Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nasbung.idiotAvatar border
TS
nasbung.idiot
menurut para ilmuwan, agama membuat anak lebih egois
menurut para ilmuwan, agama membuat anak lebih egois

KOMPAS.com — Agama mengajarkan pemeluknya untuk menjadi dermawan. Namun, apakah para orang religius berhasil menunjukkan sifat kedermawanan itu? 

Hasil riset yang dipublikasikan di jurnal Current Biology menyatakan tidak. Jean Decety, pakar ilmu perkembangan saraf dari University of Chicago, meneliti perilaku 1.170 anak dari beragam latar belakang agama dan negara. Anak-anak yang menjadi obyek penelitian terdiri atas 510 Muslim, 280 Kristiani, dan 323 non-religius. Mereka berasal dari Kanada, China, Jordania, Turki, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat. 

Dalam penelitian, Decety menguji kedermawanan dengan melihat keinginan anak-anak untuk berbagi stiker favorit yang telah diberikan. Decety memberi setiap anak 10 stiker, ditaruh dalam amplop. Lalu, ia mengatakan bahwa ia tak bisa memberikan semua stiker ke semua anak. Decety mengatakan, setiap anak bisa berbagi dengan anak-anak lain yang belum menerima stiker. 

Studi mengungkap bahwa anak-anak yang berasal dari latar belakang non-religius lebih dermawan. Hal itu terbukti dari jumlah stiker yang diberikan ke anak-anak lain. Latar belakang budaya dan negara juga memengaruhi sifat kedermawanan. Namun, pengaruh faktor itu tak sebesar pengaruh faktor agama

Dalam riset, Decety juga meminta anak-anak menonton video berisi sejumlah insiden perselisihan, seperti saling dorong. Dia meminta anak-anak menilai insiden itu dan sikap para tokoh. Hasil penelitian mengungkap bahwa anak-anak dari latar belakang religius ternyata lebih mudah menghakimi dan ingin menghukum tokoh yang dinilai bersalah. Sementara anak dari latar belakang non-religius menilai itu insiden belaka. Menurut Decety, anak religius yang kurang dermawan dan lebih mudah menghakimi menunjukkan fenomena "lisensi moral". 

Anak merasa bisa melakukan sesuatu dan menghakimi karena merasa dirinya benar. "Studi kami menunjukkan bahwa sekularisasi diskursus moral tidak mengurangi kebaikan manusia, justru sebaliknya," kata Decety seperti dikutip situs jurnal Science, Kamis. Benjamin Beit-Hallahmi, pakar psikologi agama dari University of Haifa di Israel, mengatakan, studi ini memberikan masukan penting. 

Menurut dia, sikap anak dari latar belakang non-religius itu berkaitan dengan bagaimana keluarga beragama selama ini mendidik anak-anaknya. Anak-anak dari keluarga religius terbiasa dididik untuk melakukan kebaikan karena ada kekuatan lebih tinggi yang mengawasi. Sementara anak non-religius diajari berbuat baik karena sebagai manusia memang harus melakukannya. Azim Shariff, psikolog University of Oregon, memuji kedalaman dan skala studi 

https://ekonomi.kompas.com/read/2020...k-Lebih-Egois


emoticon-Matabelo

nona212
xneakerz
xneakerz dan nona212 memberi reputasi
2
2.1K
85
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.