Jalanan lurus dan tetap tak ada hiburan, kesan pertama yg ku tangkap, ku fikir Ngawi ya sekitar rumah kontrakanku saja baru dewasa ini ku tau bahwa kedua kontrakanku ternyata belum masuk kota Ngawi, masih Kabupaten Ngawi. Mending lah, gumamku dalam hati..daripada sejauh mata memandang hanya melihat pegunungan, sawah dan kebun fikirku. Ingatanku tak begitu saja larut tentang hiruk-pikuknya kampung halamanku, seperti pemuda tanggung yg sedang putus cinta, aku menderita kegalauan kronis.
Sewaktu-waktu aku masih menaruh harap jika suatu saat nanti ayahku berubah fikiran dan membawaku kembali ke Surabaya untuk tinggal disana lagi, tapi itu fikiran anak2 kelas 3 SD yg belum faham betul kondisi orang tuanya yg sekarang sudah pindah tugas di kota ini.
Sampailah kami di sebuah rumah kecil berdinding kan kayu khas jawa kuno, rumah jawa lagi fikirku..
Quote:
"Sementara neng kene sek yo le..golek kontrakan angel neng kene. Engko karo mlaku lek enek sing apik awakdwe pindah.."
(Sementara disini dulu ya nak, cari kontrakan disini susah. Nanti sambil jalan kalau ada rumah bagus kita pindah).
Upaya ayahku untuk menenangkan anaknya yang pasang wajah cemberut selama perjalanan ke kota yg ber-slogan
Ramahini.
Saat memasuki rumah ini, tak ku rasakan hawa yg aneh di dalamnya meski begitu masuk kami sudah di sambut foto ibu pemilik kontrakan ini yg sudah meninggal dengan ekspresi yg cukup menyeramkan bagiku. Tapi selama setahun ku tinggal disini heranku tak pernah mengalami kejadian aneh. Baru keesokan harinya saat ayahku mengajak serta aku dan ibuku melihat pabrik yg baru selesai dibangun dengan perkakas baru dan bau cat yg belum sepenuhnya kering aku kembali dihadapkan dengan kenyataan bahwa
'mereka' dimana2 ada. Pabrik ini memiliki struktur bangunan yg memanjang hingga ke belakang, tak ku ketahui panjangnya, dengan kantor di depan terpisah dari bangunan pabrik.
Jika memasuki pabrik, di sebelah kanan ada bangunan bertingkat yg diatasnya ialah kantor kerja supervisor berikut staff2 produksi dan sejauh mata memandang ke belakang hanyalah mesin linting rokok manual yg baru datang dan belum terjamah sekalipun. Dan bila kita jalan ke belakang sampai habis bangunan pabrik terdapat satu musholla yg relatif kecil dan beberapa toilet pekerja yg ku hitung totalnya ada 8 toilet dan di sebelah toilet ada beberapa kantin yg tersekat2 yg jumlahnya ada 6 kantin.
Pabrik Rokok, Tempat Ayahku Bekerja
Ayahku mengajak aku dan ibuku untuk masuk ke kantornya yg ada di depan pabrik, tapi pandanganku tak lepas oleh pintu harmonika yg terbuka sedikit yg merupakan akses depan masuk ke pabrik. Lagi2 ke ingin-tahuanku harus ku bayar mahal ketika memasuki bangunan pabrik aku takjub oleh bangunan yg ketika ku memandang aku merasakan diriku begitu kecil. Ku tengok kanan kiri atas dan depan sambil berjalan pelan2 hingga sampai ke tempat mesin linting dan ku sentuh2 dan sedikit ku gerakkan, asyik juga gumamku.
Sedang asyik2nya main, aku dikagetkan suara yg datang dari arah kantor supervisor yg ada diatasku
"HEHHHH!!!", refleks ku menoleh ke atas dan ku lihat lelaki seperti bapak2 dengan
wajah hancur dan sebagian kepalanya sebelah kanan hilang hingga mengeluarkan darah segar yg mengalir ke wajahnya sedang melotot ke arahku. Aku menangis sejadi2nya dan berlari keluar. Aku sangat takut saat itu, ku cari ayah dan ibuku di kantor depan sambil menangis, belum sampai aku memasuki kantor, ayah ku sudah muncul di pintu, aku memeluk erat kedua kaki ayahku sambil menunjuk ke arah pabrik.
Quote:
Ayah : Nyapo?? (Ada apa?)
Aku : Enek wong ndase krowak yah neng njero pabrik nyentak aku...(Ada orang kepalanya hilang separuh di dalam pabrik ngebentak aku)
Ayah : Makane to ojo biayak'an teko kono. Wes ayo mlebu. (Makanya jangan pecicilan masuk situ, sudah ayo masuk)
Aku ditenang2kan ibuku begitu sampai dalam ruangan ayahku, aku dihibur permainan kartu di PC oleh ayahku agar tangisanku mereda. Hari semakin larut hingga akhirnya ayah mengajak kami pulang. Tapi tak dapat ku lupakan sosok mengerikan itu di benakku.
Hari berganti hari, aku selalu menolak setiap ayah mengajakku ke pabrik karena kejadian itu, aku baru berani ke pabrik kembali saat aku naik kelas 4 dan ingatan akan sosok itu melaun samar2 hilang dari kepalaku. Itupun aku tetap tak berani masuk ke dalam pabrik, aku hanya bermain di ruang kerja ayahku, jika bosan aku bermain2 dengan security2 pabrik entah bermain bola, bulu tangkis atau hanya sekedar bercerita.
Mereka sangat senang kepadaku, kata mereka aku pribadi yg supel dan mudah bergaul..tak ku masukkan dalam hati karena diantara mereka pastilah ada yg tak tulus menyukaiku lebih karena aku adalah anak atasan mereka. Tak mungkin juga mereka akan galak kepadaku fikirku.
Tapi ada satu security yg aku merasakan ketulusan di hatinya dan membuatku dekat dengannya, ya..begitu mudah anak kecil lengket dengan seseorang jika orang itu tulus menyayanginya. Security itu bernama
Suparminyg biasa ku panggil
Pak Parmin. Dia sudah berumur, tapi badannya besar, perut buncit nya juga sering aku tinju karena seperti samsak. Pak parmin sangat baik kepadaku, sering aku ditraktir mie ayam yg menjadi makanan favoritku. Kita berdua sering bercerita tentang banyak hal, satu hal yg ku sukai dari dirinya..adalah dia tak pernah menganggapku bocah seperti yg lain, ketika ku dengannya aku dianggap lelaki dewasa yg dengan bebas dia bercerita tentang banyak hal termasuk tentang ayahku selama di pabrik. Aku tau banyak hal tentang ayahku karenanya, belakangan ku tau bahwa ternyata pak parmin adalah orang kepercayaan ayahku, dia sering melakukan pekerjaan
'beyond of duty' karena disuruh ayahku melakukan apa saja. Katanya....
Quote:
Bapak *ayahku* ki wong sekti, eruh sakdurunge winoro, iso ngerogo sukmo, yen bapak mlaku jin lan dhemit ra wani nyedak..sampek2 wong pinter sak ngawi eruh bapak padahal urung tau pethuk, kuwi sing diarani sedulur bathin..aku belajar urip karo bapak, bapak mesti ngekek i aku wejangan wong urip sing sejati ki piye, masio umurku luwih tuwo tapi pengalamane sek adoh dibanding bapak"
(Bapak itu orang sakti, mengetahui suatu kejadian sebelum terjadi, dapat meraga sukma, kalau bapak sedang berjalan jin dan setan ga berani mendekat, sampai2 orang2 pintar di seluruh ngawi tau bapak padahal belum pernah ketemu, itu yg dinamakan saudara bathin..aku belajar hidup dari bapak, bapak selalu memberiku wejangan2 tentang hakikat manusia hidup yg sejati itu bagaimana, meski umurku lebih tua tapi pengalamanku masih jauh dibanding bapak)
Aku percaya dengan ucapannya meski pada saat itu aku belum sepenuhnya mengerti apa makna nya, tetapi aku ingat betul ucapannya sampai dengan hari ini.
Pernah suatu ketika pak parmin bercerita, suatu hari ada salah satu karyawan pabrik datang ke kantor untuk beberapa urusan dan akan bertemu dengan asisten manajer keuangan. Ketika akan memasuki kantor berpapasan dengan ayahku dan seketika ditarik tangannya oleh ayahku dan bilang..
Quote:
Lek kerjo neng kene ra usah gowo gembolan opo2, mbahmu sing enek neng mburimu & ngetutne kowe ketmau kon ngalih ojo dijak mlebu nang kantor..
(Kalau kerja disini ga ush bawa jimat, kakekmu yg ada di belakangmu dan mngikuti km drtd suruh pergi, jangan diajak masuk kantor)
Seketika saja karyawan itu malu dan keluar kantor dan melupakan urusannya.
Pak parmin yg merupakan warga asli sekitar pabrik tau betul bahwa lokasi pabrik yg dulunya kebun tebu ini sangatlah angker, dulunya sering dibuat pembuangan bayi aborsi, pembuangan bala', pembuangan jin & setan, hingga benda2 pusaka masa lampau. Bicara mengenai benda pusaka, ada yg menarik dalam hal ini.
Ayahku memang tak seberapa hobi mencari dan mengumpulkan benda2 pusaka seperti keris, batu akik, pedang, tombak atau apapun, baginya benda pusaka itu amanah dan jodoh jadi kenapa musti dicari, jika sudah berjodoh benda2 tsb akan datang ke kita tanpa kita susah payah mencarinya dan jika itu sudah di tangan kita, kita wajib menjaga nya karena itu suatu amanah asal tak merusak akidah kita dan tak terbudak oleh nya.
Jikapun sampai hari ini begitu banyak benda pusaka yg terkumpul di salah satu lemari milik ayahku itu bukan ayahku yg mencari tapi
SEMUAmenghampiri ayahku sendiri. Pak parmin pernah bercerita, suatu hari ada 9 orang datang ke pabrik yg tiga diantaranya adalah dukun yg pak parmin pun kenal karena cukup terkenal di daerah Ngawi.
Setiap tamu akan melewati pos penjagaan sebelum masuk area pabrik dan diperiksa dan ditanyai maksud dan tujuannya datang ke pabrik. Saat itu yg memeriksa adalah anak buah pak parmin
*pak parmin adalah kepala security*, setelah ditanyai ank buah pak parmin menghampiri pak parmin di pos dan melaporkan bahwa org2 tsb ingin bertemu ayahku.
Pak parmin lalu keluar dan menanyai org2 tsb, salah satu dr mereka pun bercerita bahwa ada bambu berlafadzkan Allah yg lokasinya di suatu desa di kabupaten Ngawi, banyak org pintar yg ingin memilikinya hingga bersemedi di dekat lokasi bambu tsb agar mau dimiliki salah satu dr mereka karena tak bisa dipaksa dan dipaksa dipotong pun justru alat pemotong nya yg rusak dan ada yg terpental.
Bambu ber-lafadzkan Allah milik ayahku
Bermalam2 secara bergantian org2 pintar tsb bersemedi disana, hingga hari ke 7 di suatu malam mereka semua bermimpi yg sama yaitu didatangi
orang tua berjenggot putih panjang, berambut putih panjang dan memakai baju berwarna putih. Org tua itu berpesan jika ...
Quote:
"Ora sah ngeleki aku, aku ra bakal melu kowe kabeh...kowe kabeh sek reget..aku mung gelem melu putune adam sing jenenge Paidjo soko tlatah Ponorogo sing saiki ngabekti lan golek upo neng geneng, pabrik rokok."
(Nggak usah bersemedi untuk mendapatkanku, aku ga bakal ikut kalian semua, kalian semua masih kotor, aku hny ingin ikut cucunya adam yg bernama Paidjo dari tanah Ponorogo yg sekarang berbakti dan cari pangan di desa geneng, pabrik rokok)
Lalu pak parmin menelfon ruang kerja ayahku dan memberi tahunya. Beberapa saat kemudian ayahku keluar dari kantor, ada beberapa org kata pak parmin yg lirih berkata
"Ooo sek enom tibakno, tak pikir wes tuwo.."
(Ooo..masih muda ternyata, saya fikir sudah tua)
Sesampai di pos ayah berkenalan dengan mereka dan mereka menceritakan maksud kedatangan mereka, tapi kata pak parmin..ayah hny menanggapi santai sambil tersenyum.
Quote:
"Hehehe..Mbahe Ingkang nunggu pring e kok ngertos nyambut damel kulo teng pabrik rokok.."
(Org tua yg jaga bambu itu kok tau saya kerja di pabrik rokok)
Singkat cerita kata pak parmin ayahku tak mau menyanggupi untuk mengambil bambu tsb. Pulanglah mereka semua karena tak berhasil membujuk ayah. Setelah mereka pulang, pak parmin ganti yg membujuk ayah..
Quote:
P : Eman2 pak menawi boten dipendet, wong niku sampun purun tumut jenengan lho..(Sayang pak kalau tdk diambil, itu kan sudah mau ikut bapak)
A : Engko bengi jajal tak lek'ane..(Nanti malam, coba saya semedikan)