Anies Paling Sering Dibicarakan Tapi Paling Tidak Difavoritkan, Kenapa?

Suara.com - Founder Drone Emprit Ismail Fahmi melihat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan paling banyak dibicarakan di media sosial namun tidak difavoritkan.

Hal ini berbeda dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Penyebabnya ialah, meskipun pendukungnya banyak, namun sentimen negatif terhadap Anies pun tidak sedikit.

Ismail mencoba memperlihatkan hal tersebut melalui Social Network Analysis (SNA) atau peta percakapan orang yang ada di Twitter. Peta itu dilihatnya sejak 9 Mei hingga 8 Juni 2020.



SNA untuk Anies terlihat ada dua kelompok hijau dan merah. Kelompok hijau yakni kelompok paling besar berasal dari kluster pendukung Anies.

"Ini pendukungnya Anies gede banget," kata Ismail saat memaparkannya secara virtual, Selasa (16/6/2020).

Sedangkan untuk kelompok merah itu mewakili kluster yang kontra terhadap Anies. Memang ukurannya tidak sebesar kelompok hijau tetapi bisa menjadi pengganjal elektabilitas Anies.

"Sentimen negatif inilah yang kemudian membuat meskipun Anies populer sentimen positifnya harusnya banyak tetapi dia jadi turun favorabilitasnya," ujarnya.

Berbeda dengan tetangganya, yakni Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Ismail menyebutkan kalau dilihat dari peta, RK hampir tidak memiliki tim.

Jadinya, RK mengontrol sendiri tingginya percakapan di Twitter karena dirinya aktif menggunakan akun pribadinya.

"Jadi RK ini sangat terkenal, ketika dia ngetweet sudah banyak sekali orang yang meretweet jadi seolah tidak perlu lagi tim pendukung," ucapnya.

Berbeda dengan Anies, RK cenderung tidak memiliki kelompok merah atau yang kontra terhadapnya. Karena kelompok merah yang diperlihatkan dari peta itu sangat kecil.

Kalau untuk Ganjar, peta SNAnya menunjukkan ada tim pendukung yang menunjang kepopulerannya di Twitter semisal dari tim media sosial atau influencernya. Berbeda juga dengan Anies, Ganjar hampir tidak memiliki kelompok merah atau kluster yang kontra terhadapnya.

"Sedikit sekali jadi ini seperti jalan tol bebas tidak ada pro dan kontra," pungkasnya.
sumber

******

Kita ngobrol santai aja ya. Karena gw disini komentar soal berita ini, jadi mau gak mau gw monolog. Monolog dalam arti bicara 1 arah, bukan monolog ngobrol sama klon dalam sebuah trit agar trit kelihatan ramai dikomentari, untuk naikin rating, untuk menghibur diri, atau sahut-sahutan seolah banyak yang dukung. Sorry kalau ada yang kesentil dengan komentar gw ini.

Dalam berita diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa yang kluster berwarna merah itu buzzer. Buzzer yang dibayar untuk mendeskreditkan Anies Baswedan agar suaranya kecil atau terdegradasi dari atas kebawah. Dan kluster yang berwarna hijau adalah pendukung Anies Baswedan, yang mendukung dari hati, tanpa dibayar, karena melihat kinerja Anies Baswedan yang gemilang memimpin DKI Jakarta, yang berhasil membawa kemajuan masyarakat Jakarta sehingga terbebas dari keterpurukan. Yang bansosnya tepat guna, tepat waktu, dan tepat sasaran, berbeda dengan wilayah lain di Indonesia.

Kita juga tahu, bahwa menurut seseorang yang suka berceramah dengan tinjauan akademis, bahwa warna hijau itu erat kaitannya dengan simbol agama. Sementara pendukung Anies adalah para pencari surga yang gencar memberikan dukungan dengan kedua jempolnya di dunia maya, semata-mata mencari keberkahan dan amal, bukan uang. Jadi jangan heran atau kaget jika kluster hijau itu demikian besar.

Lalu kenapa Ganjar hampir tidak mempunyai kluster merah? Kenapa RK hanya sedikit sekali mempunyai kluster merah? Itu karena Ganjar dan RK tidak mempunyai musuh buzzer. Kenapa tidak mempunyai musuh buzzer? Karena Ganjar dan RK tidak populer di sosmed. Ganjar dan RK juga tidak mempunyai kontribusi yang besar terhadap wilayahnya dan negara ini. Jelas beda lah dengan Anies Baswedan.

Bagi seorang pemimpin, belum lengkap kalau tidak punya musuh yang selalu mengkritisi kebijakannya. Tapi jangan salah. Untuk pemimpin lain, semua pendukungnya adalah buzzer yang dibayar. Bisa per komen, bisa per opini, bisa per tagar. Bisa harian atau bulanan. Tergantung perjanjian.

Tapi kalau untuk Anies Baswedan, semua pendukungnya itu bukanlah buzzer. Mereka murni pendukung. Tak ada itu buzzer balai kota. Mereka juga terjaga akhlaknya. Tak pernah menghina-hina pemimpin negara ini. Tak pernah menyerang buzzer pemimpin lain. Tak pernah membuat hoax. Mereka juga tak punya pemimpin. Semua modal sendiri demi mempunyai pemimpin yang kelak memimpin negeri ini maju gemah ripah loh jinawi.

Anies itu Gubernur terbaik di dunia yang sukses mengendalikan Corona. Bahkan sebelum Corona muncul di Wuhan, Anies telah memantau keberadaan virus ini jauh-jauh hari. Itulah sebabnya ajang Formula E dibatalkan Anies.

Anieslah yang mengajak agar seluruh gubernur di dunia mengikuti caranya mengendalikan Corona. Mempersiapkan APD, membagikan masker 20 juta kepada masyarakat, turun sendiri melihat masyarakat saat pembatasan sosial.

Cuma Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta. Yang lain bisa apa?

Catatan penting :

Ini menjaga agar kita terbiasa dengan literasi, bisa menikmati sebuah tulisan tanpa memelintir isinya, atau memenggal sebuah kalimat jamak menjadi kalimat tunggal, atau memahami sebuah narasi yang panjang apakah itu sebuah kejujuran ataukah sebuah sarkasis, dengan berat hati gw harus jujur.

Gw bohong dengan semua tulisan ini. Tapi masih mending daripada gw ngomongin balon hijau meletus lantas gw anggap itu sebuah kebencian.