Setiap anak selalu membanggakan ayahnya, ya..itu juga yg terjadi kepadaku. Ayah bagiku supermanku, pahlawanku, jika ada sebutan wow yg lain akan ku sematkan padanya.
Ayahku asli orang ponorogo. Kota ponorogo? Bukan, rumah nya terletak di gunung sejalan dengan arah ke trenggalek. 1 jam perjalanan dari kota ponorogo. Daerah nya asri, sejuk & damai khas pedesaan. Suara gemericik air sungai bersahutan menambah teduhnya suasana desa ini.
Aku kecil sangat senang disini, tapi satu hal yg tak ku sukai, jika ingin mandi dan buang hajat harus turun ke sungai dengan perjalanan yg cukup memakan waktu. Masa muda ayahku dihabiskan dengan mencari ilmu (sayangnya bukan belajar di sekolah) kebatinan, olah rasa & kanuragan sampai ke daerah2 seperti Trenggalek, Tulungagung, Pacitan dan lain lain.
Menurut pengakuan ayahku sendiri, di zaman itu orang berlomba-lomba mempersakti diri guna untuk pertahanan diri. Santet, teluh, orang bisa terbang, menghilang dll yg tidak mungkin kita temui di zaman sekarang, itu terjadi di masa itu. Ayahku kecil tak terkejut dengan orang yg mulanya sedang berjalan beriringan lalu dalam sekejap mata bisa mendahului teman seperjalanannya beratus-ratus meter ke depan. Hal itu biasa terjadi.
Atau masa muda ayahku yg sedang dalam penggemblengan guru nya di puncak gunung di kabupaten trenggalek sering melihat guru kanuragan nya yg bernama
Mbah Ucengberubah menjadi harimau ketika marah atau bertengkar dengan istrinya dan istrinya menjadi kera. Itu biasa terjadi. Jikapun zaman sekarang masih ada yg bisa melakukannya hanya dapat kita lihat di film2 kolosal di Indosiar ataupun MNC.
Sedari kecil aku sudah mengetahui
kelebihan ayahku. Masa kecilku ku habiskan di kota pahlawan, surabaya, sangat indah dengan berbagai problematika nya. Surabaya yg dulu bukan seperti sekarang, ruwet, macet, panas dan penuh polusi. Dulu surabaya adalah kota yg menyenangkan bagiku, ya itu lah kampung halamanku, meski sebagian orang tak setuju dengan pengakuanku jika mereka meruntut riwayat asal orang tuaku tapi ku tak peduli, aku cinta surabaya dan tetap menganggap itu kampung halamanku karena aku dilahirkan disana.
Aku anak tunggal, jikapun aku manja itulah gaya khas anak tunggal yg cari perhatian ke ayah ibunya. Kami bertiga tinggal di sebuah kampung dengan rumah yg tak begitu besar tapi melebar. Mempunyai 2 kamar tidur, 1 kamar mandi.
Denah Interior Rumahku Di Surabaya
Meski tak begitu besar, tapi ku suka dengan penataan ruangannya, ketika ku sudah dewasa baru ku tanya ibuku, siapa yg membuat denah ruangan rumah surabaya dulu, dan ibuku menjawab singkat "Ayahmu".
Ketika ku bersekolah taman kanak2 dan SD, sekolahku pun tak begitu jauh dari rumahku. Tentu kalian tak ingin dengar/membaca tentang kampung, sekolah dan rumahku saja di tulisanku kali ini, maka ku percepat mungkin membuat kalian menyeringai cepat2.
Ku ingat betul ketika aku masih sekolah taman kanak2, letak sekolahku persis didepan sebuah masjid di kampungku. Banyak ku dengar sayup2 cerita bahwa sebelum didirikan masjid, dulunya adalah sebuah makam. Tak ku ketahui alasan kenapa digusur dijadikan masjid. Yg jelas bukan aku saja yg pernah
"di isengi" makhluk sekitar sini. Pernah suatu hari temanku terkunci di kamar mandi, setelah didobrak dan ditanya katanya dia tak menutup pintu tapi pintunya
menutup sendiri dan
mengunci sendiri.
Ada juga salah satu pengalaman temanku yg membuat geger satu sekolah karena merasa ada yg mengayun dirinya terlalu keras saat dia duduk di ayunan sendiri. Saking kerasnya dia sampai terlempar ke dinding dan keningnya robek. Cerita dariku? Tak kalah seram. Suatu hari saat istirahat tiba, ku bermain sendiri di area masjid, awalnya di pelataran, ketika capek ku mulai duduk di serambi masjid sambil memandangi teman2ku di sekolah.
Sayup2 ku dengar ada yg memanggilku
Ssstt, Sssttt!! ku menoleh ke belakang, tak ada siapa2 hanya pintu utama masjid yg tertutup. Iseng ku mulai melepas sepatuku lalu naik ke masjid, ku mulai penasaran siapa yg memanggilku barusan dan ku intai dari balik kaca nako disamping pintu utama. Awalnya tak ada siapa2, lama ku lirik kanan kiri tak ada gejala manusia di dalam, ketika ku akan balik badan dari mata ekorku terlihat wanita bergaun merah berambut panjang keluar dari balik selambu pembatas tempat wanita sembahyang menatapku dingin dan berjalan tanpa melangkah ke arah mihrab dan
HILANG. Saat itu aku menganggap biasa2 saja karena kepolosanku.
Sore hari ketika ayahku pulang, ku ceritakan pengalamanku di masjid tadi dan ayah hanya tertawa lalu berkata
"Mosok? Ben, engko tak bong e mbak e wani ngetok nang anakku" (masa? Biar, nanti saya bakar karena mbak nya berani menampakkan diri ke anakku).
Pernah suatu malam ku melihat wanita berbaju putih berambut panjang duduk di pinggiran tempat tidur kamar belakang dirumahku dengan posisi menghadap dinding jadi ketika dilihat dari pintu kamar hanya terlihat punggungnya saja, sontak ku goyang2 kaki ayahku dan menunjukkan pada nya apa yg ku lihat. Tak menunggu lama ayahku pun berdiri dan menghampiri ke arah wanita itu, dan sedikit atraksi,
kretek, kretek bau benda terbakar menghampiri hidungku dan wanita itupun lenyap seketika.
Saat itu ku tak begitu mengerti apapun, apa yg ku lihat, apa yg dilakukan ayahku, siapa makhluk2 itu, untuk apa menampakkan dirinya kepadaku dan banyak pertanyaan2 yg lain yg ketika ku remaja baru ku pertanyakan dalam benakku. Begitu banyak cerita yg ku alami saat di rumah surabaya, jikapun ku paksa menceritakan, mungkin aku tak melakukan aktifitas apapun selain menulis cerita itu. Yg ku ceritakan hanyalah beberapa yg masih membekas sampai sekarang dan ku anggap pantas dijadikan cerita. Seperti cerita yg ku dengar saat aku duduk di kelas 2 SMA, cerita ini diceritakan langsung oleh ibuku.
Suatu hari di tengah malam ibuku kebingungan, mencari anaknya yg dari sore sudah dipeluk untuk ditidurkan yg biasanya diposisikan di tengah, dibangunkanlah ayahku karena anknya hilang. Ayahku memejamkan mata dan beranjak dari tempat tidurnya dan menuju jemuran. Benar saja, anaknya sedang duduk bersila seperti sedang bercakap2 dengan seseorang di pojokan jemuran.
Ibuku yg membuntuti ayahku dari belakang mendengar ayahku bergumam sambil mengangkat tubuhku,
"Kowe arep neng kene terserah, tapi ojo ganggu anakku, lek sek mbeling tak usir kabeh we ngko sak bolo2mu.." (Kamu mau disini terserah, tapi jangan ganggu anakku, kalau kamu susah di peringatkan, saya usir semua kamu beserta teman2mu).
Kalau sekedar menyerupai sosok ayah ibuku itu sering terjadi, seperti di suatu siang ketika ku bangun tidur tak ku jumpai ibuku di sebelahku. Aku yg waktu itu masih sangatlah kecil hanya bisa menangis keras di tempat tidur sambil duduk dan memanggil ibuku. Lalu aku turun dari tempat tidur menuju ruang tamu ke arah pintu utama sambil tetap menangis. Ku buka pintu utama ternyata terkunci, aku menangis sejadi-jadi nya sambil menggebrak kaca di sebelah pintu.
Cukup lama ku menangis lalu aku dikagetkan suara ibuku dari belakang
"Heh heh heh, nyapo nangis..iki lho ibuk neng kene.." (Heh heh heh, ngapain nangis..ini lho ibu disini) saat ku menoleh ku lihat ibuku berjalan ke arah kamar belakang, lalu ku kejar membuntutinya dan kamar belakang tak ada siapa2..aku cari ke dapur dan kamar mandi pun kosong tak ada orang. Di belakang TV ada kaca yg dapat melihat ke arah jemuran dan kosong tak ada siapa2. Lalu siapa yg memanggilku tadi? Suara nya sama, saat ku menoleh juga persis perawakan ibuku dari belakang. Ku hentikan tangisanku lalu lari ke arah kamar depan dan menutup pintu lalu ku tarik selimutku sampai menutupi kepalaku, aku ketakutan.
Sampai beberapa saat ku dengar orang membuka kunci pintu utama dan berjalan ke arah kamar depan dan membuka selimutku, ya itu ibuku yg
asli.
"We ngke nangis to? Ibuk bar ko tokone mak inah tuku beras, minyak karo gulo.." (Kamu tadi habis nangis ya? Ibuk dari toko nya mak inah beli beras, minyak dan gula). Tak ku jawab, aku hanya memeluk pinggang ibuku erat-erat saat itu.
Suatu hari di kampungku geger dengan adanya pencurian setiap malam, selalu ada ibu2 yg sedang belanja bercerita bahwa banyak rumah yg disatroni
Pencuri ini, ku dengar saat aku diajak ibuku berbelanja di pasar.
Selama 2 minggu berlalu setiap hari ada saja yg mengeluh uangnya hilang, meski jumlah uang nya tak besar tapi cukup meresahkan warga kampungku. Dan orang2 pun mulai curiga dengan keberadaan makhluk
"Pencuri" ini yang belakangan dicurigai adalah ulah
Tuyul. Berbagai cara dilakukan warga, hingga di hidupkannya sistem jaga kamling tapi masih tetap saja ada yg kehilangan setiap paginya. Suatu malam aku ditemani ayah dan ibuku menonton tv di ruang keluarga, ibuku memulai percakapan dengan ayahku dan aku mendengarnya..
Quote:
Ibu : Yah, saiki tambah ngeri lho yah..wong2 do bingung soale bendino enek sing kemalingan..(Yah, sekarang makin ngeri lho..orang2 bingung karena setiap hari ada yg kemalingan)
Ayah : Wong2 ae sing bodoh, nyapo gae kamling barang, dijogo mben bengi..ra ngefek blas, wong sing nyolong barang alus kok..emange wong2 sing jogo iso nontok? (Orang2 aja yg bodoh, ngapain pakai kamling segala, dijaga setiap malam..nggak ngefek sama sekali, org yg nyuri makhluk halus kok..memangnya orang2 yg jaga bisa lihat?)
Ibu : Heh??!! Mosok to yah?? Coba po'o yah, lek'ono bengi iki..(Heh..masa si yah? Coba dong ayah semedi malam ini)
Ayah : (Terdiam)
Benar saja, ketika kantukku tak terelakkan aku mengajak ibuku ke kamar, ayahku mematikan tv dan mengunci pintu dan pagar setelah itu langsung masuk ke kamar belakang dan menutup pintunya, dia disitu sampai pagi.
Tak jelas juga apa yg ayahku lakukan malam itu yg jelas setelah itu tak ada lagi keluhan kehilangan dari warga kampungku, belakangan ketika aku dewasa ku tanyakan lagi kejadian malam itu dan ayahku menceritakannya.
Quote:
Pas kuwi, ayah semedi ngerogo sukmo..ayah mlaku2 ng kampung2 kene, mampir nang pos kamling sing jogo turu kabeh piye ra kon kemalingan..hehe
Ayah wes curiga karo sak wong tok ng kampung kene sing ngingu tuyul..tak parani lha kok tenan enek setan gundul (kiasan) mlebu nembus pintu tokone Pak B**i*. Ayah melu mlebu terus nontok setan gundul wi ngke ngekekne duid ng Pak B**i*. Bar ngekekne duid tuyule malik awak ngerti ayah wedi ndelik nang buri gegere Pak B**i* tapi Pak B**i* gak iso nontok ayah. Terus tak seret tuyule metu ko omah tak seneni, arep tak bong bocahe nangis terus janji gak mbalik neng kene maneh. Yowes tak jarke mlayu.
(Waktu itu, ayah bersemedi raga sukma. Ayah jalan2 keliling kampung, ayah mampir ke pos kamling yg jaga tidur, gimana mau nggak kemalingan. Ayah udh curiga cuma 1 org yg memelihara tuyul. Begitu ayah kesana, lha kok beneran ada tuyul masuk ke tokonya Pak B**i* nembus pintu. Ayah ikutan masuk buntuti dari belakang dan liat tuyul itu memberikan uang ke Pak B**i*. Setelah nyerahin uang dia balik badan dan tau ayah dia lari ke belakang punggungnya tuan nya, ayah seret keluar itu tuyul dan ayah marahi, mau ayah bakar tapi anaknya nangis dan janji nggak akan balik2 ke kampung sini. Yaudah ayah biarin lari.)
Pernah dengar, orang kesurupan diludahi lalu sadar? Tetangga depan rumahku adalah keluarga dari Madura. Yg mendiami rumah itu cuma 3 orang, bapak, ibuk & anaknya yg menduda sudah berumur 37 tahun saat itu namanya Cak M*m** yg mengalami obesitas karena stres dan gila makan. Dia ditinggal pergi istrinya tanpa status. Konon katanya Cak M*m** sangat temperamental saat masih berumah tangga yg membuat istrinya tak betah.
Setiap hari-hari tertentu Cak M*m*t seperti orang gila yg bicara sendiri, menangis sendiri dan tertawa sendiri..suatu hari Cak M*m** kesurupan tepatnya hari jumat siang, ibu bapak Cak M*m** lari sambil teriak minta tolong karena mau dibunuh oleh Cak M*m dengan pisau lalu bapak ibunya mengungsi ke rumahku dan oleh ibuku pintu rumahku pun dikunci dari dalam. Cak M*m** teriak2 dari luar sambil menggedor pintu dengan kerasnya, ibuku langsung menelfon kantor ayahku dan menceritakan yg terjadi dan ayah berjanji akan segera pulang.
Kurang lebih 30 menit kemudian ayahku datang dan menjumpai Cak M*m** duduk di depan pintu rumahku sambil memainkan pisaunya ke lantai teras rumahku. Kami melihat dari kaca sebelah pintu utama ayahku melepas helm dan bersedekap sambil mulutnya komat-kamit dan melotot ke arah Cak M*m**, dia pun seketika menoleh ke arah ayahku seperti dipanggil tapi dalam batin.
Lalu ayahku berjalan menghampirinya dibuka mulutnya dan diludahi, seperti orang kepanasan dia pun menggeliat terbaring di lantai, belum selesai sampai disitu ayahku menjilat ibu jari nya sendiri dan mengoleskannya ke kedua kelopak mata dan pelipis Cak M*m**. Lalu ayahku menekan pelipis dan ulu hati nya secara bersamaan dengan ibu jari, semakin ditekan semakin seperti orang epilepsi dibuatnya, dan akhirnya tak sadarkan diri.
Tetangga2 baru muncul ketika situasi mereda, dan tak ada yg mampu mengangkat cak m*m** karena berat badannya yg diatas normal. Akhirnya dibiarkan saja di teras rumahku sampai tersadar sendiri dan menjadi tontonan warga. 1 jam berlalu, dia pun siuman dan duduk sambil memegang kepala nya lalu kembali ke rumahnya. Ayah bicara dengan orang tuanya kalau dia sengaja dibikin gila oleh mantan istrinya karena dendam, dan kejadian barusan adalah sebuah
kirimandari mantan istrinya, berbentuk apa? Tak dijelaskan sepatah pun oleh ayahku.
Semenjak saat itu ayahku
kondang di kalangan warga dan jadi buah bibir. Dan semakin hari semakin banyak yg datang ke rumah untuk minta bantuan tapi selalu ditolak ayahku. Ayahku bilang, belum mau dan belum bisa membantu orang secara resmi sebelum
Bubak. Apa itu
bubak?
bubak adalah hajatan mantu putra/putri pertama. Artinya sebelum ayahku menikahkanku, ayah ku belum bisa dan belum mau membantu orang secara resmi. Bahasa keren nya
"buka praktek".