HALO NETIZEN YANG HOBI NYA TRAVELLING

Sejak pandemi corona dimulai beberapa bulan yang lalu, pemerintah sudah melakukan beberapa antisipasi untuk menekan jumlah penyebaran virus. salah satu langkah antisipasi tersebut adalah dengan membatasi jumlah angkutan umum (baik darat, laut, udara) agar mobilitas penduduk terbatas. Kebijakan ini jelas berdampak untuk industri penerbangan gais. Industri-industri penerbangan jelas harus menelan kerugian akibat kebijakan ini, salah satunya adalah GARUDA INDONESIA. Gue udah dapet berita tentang bagaimana Garuda Indonesia melaksanakan bisnis penerbangan mereka selama pandemi, ini salah satunya.





Pihak Garuda bilang mereka pernah melakukan penerbangan hanya dengan 4 orang jumlah penumpang? 4 ORANG CUY(berasa naik pesawat pribadi gak sih? yang kayak difilm-film pesawat khusus orang kaya gitu isinya cuma beberapa orang) dan selama pandemi corona, pergerakan penumpang Garuda Indonesia telah melorot 90 PERSEN dan telah mengkandangkan 70 PERSEN pesawat. Rugi Bandar jelas. Gak cuma terjadi di Garuda Indonesia, hal-hal mirip kayak gini juga terjadi di pada industri-industri penerbangan lain. Corona bawa masalah? IYAAA JIRR.

Dampak apa saja yang timbul dalam penurunan aktifitas industri penerbangan ini?

PIRTIMI (bahasa konsonan I dari "pertama"), penurunan aktifitas dan jumlah penumpang jelas menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. penurunan pemasukan pasti bakal menyebabkan industri melakukan efisiensi pengeluaran, efisiensi pengeluaran akan mengharuskan pengurangan jumlah tenaga kerja karena mau kerja pun mereka gak guna ditengah situasi kayak gini. Akibatnya? gak usah gue sebut kalian udah paham, PHK MASAL DIMANA-MANA. PILOT, PRAMUGARI, TEKNISI, OPERATOR, DSB DSB semua diturunkan jumlahnya menyesuaikan dengan penurunan jumlah aktifitas penerbangan.

KIDIA (bahasa konsonan I dari "kedua"). Gak cuma terjadi pada pihak internal industri, pihak konsumen pun merasakan dampak dari penurunan aktifitas penerbangan ini. Mereka yang pekerjaannya menuntut mobilitas tinggi, kesana-kemari mencari rezeki demi sesuap nasi, harus rela berdiam diri dirumah menonton televisi yang memberitakan berita-berita tidak pasti tentang pandemi. Pekerjaan terbengkalai, proyek terancam batal, gaji terancam dipotong, semua hal-hal negatif ini bakal terjadi sooner or later terhadap orang-orang yang tidak bisa menyelesaikan pekerjaan karena mobilitas penduduk dibatasi.

KITIGI (bahasa konsonan I dari "ketiga"), Para traveler, content creator, dan segala tetek-bengek yang berhubungan dengan industri per-sosial median harus menyetir ulang tema konten atau hobi mereka yang awalnya menjelajah alam keindahan Indonesia menjadi content tanya jawab sebatas QnA, live IG tutorial bikin masker kain sederhana, dan hal lain yang sifatnya membosankan dan terancam akan mengalami penurunan jumlah impresi terhadap karya mereka. Bayangin aja seorang PANJI PETUALANG yang dulunya terkenal dengan petualangannya di hutan-hutan belantara sekarang harus rela diliput sedang membuat masker kain rumahan masal bersama ibu-ibu RT ditempat dia tinggal. KEBAYANG GAK?

para traveler dan para pembuat content yang sifatnya menjelajah sudah jelas harus mencari cara agar pemasukan tetap bisa dijaga. gak cuma mereka, industri-industri seni yang biasanya menyebabkan kerumunan massa sekarang juga harus dihentikan dan berganti menjadi "dikit-dikit online" kayak festival online, konser dirumah online, silahturahmi lebaran online. Dunia yang membosankan banget gak sih buat seorang ekstrovert?

Menurut kalian gimana? Ada yang disini ngerasain naik pesawat selama pandemi? Ada pembaca disini yang hobinya travelling tapi dengan terpaksa harus menjajaki hobi baru kayak membaca buku, memasak, atau DIY-an? Share aja dikolom komentar.
Gue pamit dulu, mau travelling bentar, ke dapur cuy