yang melarang teknologi elektronik yang canggih-canggih, kendaraan dan radio saja tidak boleh, makanya kakek saya bilang daripada kita mengotori agama adat lebih baik kita keluar dari Baduy Dalam. Sampai sekarang pun orang Baduy masih memegang teguh adat dan hukum tetap berjalan," ujar Sudin yang merupakan Ketua RT di pemukiman itu.
"Sekarang kita berkebun, hasilnya masing-masing beda sama di Baduy yang ketika bertani hasil dari panennya disatukan," lanjutnya.
Mereka pun mengaku baru menempati pemukiman yang diisi 37 keluarga dari kapasitas 60 keluarga ini baru 5 bulan yang lalu.
Dalam pengakuannya, baik Rasman, Sudin, dan Rustam menjelaskan bahwa salah satu syarat mereka bisa menempati rumah yang disediakan yayasan amal tersbut adalah mau mengikuti kajian-kajian agama yang diberikan. Atas kajian agama itulah, mereka kini berkeinginan untuk meng-Islam-kan kerabat-kerabat mereka yang masih di Baduy Dalam.
"Sudah lama kami bergabung dan membuat (mengisi) kampung yang berisikan orang Baduy yang masuk Islam atau pun yang belum yang penting mereka (orang Baduy) mau bersatu. Tidak ada ajakan dan semuanya memang kehendak sendiri, tapi kalau sekarang pengen ngajak tapi tidak terlalu jauh, takutnya mereka yang berpandangan, misalnya harta saya, juga tidak bisa apa-apa," ujar Sudin.
sebelahblog
4iinch
4iinch dan sebelahblog memberi reputasi
2
1.2K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.