NovellaHikmiHasAvatar border
TS
NovellaHikmiHas
Pemuda tak Dikenal
Cukup Terkenal Dilangit



Dia seorang pemuda biasa, bukan dari keluarga terpandang bukan pula dari keturunan pejabat tidak juga berparas menawan.

Lebih jelasnya ia hanya pemuda yang berwajah sederhana, berkulit hitam, kurus, pendek, dan nasabnya pun tidak banyak orang yang mengetahuinya. Sehingga 'tak jarang ia tidak dianggap dikalangan orang-orang disekitarnya.

Hanya saja, ia memiliki sebuah perbedaan dari sekian banyak pemuda dimasanya, pemuda ini dekat sekali dengan masjid, shalat lima waktu selalu berada di masjid, sehingga tidak ada pada kamusnya menjadi masbuker shalat fardhu.

Tidak hanya shalat fardhu yang senantiasa ia tunaikan di masjid, namun ia juga tidak pernah melewatkan kajian kajian yang ada di masjid-masjid, begitu juga ketika ada seruan untuk berjihad membela agamanya, dialah pemuda yang senantiasa turut serta dalam berjihad.

Hingga suatu hari ada seorang ulama, dan juga pemimpin umat dikala itu mendekatinya dan menanyakan kepadanya,

"Wahai pemuda," sapa pemimpin itu.

"Iya tuan, ada apa gerangan?" pemuda sederhana inipun menyahuti menjawab sapa sang pemimpin dengan rasa penasarannya.

"Tidak inginkah kau menikah wahai pemuda?" tanya sang pemimpin umat penasaran akan pemuda mulia itu baginya.

"Sebenarnya ingin sekali saya menikah tuan, tapi ...,

Siapa yang akan mau menjadikan orang seperti saya ini seorang menantu?" jawabnya dengan wajah sedikit gurat kesedihan.

"Wahai pemuda, segeralah menikah ... supaya genaplah agamamu," tutur sang ulama'.

Pemuda itupun menjawab dengan nada rendah,
"Owalah tuan ..., gadis mana yang akan mau menikah dengan saya, tuan?"

"Saya tahu diri, saya tidak hanya miskin, juga bukan keturunan orang penting ataupun orang terkenal, selain itu kondisi fisik juga seperti ini tuan," jawabnya dengan menunduk.

"Saya tidak apa-apa tuan, jika suatu saat nanti sang penggenggam jiwa ini menjemput ruh saya, sedangkan saya belum sempat menggenapkan Agama saya, saya ikhlas kok tuan," lanjut pemuda itu.

Setelah menjawab dengan alasan-alasannya, kembali pemuda itu menyampaikan pertanyaan yang selama ini membuat penasaran dan sedikit mengusik pikirannya,

"Wahai tuan, jika didunia ini saya tidak mendapatkan jodoh, apakah kelak di akhirat saya akan mendapati jodoh saya?"

Pemuka Agama itu pun tidak menjawab apa-apa, hanya senyuman yang mengembang dengan deretan gigi rapih ia tampakkan pada sang pemuda.

"Kalau begitu, ayo ikut saya untuk melamar!" ajak sang pemimpin itu kepada sang pemuda dengan menggandeng tangannya.

Pemuda sederhana itu sempat bingung, namun karena ajakan seorang pemimpin ummat, maka pemuda ini hanya dapat mengikuti sang pemimpin tanpa berkata apa-apa.

Pemimpin yang penuh wibawa mengajak pemuda bertaqwa menuju rumah seorang tokoh terkenal. Sedangkan seorang pemuda yang diajaknya dengan mendadak, hatinya kini dipenuhi keresahan dan kegundahan. Berkelebat bayang-bayang penolakan dari sang gadis, jika yang melamar itu dirinya.

Sesampainya di rumah sang tokoh,

"Assalamualaykum," ucap sang pemimpin dan sang pemuda beriringan.

Dari dalam rumah terdengar jawaban salam dari seorang tokoh,

"Wa alaykumussalam warahmatullahi wa barakatuh."

Dibukakanlah pintu rumah, dan betapa bahagianya sang tokoh melihat siapa yang tengah datang ke rumahnya.
Bagaimana tidak berbahagia, yang datang adalah seorang pemimpin seluruh ummat.

Bersegeralah sang tokoh mempersilahkan sang pemimpin juga sang pemuda untuk masuk ke rumahnya.

Ketika sudah berada di dalam ruang tamunya, sang pemimpin itupun menyampaikan niat dari kedatangannya itu.

"Wahai bapak, saya datang kemari berniat untuk melamar putri bapak," dengan santun sang pemimpin itu menyampaikan niatnya.

Dengan mata yang berbinar-binar, pancaran kebahagiaan, iapun menanyakan kembali sebagai penekanan, khawatir dirinya salah dengar dengan penuturan sang pemimpin,"

"Melamar putri saya?" nada tanya sedikit terkejut.

Jawaban sang pemimpin, "iya Bapak, saya ingin melamar putri bapak untuk pemuda ini," sambil menunjuk seorang pemuda yang tengah duduk disampingnya.

Seketika itu juga sang tokoh menganga dengan bertanya, "apa?"

"Untuk pemuda ini?" sambil terkaget-kaget tidak percaya.

Kemudian sang ayah si gadis menyampaikan kepada sang pemimpin, "kalau seperti itu, sebentar, saya akan tanyakan kepada istri saya dan putri saya."

Masuklah sang ayah ke ruang keluarga menemui sang istri, sambil duduk berhadapan dan menatap istrinya dengan lekat, ia sampaikan perlahan, "wahai istriku ada yang akan meminang putri kita,"

"Iya suamiku, siapa yang akan melamar putri kita?" tanya sang istri dengan rasa penasarannya.

"Seorang pemuda yang sering bersama sang pemimpin ummat istriku, namanya Julaibib istriku," jawab sang suami dengan nada penekanan pada nama seorang pemuda yang hendak melamar putrinya.

"Apa?"

"Julaibib?"

"Tidak salah?"

"Mana mau anak Kita ayah?"

Sudah berapa kali pemuda yang telah datang kepada kita, mulai dari pemuda kaya raya, yang rupawan, begitu juga anak pejabat, orang berkedudukan, putri kita menolaknya."

"Apalagi ini hanya Julaibib?"

"Mana mungkin ia mau menerima ayah?" rentetan pertanyaan sang istri begitu kagetnya.

Bagaimana tidak terbersit pikiran seperti itu kedua orang tua sang gadis, karena putrinya ini tidak hanya berparas cantik, memiliki otak cemerlang, dari keturunan orang terpandang, belum lagi juga dari keluarga kaya.

Dibalik kamar sang putri, ternyata sang putri mendengar percakapan antara ibu dan sang ayahnya, apakah putrinya itu akan menerima lamarannya ataukah tidak.

Kemudian keluarlah sang putri itu menemui kedua orang tuanya, dan menanyakan, "Siapa yang datang pada ayah untuk meminangku wahai ayah?"

"Julaibib, anakku," jawab sang ayah.

"Siapa yang memerintahkan Julaibib meminangku wahai ayah?" tanya sang gadis kembali kepada sang ayah.

"Pemimpin ummat(Rasulullah), wahai anakku," terang sang ayah.

"Terimalah ayah," jawab sang gadis sholihah itu.

"Apa?"

"Diterima?" begitu kagetnya sang ayah.

"Julaibib namanya sayang, Julaibib," Berulang kali sang ayah menjelaskan dan menekankan siapa nama pemuda yang akan bersanding dengannya.

Sang gadis sholihah ini pun menjawab, "Ayah, Ibu, yang memerintahkan ini semua Rasulullah,"

"Tidak cukupkah kita hanya mengatakan Sami' na wa atho' na?" tanya sang gadis.

"Cukup, cukup itu, wahai Ayah, terimalah pinangannya,"

"Tidak mungkin sang rasul itu memerintah dengan kesehendaknya dan akan menimbulkan keburukan,"

"Pasti, dibalik ini semua banyak sekali kebaikan dan keberkahan di dalamnya," jelas sang putri untuk memberikan keyakinan kepada orang tuanya.

*******

Menikahlah gadis cantik nan sholihah, juga pintar itu dengan Julaibib.
Rasulpun mendo' akan kebaikan dan keberkahan pada pernikahan itu.

Namun ....
Di Hari pertama pernikahan itu, ada seruan dari Rasulullah untuk berjihad, berangkatlah Julaibib untuk ikut Rasulullah berjihad.

Ya, pada malam pertama pernikahannya, Julaibib harus meninggalkan sang istri menuju medan jihad.



Pasca peperangan, Rasulullah pun seperti biasanya menanyakan kepada para sahabat, "adakah sahabat Kita yang telah sahid?"

"Tidak ada lagi ya Rasulullah, hanya ini," jawab para sahabat.

Rasulpun bertanya lagi, "adakah sahabat yang pagi ini tidak kita temui lagi?"

"Siapa ya rasul?"

"Tidak ada, ya hanya ini," jawab sebagian sahabat.

"Aku tidak menemui seseorang pagi ini," jelas sang rasul.

Para sahabatpun saling menatap dengan tatapan penuh penasaran siapa yang dicari-cari Rasulullah.

"Julaibib, aku tidak menemukannya pagi ini," jelas sang Rasul.

Para sahabat pun kembali saling menatap. Karena saking tidak dianggapnya seorang Julaibib oleh orang-orang disekitarnya, merekapun tidak menyadari jika Julaibib telah tiada.

Rasulpun mengajak para sahabat untuk mencari jenazah Julaibib. Ditemukanlah Julaibib, kemudian dimakamkan dan Rasulullah yang berada di liang lahat tempat Julaibib dimakamkan.

Sebelum liang lahat itu ditutup, rasul membuka sedikit kafan Julaibib dibagian dahinya, kemudian rasulpun mencium keningnya dengan rasa kecintaan yang mendalam, dan kata kata perpisahan sang rasul, "aku merindukanmu, kaupun merindukanku."

Para sahabat yang menyaksikan bagaimana kecintaan sang rasul kepada Julaibib merasa iri. 'Aduhai, bagaimana jika aku saja yang senantiasa dirindukan sang rasul' gelayut iri disudut hati para sahabat, iri menjadi kecintaan sang kekasih Allah.

Inilah sepenggal kisah sang pemuda yang tidak dikenal oleh penduduk bumi, namun ia dikenal oleh penduduk langit.

Sumber; Opri
Sumber gambar; Hidayatullah, google
Diubah oleh NovellaHikmiHas 03-04-2020 20:42
swiitdebby
NadarNadz
nona212
nona212 dan 29 lainnya memberi reputasi
30
2K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.