- Beranda
- The Lounge
Renungan Karyawan
...
TS
vierundzwanzig
Renungan Karyawan
Quote:
Sudah Sejak Sepetember 2016 saya menjadi Karyawan di Perusahaan BUMN dibidang konstruksi. Sudah hampir satu tahun ketika tulisan ini ditulis saya bekerja. Menjadi karyawan bukanlah impian saya. Impian yang sampai saat ini berkembang dan bersemayam dalam hati saya adalah memiliki usaha yang bisa ditinggal, jadi saya bisa leyeh-leyeh di rumah, waktu saya bisa saya habiskan untuk orang tua saya, dan jika sudah menikah, bisa ber-quality time dengan istri saya, termasuk bisa lebih mendekatkan diri kepada Yang Menciptakan saya dari ketiadaan.
Hampir satu tahun sudah saya lalui sebagai karyawan. Banyak hal yang saya renungi ketika saya sudah menjadi karyawan. Suka dukanya. Hikmahnya. Apalagi saya sebagai seorang anak juga yang belum pernah merantau, sebagai freshgraduate yang baru 3 bulan lulus, seorang yang belum pernah bekerja, langsung dihadapkan pada perbahan drastis dunia kerja. Kata orang dunia kerja itu dunia sesungguhnya. Menurut saya ini bukan soal dunia sungguhan atau palsu, Setiap tahap yang dilalui adalah sungguhan. Dan tahap di dunia kerja adalah tahap selanjutnya dari kehidupan yang lebih sulit. Sebagai anak yang belum pernah jauh dari orang tua, saya langsung dihadapkan dengan dunia tanpa perlindungan dan pertolongan orang tua. Jauh dari keluarga dan saudara. Dunia yang baru saya kenal, dan tidak tahu riwayat orang-orang yang akan berinteraksi dengan kita, apakah mereka punya niat yang jahat atau baik.
Yang paling saya sangat sadari ketika saya sudah masuk dunia kerja ini adalah betapa berharganya waktu. Karyawan di perusahaan konstruksi membuat waktu saya banyak dihabiskan di kantor untuk bekerja. Saya bisa menghabiskan waktu lebih dari 12 jam di kantor hanya untuk mendapatkan gaji berupa uang. Keinginan saya untuk memiliki kehidupan yang seimbang, terutama mengenai pembagian waktu bekerja, waktu dengan keluarga, waktu untuk sendiri, waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah harus saya pendam. Ada benarnya perkataan pepatah lama mengenai kenikmatan, nikmat akan terasa jika sudah hilang. Ya, nikmat waktu yang ada sebelumya, yang saya kurang syukuri, sekarang hilang. Berganti waktu berkerja, waktu bekerja, waktu bekerja. Ini adalah hal yang sangat saya sesali, kurangnya rasa syukur saya kepada Allah yang telah memberikan kenikmatan waktu. Keadaan saat ini membuat saya bersyukur akan waktu waktu dulu yang telah saya lalui. Semoga dengan kesadaan ini Allah mengembalikan dan memberi nikmat waktu yang dulu sudah saya sia-siakan.
Betapa bersyukurnya seorang anak yang memiliki kehidupan simbang dengan pekerjaan yang baik dan cukup sehingga bisa mengabdi dan membalas budi kedua orang tuanya. Betapa bersyukurnya karyawan yang bisa pulang tepat waktu sehingga bisa membagi waktunya dengan keluarga dan temannya. Betapa bersyukurnya karyawan yang bisa memprioritaskan Tuhannya tanpa terganggu urusan pekerjaannya.
Sebagai karyawan, sudut pandang saya sebagai seorang yang memiliki atasan dan rekan sepantaran adalah banyak perlakuan yang tidak adil dan zalim saya terima. Itulah kehidupan, kata satu sisi dilubuk hatiku. Jika semua sudah adil berarti kamu sudah tidak di dunia. Load kerja yang saya dapatkan bisa lebih banyak dari load kerja rekan kerja saya. Dan hal tersebut berbanding terbalik dengan insentif yang mereka dapatkan. Rekan saya mendapat insentif yang lebih besar dari yang saya dapatkan. Itulah dunia dan saya dipaksa untuk tidak boleh merasa iri dan dengki. Akan sangat sulit bagi orang yang perhitungan seperti saya untuk mengalahkan persaan iri dan dengki. Padalah belum tentu perhitungan saya itu benar-benar perhitungan yang akurat dan adil atas apa yang mereka kerjakan dan dapatkan. Tapi ya bagamaina lagi, settingan saya sebagai manusia seperti ini, banyak bersprasangka, dan saya harus mengalahkannya.
Di dunia kerja, apalagi di dunia konstruksi hitam putihnya kehidupan saya lihat di depan mata kepala sendiri. Saya takut hitamnya kehidupan yang terbiasa saya liat di dunia kerja ini seperti tetesan air yang lama-lama melubangi hati saya. Apakah dunia kerja semua seperti ini, saya belum bisa membandingkan. Saya baru pertama kali bekerja dan ditempatkan ditempat yang seperti ini. Apalagi saya sebagai rekrutan yang diproyeksikan akan menjadi seorang atasan yang salah satu fungsinya adalah meng-approve perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan tempatnya. Bagaimana pertanggungjawaban saya di Akherat kelak jika saya tahu banyak hal-hal salah tapi saya tidak bisa berbuat sedikitpun. Semoga Allah senantiasa melindungi saya dan memaklumi kesalahan saya.
Cara saya survive di tempat ini adalah mencari kebahagian dan bersyukur dari semua yang saya terima. Banyak berteman dengan teman-teman senasib karena tidak saya sendiri yang merasakan hal-hal yang sama. Semoga Allah melindungi kita dan cepat memindahkan kita ke tempat yang lebih baik.
Hampir satu tahun sudah saya lalui sebagai karyawan. Banyak hal yang saya renungi ketika saya sudah menjadi karyawan. Suka dukanya. Hikmahnya. Apalagi saya sebagai seorang anak juga yang belum pernah merantau, sebagai freshgraduate yang baru 3 bulan lulus, seorang yang belum pernah bekerja, langsung dihadapkan pada perbahan drastis dunia kerja. Kata orang dunia kerja itu dunia sesungguhnya. Menurut saya ini bukan soal dunia sungguhan atau palsu, Setiap tahap yang dilalui adalah sungguhan. Dan tahap di dunia kerja adalah tahap selanjutnya dari kehidupan yang lebih sulit. Sebagai anak yang belum pernah jauh dari orang tua, saya langsung dihadapkan dengan dunia tanpa perlindungan dan pertolongan orang tua. Jauh dari keluarga dan saudara. Dunia yang baru saya kenal, dan tidak tahu riwayat orang-orang yang akan berinteraksi dengan kita, apakah mereka punya niat yang jahat atau baik.
Yang paling saya sangat sadari ketika saya sudah masuk dunia kerja ini adalah betapa berharganya waktu. Karyawan di perusahaan konstruksi membuat waktu saya banyak dihabiskan di kantor untuk bekerja. Saya bisa menghabiskan waktu lebih dari 12 jam di kantor hanya untuk mendapatkan gaji berupa uang. Keinginan saya untuk memiliki kehidupan yang seimbang, terutama mengenai pembagian waktu bekerja, waktu dengan keluarga, waktu untuk sendiri, waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah harus saya pendam. Ada benarnya perkataan pepatah lama mengenai kenikmatan, nikmat akan terasa jika sudah hilang. Ya, nikmat waktu yang ada sebelumya, yang saya kurang syukuri, sekarang hilang. Berganti waktu berkerja, waktu bekerja, waktu bekerja. Ini adalah hal yang sangat saya sesali, kurangnya rasa syukur saya kepada Allah yang telah memberikan kenikmatan waktu. Keadaan saat ini membuat saya bersyukur akan waktu waktu dulu yang telah saya lalui. Semoga dengan kesadaan ini Allah mengembalikan dan memberi nikmat waktu yang dulu sudah saya sia-siakan.
Betapa bersyukurnya seorang anak yang memiliki kehidupan simbang dengan pekerjaan yang baik dan cukup sehingga bisa mengabdi dan membalas budi kedua orang tuanya. Betapa bersyukurnya karyawan yang bisa pulang tepat waktu sehingga bisa membagi waktunya dengan keluarga dan temannya. Betapa bersyukurnya karyawan yang bisa memprioritaskan Tuhannya tanpa terganggu urusan pekerjaannya.
Sebagai karyawan, sudut pandang saya sebagai seorang yang memiliki atasan dan rekan sepantaran adalah banyak perlakuan yang tidak adil dan zalim saya terima. Itulah kehidupan, kata satu sisi dilubuk hatiku. Jika semua sudah adil berarti kamu sudah tidak di dunia. Load kerja yang saya dapatkan bisa lebih banyak dari load kerja rekan kerja saya. Dan hal tersebut berbanding terbalik dengan insentif yang mereka dapatkan. Rekan saya mendapat insentif yang lebih besar dari yang saya dapatkan. Itulah dunia dan saya dipaksa untuk tidak boleh merasa iri dan dengki. Akan sangat sulit bagi orang yang perhitungan seperti saya untuk mengalahkan persaan iri dan dengki. Padalah belum tentu perhitungan saya itu benar-benar perhitungan yang akurat dan adil atas apa yang mereka kerjakan dan dapatkan. Tapi ya bagamaina lagi, settingan saya sebagai manusia seperti ini, banyak bersprasangka, dan saya harus mengalahkannya.
Di dunia kerja, apalagi di dunia konstruksi hitam putihnya kehidupan saya lihat di depan mata kepala sendiri. Saya takut hitamnya kehidupan yang terbiasa saya liat di dunia kerja ini seperti tetesan air yang lama-lama melubangi hati saya. Apakah dunia kerja semua seperti ini, saya belum bisa membandingkan. Saya baru pertama kali bekerja dan ditempatkan ditempat yang seperti ini. Apalagi saya sebagai rekrutan yang diproyeksikan akan menjadi seorang atasan yang salah satu fungsinya adalah meng-approve perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan tempatnya. Bagaimana pertanggungjawaban saya di Akherat kelak jika saya tahu banyak hal-hal salah tapi saya tidak bisa berbuat sedikitpun. Semoga Allah senantiasa melindungi saya dan memaklumi kesalahan saya.
Cara saya survive di tempat ini adalah mencari kebahagian dan bersyukur dari semua yang saya terima. Banyak berteman dengan teman-teman senasib karena tidak saya sendiri yang merasakan hal-hal yang sama. Semoga Allah melindungi kita dan cepat memindahkan kita ke tempat yang lebih baik.
Source:
Code:
hujanuari.blogspot.co.id/2017/08/renungan-karyawan.html
Spoiler for komeng kaskuser:
Quote:
Original Posted By valedut►lebih baik pusing karena kerjaan dibanding pusing nyari kerja.
banyak yang ngantri diluar sana buat dapetin posisi ente.
banyak yang ngantri diluar sana buat dapetin posisi ente.
Quote:
Original Posted By aptpancoran►Cari yang lebih baik, dan terutama yg lebih berkah.
Supaya gak harus berkubang di area grey/hitam.
Alhamdulillah, di tempat ane yg sekarang sepertinya minim sekali area2 grey seperti itu.
Ingat, uang hasil kerja kita nanti akan di konsumsi oleh keluarga juga.
Supaya gak harus berkubang di area grey/hitam.
Alhamdulillah, di tempat ane yg sekarang sepertinya minim sekali area2 grey seperti itu.
Ingat, uang hasil kerja kita nanti akan di konsumsi oleh keluarga juga.
Quote:
Original Posted By nofasonic►
udah 7 tahun ane sabar gan, sekarang tinggal ikutin langkah kaki aja. semoga dpt yg lebih baik, cuma itu harapannya
udah 7 tahun ane sabar gan, sekarang tinggal ikutin langkah kaki aja. semoga dpt yg lebih baik, cuma itu harapannya
Quote:
Original Posted By Stand_Not_Still►
Jadi inget ada kisah yg menarik di jaman rasul. Ada seorang pedagang yg bernama ibnu sirin, dia seorang yg sangat jujur dan tidak berani melangkahi hukum Allah.
Suatu hari ada seorang yg jual madu kepada ibnu sirin, sedangkan modal dia sudah banyak terpakai untuk kulakan barang yg lain. Akhirnya madu itu dia beli dengan cara jatuh tempo, malam nya waktu dia tutup toko kelupaan gentong tempat madu itu belum ditutup.
Pagi waktu dia buka toko, ibnu sirin kaget kalau madunya kemasukan tikus.. akhirnya dia memerintahkan 8 orang yg besar2 untuk mengangkut satu gentong besar madu itu untuk dibuang ke sungai agar tidak ada yg bisa memanfaatkannya.
Orang2 di pasar pun kaget dan bertanya, setelah mereka tau madu itu di masuki tikus, mereka pun bertanya kenapa tidak di ambil tikus itu sedang sisanya bisa dijual lagi. Tetapi ibnu sirin menjawab dengan tenang.. " apakah kalian bisa menjamin bagian mana dari madu itu yg tidak terkontaminasi najis dari tikus itu?, Saya tidak mau menanggung dosa akibat menjual madu yg saya tidak tau apakah itu masih halal"..
Jadi inget ada kisah yg menarik di jaman rasul. Ada seorang pedagang yg bernama ibnu sirin, dia seorang yg sangat jujur dan tidak berani melangkahi hukum Allah.
Suatu hari ada seorang yg jual madu kepada ibnu sirin, sedangkan modal dia sudah banyak terpakai untuk kulakan barang yg lain. Akhirnya madu itu dia beli dengan cara jatuh tempo, malam nya waktu dia tutup toko kelupaan gentong tempat madu itu belum ditutup.
Pagi waktu dia buka toko, ibnu sirin kaget kalau madunya kemasukan tikus.. akhirnya dia memerintahkan 8 orang yg besar2 untuk mengangkut satu gentong besar madu itu untuk dibuang ke sungai agar tidak ada yg bisa memanfaatkannya.
Orang2 di pasar pun kaget dan bertanya, setelah mereka tau madu itu di masuki tikus, mereka pun bertanya kenapa tidak di ambil tikus itu sedang sisanya bisa dijual lagi. Tetapi ibnu sirin menjawab dengan tenang.. " apakah kalian bisa menjamin bagian mana dari madu itu yg tidak terkontaminasi najis dari tikus itu?, Saya tidak mau menanggung dosa akibat menjual madu yg saya tidak tau apakah itu masih halal"..
Quote:
Original Posted By JadeSoul►Bener bray lbh enak berwirausaha.
Ane mau share jg,ane dulu pernah kerja di jogja di purwokerto. Skrg ane dpt kerja di jkt blm sebulan. Dan selama ini rasanya blm bs beradaptasi sm lingkungan krja di jkt wlopun dlu kuliah di jkt jg cuma di tempat baru ini ane msh agak kikuk sm senior. Klo mrk kan klo ngomong asal ceplos. Sdangkan ane yg dr jawa itu dididik supaya malu, sopan. Trs klo di kantor mau jd seru takut dibilang "eh siapa lu?"
Kadang jg omongan senior itu lbh menyakitkan. Ane di kantor lbh banyak diemnya.
Rasanya ky msh asing dan blm bs diterima di lingkungan itu. Ane tiap hari berusaha utk kuat.
Tp knp gt klo yg senior itu mulutnya lbh tajam k juniornya?
Kadang ane lg ngerjain inputan. Dikata lg nganggur. Kan sue.
Bulan pertama di lingkungan kerja yg baru emg sulit.
Ane mau share jg,ane dulu pernah kerja di jogja di purwokerto. Skrg ane dpt kerja di jkt blm sebulan. Dan selama ini rasanya blm bs beradaptasi sm lingkungan krja di jkt wlopun dlu kuliah di jkt jg cuma di tempat baru ini ane msh agak kikuk sm senior. Klo mrk kan klo ngomong asal ceplos. Sdangkan ane yg dr jawa itu dididik supaya malu, sopan. Trs klo di kantor mau jd seru takut dibilang "eh siapa lu?"
Kadang jg omongan senior itu lbh menyakitkan. Ane di kantor lbh banyak diemnya.
Rasanya ky msh asing dan blm bs diterima di lingkungan itu. Ane tiap hari berusaha utk kuat.
Tp knp gt klo yg senior itu mulutnya lbh tajam k juniornya?
Kadang ane lg ngerjain inputan. Dikata lg nganggur. Kan sue.
Bulan pertama di lingkungan kerja yg baru emg sulit.
Diubah oleh vierundzwanzig 12-08-2017 09:29
0
6.2K
Kutip
51
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.4KThread•84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya