Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kopikamupahitAvatar border
TS
kopikamupahit
Untuk Kesekian Kalinya Saya Gagal Beribadah Seumur Hidup.
Untuk kesekian kalinya saya gagal.

Sungguh ironis. Tapi mungkin nanti saya akan bersyukur. Atau seharusnya saya bersyukur.

Kadang saya berfikir, mengapa Tuhan memberikan cobaan yang selalu sama dengan hal yang sama dan semakin rumit. Mungkin, inilah hidup. Seperti inilah istiqomah. Saat ternyata dengan sadar saya telah melenceng dari semua yang sudah saya yakini dan niati sendiri.

Menikah adalah ibadah. Mungkin, untuk ibadah seumur hidup belum sekarang.

Tiga tahun yang lalu, kisah yang sudah saya jalin dengan baik. Saya pupuk bertahun-tahun dengan angan akan menjadi tujuan. Kandas begitu saja. Tiga belas tahun lamanya saya meyakini seseorang untuk menjadi bagian hebat dalam hidup saya hilang begitu saja. Tertatih saya berbulan-bulan. Saat akan bangkit, surat undangan datang tertulis indah namanya. Kala itu hati saya hancur. Semuanya salah. Berlarut-larut dalam kubang, mempersilahkan hati untuk tersakiti.

Selang berganti waktu saya harus tetap bangkit bukan?

Seseorang datang mengetuk pintu hati saya. Mencoba untuk meyakini kembali, bahwa Tuhan memberikan kesempatan. Meski terpaut jarak, terpaut waktu dan rentang usia yang tidak banyak. Saya mulai untuk membuka hati dengan tujuan lebih pasti. Tidak lagi membuang waktu, jelas pada yang dituju. Lagi-lagi, gayung tak bersambut. Mungkin untuknya saya terlalu memaksa. Mungkin untuknya saya terlalu terburu-buru. Tiba-tiba ia hilang begitu saja, meninggal tanya. Berbulan-bulan menunggu jawaban. Menunggu kejelasan. Sampai berganti tahun, saya menyadari bahwa hatinya telah berpemilik. Bukan miliku, tapi milik ia yang dirasa datang tanpa tujuan terburu-buru.
Saya meyakini keyakinan yang salah berbulan-bulan. Patah dan terpatahkan lagi.
Menjadi pembelajaran bahwa tidak akan pernah berhenti jika mencari kesalahan. Yang jelas saya tidak berjodoh dengannya.

Kali ini, inginku mengenal ia melalu doa terbaik. Tapi belum sempat saya meminta. Ia yang terbiasa menjadi rekanku tiba-tiba disandingkan denganku. Belum sempat saya berangan. Semuanya sudah selesai. Mungkin karena keadaan ini salah. Bukan saya merusak yang sudah ada. Bukan ia membawa saya dalam kehidupannya. Tapi mengakhiri sesuatu yang belum di mulai itu sungguh luar biasa. Semua sudah dipersiapkan, kabar gembira sudah diperdengarkan. Harapan orang tua sudah tersampaikan. Tiba-tiba rentang waktu yang terlalu singkat, seolah-olah akan menggiring opini orang yang menjadikan fitnah.

Saya gagal menikah untuk ketiga kalinya.
Mungkin memang belum jodoh. Atau sesungguhnya jodohku sudah mati?
Allahualam.

Sakit hati, kehilangan, kecewa rasanya pasti akan tetap sama. Saya sering mengalaminya. Kegagalan demi kegagalan datang bertubi-tubi setiap waktunya.
Ada sekat tipis antara pasrah dan putus asa.

Usiaku tidak lagi muda. Tapi bukan itu alasannya. Apa yang harus saya lakukan sekarang?
Menghitung waktu mundur.

Saat semua itu terjadi, baru saja. Bergetar suaraku, pedih mataku, saya harus bagaimana?
Disatu sisi saya mulai menyukainya. Saya menikmati keberadaannya. Saya ada angan bersamanya. Tapi tidak dengan rentang waktu yang begitu cepat. Tidak dengan cara seperti ini. Tidak juga dengan statusnya seperti ini.

Lalu semua yang sudah dikeluarkan untuk yang sudah terbeli. Bagaimana, saya harus mengembalikannya?
Sedangkan disaat seperti ini, untuk sesuap nasipun sulit rasanya.

Bagaimana sesungguhnya rasanya?
Jika maju akan tatu hidupnya. Jika mundur akan mati akhirnya. Ingin rasanya berfikir, tapi otakku rasa kosong. Ingin merasa sakit, tapi hatiku hambar. Kosong melompong otak dan rasaku. Seperti sudah mati.

Bagaimana mungkin saya menjalani semuanya begitu rumit.

Jika takdir sudah digariskan saat ruh ditiupkan dalam rahim seorang ibu. Maka nasib seseoranglah dapat diubah dengan seberapa besar memperbaiki dan berjuang. Tapi yang saya rasakan saat ini hanya kosong. Bahkan untuk memikirkan saya harus apa? Rumit.

Otakku kosong, hatiku hambar, tubuhku lelah. Kegagalan ini membuatku mengerti bahwa, mungkin bukan sekarang. Mungkin jalan ini yang terbaik yang menurut sang pemilik hidup baik.

Tapi ironis, kegagalan ini bertubi-tubi.
oceu
indrag057
forlano
forlano dan 11 lainnya memberi reputasi
12
2.3K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.