Hampir semua solusinya sudah ada di dalam tim sendiri sebetulnya Gan!





Liga Inggris musim 2019/2020 yang sempat terhenti karena pandemi Covid-19 kini akan segera bergulir kembali. Setelah Liga Jerman yang sudah dimulai kembali pekan lalu, Liga Eropa kini secara bertahap mulai menjalankan lagi pertandingan-pertandingan yang tersisa. Walaupun beberapa Liga, Eredivisie misalnya, memutuskan menghentikan pertandingan demi alasan keamanan dan keselamatan, untungnya EPL yang dianggap sebagai Liga terbaik di dunia saat ini dipastikan akan kembali bergulir dengan protokol keamanan yang tepat.


 
Kabar gembira ini tentunya sangat diharapkan oleh para fans, terutama oleh para Kopites di seluruh dunia. Memang, ketika liga dihentikan sementara Liverpool sudah memimpin dengan keunggulan poin yang jauh. Mereka bahkan hanya perlu mendapatkan 2 kemenangan lagi, terlepas dari apapun hasil dari para rival lainnya, untuk memastikan gelar juara Liga Inggris yang sudah dinanti selama lebih dari 2 dekade. Bisa dibiliang gelar juara sudah di depan mata untuk mereka, Agansis!
 
Untuk itu, rasanya tidak aneh apabila Manager Jurgen Klopp dan jajaran direksi Liverpool mulai bisa fokus untuk menatap musim depan. Walaupun pada musim ini Jordan Henderson dkk sangat dominan di Liga dan sudah merebut gelar juara di Piala Dunia Antar Klub, mereka nyatanya sudah gagal di Liga Champions dan kompetisi Piala lokal. Maka sudah pasti kedalaman skuad dan perbaikan menyeluruh dibutuhkan dalam tim untuk bisa semakin kompetitif. Namun, dengan tim yang “hampir” sempurna seperti sekarang, apa saja yang bisa dilakukan untuk memperkuat Liverpool?

1.      Mencari bek serba bisa untuk melapis sektor kiri-kanan



Ini PR yang pertama dan paling utama Agansis. Saat ini bisa dikatakan Liverpool tidak memiliki pelapis untuk Trent ataupun Robertson. Posisi mereka berdua bahkan seringkali malah dilapis oleh James Milner yang sebenarnya bukan seorang bek. Apalagi dengan semakin menuanya Milner, pastinya dia tidak akan bisa terus dipasang di posisi bek sayap yang menuntut stamina tinggi karena harus turun-naik membantu serangan dan pertahanan
 
Alternatif yang ada saat ini adalah memainkan Joe Gomez di posisi bek sayap. Mungkin ada yang ingat bahwa Joe Gomez bisa juga memainkan posisi bek sayap sebelumnya, dan dalam data di Mobile GameSoccer Manager, Gomez didaftarkan juga di posisi DRLC, yang berarti dia bisa dimainkan di sisi sayap manapun. Namun sayangnya, Gomez bukanlah tipe pemain yang agresif menyerang, sehingga pastinya dukungan serangan melalui overlapping bek sayap yang saat ini menjadi salah satu pola serangan utama Liverpool akan berkurang.


 
Alternatif lain adalah melatih bek muda Ki-Jana Hoover untuk naik ke tim utama. Walaupun Hoover memiliki posisi dan gaya permainan yang lebih defensif, berkat usianya yang masih muda, penyesuaian bisa sangat mungkin dilakukan tentunya. Untuk pencarian ke bursa transfer menurut ane tidak perlu dilakukan. Ini terutama disebabkan sangat kuatnya posisi TAA dan Robertson di tim, sehingga siapapun yang masuk harus siap menjadi cadangan, dan karena itu yang palng mungkin masuk adalah pemain muda.
 
2.      Mencari playmaker kreatif yang bisa membongkar pertahanan lawan



Penyakit akut lain dari Liverpool adalah kurangnya playmaker kreatif yang bisa membongkar paksa pertahanan lawan. Sejak kepindahan Coutinho ke Barcelona, Liverpool mengandalkan mobilitas sebagai senjata utamanya di lini tengah. Dengan menumpuk gelandang tipe box-to-box yang berstamina tinggi dan bertipe petarung, dipadukan dengan Fabinho yang murni gelandang bertahan dengan visi permainan luas, pola permainan Liverpool pada dasarnya sangat sederhana: (1) rebut bola, serangan cepat ke sayap melalui Sadio/Mo atau (2) rebut bola, kirim ke Firmino dan dia yang akan mengatur alurnya apakah ke Mo, Sadio atau dia mainkan sendiri dan terakhir (3) rebut bola, kirim ke TAA/ Robertson dan sisir sayap untuk diakhiri crossing.
 
Namun menghadapi tim dengan pertahanan ketat, pola ini sering mandek. Bila tim lawan menurunkan garis pertahanan dan memperkecil jarak antar pemain, kecepatan Sadio Mane dan Mo Salah akan berkurang efektivitasnya. Di sinilah dulu Coutinho masuk ke dalam skema permainan Klopp. Namun, dengan kepindahannya, efektif The Reds tidak lagi memiliki pola serangan seperti ini. Lord JK sendiri sudah mengisyaratkan mereka tidak lagi tertarik mengembalikan Coutinho ke rumah lamanya. Lalu apa yang bisa dilakukan Jurgen Klopp untuk mengatasinya?
 
Ada satu pemain yang bisa langsung digunakan oleh Lord JK dalam kondisi kepepet, Firmino. Dengan posisinya sekarang di Center Forward pun, Bobby bermain dengan gaya False Nine, yang lebih banyak memainkan bola ke Salah dan Mane sambil menarik bek lawan ke arahnya. Namun, memainkan Bobby di posisi gelandang memang berisiko menurunnya ruang gerak kedua winger. Pelapisnya, Divock Origi, adalah tipe pemain yang lebih “serakah” dalam mencari gol. Dia memang tajam, namun Origi tidak bisa memainkan bola untuk kemudian diberikan ke Salah ataupun Mane. Namun, bila memang terobosan sangat dibutuhkan di tengah, Bobby Firmino bisa menjadi alternatif yang menarik.

Menurut ane, sebetulnya masalah paling besar The Reds itu ada 4 Agansis, cuma sehubungan artikel yang ane buat ini lumayan panjang, demi kenyamanan membaca ane akan lanjutkan nomor 3 dan 4 di artikel selanjutnya yaps... 


Sementara ini, ane mau pergi belanja bulanan dulu yaaaps... Salam Olla Ramlan (karena salam olahraga itu udah biasa)!

PS: Kaskuser yang budiman tidak lupa untuk komen untuk berdiskusi, kirim dan rate 

PPS: untuk lanjutannya yang bagian 2 bisa dibaca di sini ya: https://kask.us/iGlSR