Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rafa.alfurqanAvatar border
TS
rafa.alfurqan
[SERIES] PACARKU KEREN
Ketika waktuku sesenggang hari ini, ketika perasaanku ingin menuliskan sebuah kisah, cerita ini kemudian muncul di pikiranku. Sebuah kisah yang sebenarnya ingin kutulis dari lama, tapi banyaknya momen indah ketika bersama denganmu itu membuatku kesusahan untuk menceritakannya ke sebuah tulisan.

Sebenarnya, jujur aku pun bingung harus memulai dari mana. Setelah memikirkannya berkali-kali aku akhirnya memutuskan untuk memulai dari pertama kali kita bertemu. Bukan di waktu masa-masa kita sekolah, tapi jauh sebelum itu. Pertemuan kita yang membuatku paling berkesan.

Jadi aku ingin memulai cerita ini dengan perkenalan diriku kemudian akan kulanjutkan dengan bernostalgia bersama "kenangan" kita.


Joan,

  Montmartre, Paris.



-0o0-

1
Montmartre


Paris, cuaca yang sangat cerah di siang hari ini membuatku merasa betah berada di luar rumah. Sudah hampir satu tahun aku tinggal di Paris dan setelah musim dingin kemarin melanda, kupikir ini saatnya aku menghabiskan waktuku di luar.

Kalian akan banyak menemukan keindahan di Paris. Kota yang banyak memiliki bangunan borjuis nan historis, dan salah satu kota yang terkenal sebagai kota fashion dunia selain Milan, Italia.

Aku suka sekali menghabiskan waktu beberapa jam di malam hari untuk memandangi pusat perhatian dunia di Paris, yaitu Eiffel Tower. Menara Eiffel bagiku sangat indah pada saat malam hari, apalagi ketika lampu-lampu di menara tersebut dinyalakan. Lampu-lampu tersebut dinyalakan setiap setengah jam sekali di malam harinya, sungguh indah sekali.

Tapi tahukah kalian bahwa menara Eiffel ini pernah hampir di rubuhkan? Bahkan menara ini mendapat kritikan dari masyarakat ketika pertama kali dibangun karena dianggap mengganggu pemandangan. Pada tahun 1909 menara Eiffel hampir dirubuhkan karena izin berdiri menara tersebut telah habis. Namun karena menara ini dianggap menguntungkan baik dari segi komunikasi maupun pendapatan dari banyaknya turis asing yang berdatangan untuk mendatangi menara ini, akhirnya menara Eiffel tetap berdiri meski izin tersebut sudah kadaluarsa.

Selain menyajikan keindahan yang dibalut romantisme setiap kali kalian memandangnya. Menara Eiffel ini juga menyimpan banyak kesedihan. Jika kalian tahu bahwa banyak kasus bunuh diri yang terjadi di menara ini. Dan menurutku yang paling lucu ketika tahun 1911 seorang penjahit bernama, Frantz Reichelt, tewas ketika mencoba jubah yang dia yakini bisa membuatnya terbang.


Yang membuat kalian merasa nyaman ketika berada di sekitar sini adalah selain kalian bisa menikmati pemandangan menara Eiffel kalian juga bisa melihat keindahan dari Sungai Seine. Karena memang menara Eiffel di dirikan di tepi Sungai Seine.


Namaku, Joanna Widya Tsucipto, biasa aku dipanggil Joan. Aku lahir di Indonesia, 30 tahun yang lalu. Ayah dan ibuku berasal dari Indonesia. Nama ayahku adalah Rudi Andreas Tsucipto, beliau lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sedangkan ibuku bernama Diana Puspita Widya, dan ibuku lahir di kota kembang Bandung.

Saat ini aku sedang menikmati waktu siangku di La Boheme dengan semangkuk sup yang sudah kupesan beberapa menit yang lalu. 

Aku belum mau pulang jika aku belum kesana pikirku, ke Sacre Coeur. Sacre Coeur adalah salah satu monumen terkenal lainnya di Paris. Sebuah basilika putih yang berdiri di puncak daerah ini, dan monumen tersebut terlihat indah dari tempat aku berdiam sekarang, La Boheme.

Aku memang sudah pernah kesana sebelumnya, namun akan terasa menyesal apabila aku tak kesana kembali jika aku sudah ada di sini.


Di sini, di daerah Montmartre. Daerah yang terkenal dengan kesan romantis lainnya. Daerah yang dimana sang maestro, Picasso, pernah menghasilkan lukisannya. Dan di Montmartre lah, aku akan memulai menulis kisah romantis yang pernah terjadi di dalam hidupku sendiri.

Kisahku, tentang pertemuanku dengan seseorang yang paling keren yang pernah aku temui. Tulisanku dari Montmarte, untuk kenangan terindah yang pernah terjadi dalam hidupku. Di negara tempat aku dilahirkan, di negaraku tercinta, Indonesia. 


-0o0-


2
Pertemuan Pertama

23 Tahun yang lalu.

Siang hari, di tengah teriknya sinar matahari yang menyinari jalanan Champs-Élysées, Paris. Aku berlari-lari sambil menangis memanggil bundaku.


“Bunddaaaaaa….” teriakku, “Bundaaaaaaaa!!!”. Hampir semua mata memandangku waktu itu, ada apa dengan anak ini mungkin pikir mereka.


Saat itu aku berumur 7 tahun, aku sudah berada di Paris hampir beberapa minggu dikarenakan ayahku sedang ada urusan bisnis di Paris. Aku diajak bunda untuk berkeliling ke daerah Champs-Élysées. Daerah yang merupakan jantung kota Paris.


Ketika beberapa lama kami berkeliling, aku terpisah dari bunda. Awalnya aku dan bunda memang bersama untuk melihat-melihat butik yang berada di daerah ini, namun entah bagaimana aku melepaskan pegangan tangan bunda kemudian terbawa arus banyaknya orang sehingga aku akhirnya berdiri sendirian di depan bangunan ini, Arc de Triomphe.

“Bunddaaaa… Bundaaa dimanaaaa…” ucapku sambil menangis.


Tak lama ada seorang anak laki-laki yang kupikir seumuran denganku berdiri di depanku kemudian berkata.

“Ini ambil, balon ajaibku”. 

“Dan berhentilah menangis, gak ada yang mau membantumu meskipun kamu menangis disini" ucapnya lagi.

“Balon ajaib?” tanyaku padanya. Kemudian aku ambil balon itu darinya, apanya yang balon ajaib, ini kan cuma balon biasa. 


Namun ternyata di ujung tali balon itu ada sebuah permen yang sengaja diikat.

“Apanya yang balon ajaib? Ini cuma balon biasa yang dikasih permen!” ucapku. 

“Kalau kamu gak mau sini balikin lagi balonnya!” balasnya kepadaku.

Tanpa menjawabnya aku langsung mengambil permen itu dan memakannya, dan aku juga gak mau memberikan balon itu lagi kepadanya.


“Kamu dari Indonesia? Kamu tinggal disini juga?” tanyaku padanya. 

“Bisa gak kalau nanya itu satu-satu!?". "Aku benci sama orang yang banyak nanya.” jawabnya.

Anak ini kenapa sih, dia sok sekali.

Tapi bersamanya saat ini membuat hatiku lebih tenang karena aku jadi tidak takut lagi sendirian.

“Bundamu kemana?” tanyanya padaku. 

“Bundaku? Kamu tau bundaku?” tanyaku bingung.


“Kamu ini oon ya? Mana aku tau bundamu. Aku kan baru pertama kali ini ketemu denganmu”. 

“Kamu gak bisa ya sopan sedikit?” balasku. Aku sudah mulai kesal sama sikapnya.

“Aku dan bunda sebenarnya tadi jalan bareng ke sini". "Tapi tau-tau aku sudah sendirian di depan bangunan ini.” ceritaku.

“Terakhir kalian jalan bareng dimana?” tanyanya lagi padaku. 

“Di depan sebuah butik, gak jauh dari daerah ini” jawabku.
 

-0o0-


Kami berdua kemudian berjalan melewati Champs-Élysées, sebenarnya aku gak mau mengikuti dia karena aku juga belum kenal siapa dia sebenarnya. 

Tetapi aku lebih takut kalau aku sendirian disana. Orang-orang disana tidak ada yang perduli denganku, entah karena memang mereka cuek atau mereka tidak mengerti dengan bahasaku.

“Balon ajaib itu benar-benar ajaib kan?". 

"Balon itu bisa menghentikan tangisanmu” ucapnya kepadaku. Aku baru sadar, kalau sedari tadi aku sudah berhenti menangis. 

Iya, balon itu benar-benar ajaib pikirku saat itu. Namun aku malas untuk berkata terus terang padanya, aku masih kesal karena dia ini sombong sekali. 

Aku hanya tersenyum menjawab ucapannya, ya anggap aja secara tidak langsung aku mengakuinya.

“Kita mau kemana?", "Kamu tau daerah ini?" Tanyaku kepadanya bingung.


“Mencari bundamu", "Di daerah sini memang banyak gallery-gallery”. 

“Tenang aja, kamu pasti bisa ketemu bundamu lagi” ucapnya.


“Tapi daritadi kita cuma muter-muter aja!" "Kamu liat gak bangunan itu? Itu sudah kita lewati tadi!” tunjukku sambil kesal padanya.

Aku memang merasa dari tadi kami cuma berputar-putar saja. Kupikir anak ini juga tidak tahu jalan.

“Heh, bangunan itu punya nama. Namanya Arc de Triomphe". "Bangunan itu memang besar jadi wajar lah kita ngerasa berkali-kali ngelewatinya”.
  

Aku sebenarnya tidak percaya dengan omongannya, tapi karena dia terlihat yakin sekali, aku mengalah dengan pikiranku.

“Kamu kenapa sendirian? Ayah sama bundamu dimana?” Tanyaku padanya.


“Ayahku di Indonesia, aku berdua dengan ibuku ke Paris buat liburan". 

"Dan sama kaya kamu, aku juga terpisah dengan ibuku” jawabnya.

“Apa!? Kamu juga terpisah sama ibumu!?” tanyaku kali ini kaget.

“Iya, tapi beda sama kamu. Aku emang terpisah tapi aku masih yakin bisa nemuin ibuku" 

"Gak kaya kamu yang nangis kaya tadi” ucapnya.

“Emangnya kamu gak takut?” balasku.

...

“Takut..."

"Tapi kalau aku takut, aku gak bakal bisa nemuin ibuku dan ngebantuin kamu nyari bundamu” jawabnya.

Mendengar hal itu aku langsung terdiam, memang benar keadaan kami benar-benar sama waktu itu. Tapi berbeda dengannya, dia masih bisa bersikap tenang, sedangkan aku cuma bisa menangis. Kali ini aku agak kecewa dengan sikapku sendiri.

“Maaf” kataku pelan kepadanya. Aku malu kalau dia mendengarnya.


-0o0-



Hampir setengah jam kukira kami jalan berkeliling. Dan yang kurasa selain tadi kami hanya berputar-putar, sekarang kami malah makin menjauh dari tempat terakhir aku bertemu bundaku.

“Kamu sebenarnya tau arah gak sih? Kita ini malah lebih jauh dari tempat terakhir aku bersama bundaku!” tanyaku kepadanya, karena aku merasa sudah habis kesabaranku mengikutinya.

Memang ada bangunan besar di depanku, tapi bukan bangunan yang tadi, bangunan yang katanya namanya Arc de Triomphe itu. Di depanku berdiri sebuah bangunan yang tidak kalah menawan dilihat, karena banyaknya para wisatawan yang berdiri di depannya. Bangunan itu katedral Notre Dame yang terletak berhadapan dengan Kilometer Zero kota Paris .


“Aku udah bilang kan, kalau aku gak suka sama orang yang banyak nanya!?” 

“Kamu diem dan tenang aja, kamu pasti bisa ketemu bundamu!” jawabnya masih percaya diri.

“Gimana kalau kita tanya arah aja ke orang-orang?” saranku padanya.

"Kamu bisa bahasa Perancis?" tanyanya.

"Enggak" jawabku.

“Orang Perancis itu lebih banyak pake bahasa asli mereka di bandingin pake bahasa Inggris, apalagi  bahasa Indonesia. Mana mereka ngerti!?" 

"Makanya tadi kamu dicuekin kan padahal kamu nangis kaya tadi?” ucap dia lagi padaku.

Aku tidak punya pilihan selain mengikutinya. Karena siapapun dia saat itu, cuma dia yang bisa mengerti bahasaku. Aku belum bisa bahasa Perancis saat itu, dan bahasa Inggrisku juga belum terlalu bagus. Aku sekarang menyesal saat aku menangis saat aku dipaksa ayah untuk ikut les bahasa Inggris.

“Namamu siapa?” tanyaku.


Belum sempat dia memberi tahu namanya, tiba-tiba ada seseorang yang berlari-lari mengejar anjingnya. Mungkin orang itu tidak sengaja melepaskan anjingnya dan akhirnya dia berlari mengejar anjingnya.
 

Tidak lama setelah itu, sekumpulan orang-orang melewatiku, aku tidak sadar entah sejak kapan hiruk-pikuk banyaknya orang di tempat ini semakin ramai. Aku bahkan sempat terseret oleh mereka saat itu. Perlu sedikit usaha keras agar aku bisa terlepas dari kerumunan orang-orang itu.

Aku saat itu tidak mengerti kenapa orang-orang di sini kalau berjalan selalu cepat sekali, seakan-akan waktu mereka sangat berharga. Hal ini berbeda sekali dengan yang sering kulihat di Indonesia.

Kemudian aku tiba-tiba tersadar, anak laki-laki itu tidak ada di sampingku lagi! Aku kembali khawatir sama seperti saat awal-awal aku terpisah dari bunda.

“Kamu dimana!?” aku berteriak mencari anak laki-laki itu.

“Kamu kemanaa!? Bukannya tadi kamu bilang mau bantu aku nyari bundaku!?” ucapku yang mulai terbata-bata.

“Bunddaaaaaa… Bundaaaaa… Bundddaaaaaaaaaaaaa!!!” kali ini aku kembali menangis dan berteriak sekencang-kencangnya.


Aku kembali menangis sekencang-kencangnya saat itu. Aku benar-benar takut sekarang. Belum lama aku bertemu dengan anak itu setelah aku terpisah sama bunda. 

Sekarang aku sendirian lagi di tempat ini, aku takut bunda...

“Selain nangis kamu gak bisa ngapa-ngapain lagi ya?” ucap seseorang padaku.

Kemudian aku melihat orang itu, ternyata anak laki-laki itu! 

Iya, anak laki-laki itu! Kali ini aku bertemu dengannya lagi. Ah tidak, kali ini lagi-lagi dia datang menemukanku yang sendirian lagi.

Aku langsung memeluknya…


“Kamu kemana aja!?" 

"Kamu jahat! kamu jahat! kamu ninggalin aku!” ucapku sambil memukul mukul dirinya.

“Sakit tau!"

"Kamu yang kemana? Aku daritadi lari-lari nyari kamu!”.

“Beneran kamu gak ninggalin aku?” tanyaku. 

“Iya” jawabnya. 

“Kamu nyari aku?” tanyaku lagi padanya. 

“Bawel".

“Gimana kamu bisa ketemu aku?” tanyaku penasaran. 

“Balon ajaib” katanya sambil menunjuk langit. Balon ajaib yang diberikannya padaku itu ternyata terlepas dari tanganku. Mungkin terlepas saat aku menangis tadi.

“Balon itu benar-benar ajaib kan? Berkat balon itu aku bisa nemuin kamu.” katanya sambil tersenyum kepadaku.

Sekarang aku benar-benar bisa percaya padanya kalau balon itu benar-benar balon ajaib. Selain karena balon itu dia bisa menemukanku. Aku juga lagi-lagi  bisa berhenti menangis.

“Ya udah ayo jalan lagi, hari sudah mau malam". "Makin susah nanti nyari bundamu” ucapnya kepadaku.

“Jangan hilang lagi!” teriaknya padaku.


Kali ini aku menarik jaketnya agar bisa kupegang. Aku malu untuk memegang tangannya, sehingga yang terpikirkan olehku saat itu memegang jaketnya.


-0o0-


Lama kami berjalan bersama, dan aku masih memegang erat jaketnya dari belakang. 

Aku takut jika aku akan terpisah lagi dengannya.


"Jangan narik kencang-kencang! Aku jadi susah jalan nih!" ucapnya kesal.

"Aku gak mau kamu ngilang lagi!" balasku berteriak. Dia cuma diam kali ini, tidak membalas omonganku ataupun berbicara hal lain. Namun tidak lama kemudian tiba-tiba  dia mengatakan sesuatu.


“Akhirnya ketemu!” ucapnya senang. 

“Apa?” tanyaku. 

“Itu, Shakespeare and Company” tunjuknya ke arah toko buku di depan kami. Shakespeare and Company adalah sebuah toko buku antik di jantung kota paris. Katanya toko ini menyimpan banyak sejarah. Toko buku ini didirikan tahun 1922 di daerah Rue de I’Odeon oleh seorang wanita bernama Sylvia Beach.


Pada tahun tersebut toko buku antik ini sempat dijadikan tempat berkumpul para penulis terkenal seperti Ernest Hemingway, Ezra Pound, James Joyce dan lainnya. Toko ini lantas ditutup selama perang dunia kedua, namun akhirnya dibuka kembali oleh seorang lelaki asal Amerika Serikat yang bernama George Whitman di Rue la Bucherie. Awalnya toko buku ini diberi nama “Le Mistral” namun ia menggantinya menjadi “Shakespear and Company” untuk menghormati pemiliknya terdahulu.


“Kamu suka baca buku?” tanyaku padanya. 

“Gak juga, tapi ayahku suka. Apalagi kalau aku beliin dia buku di toko buku antik ini.” ucapnya padaku. 


“Jooaaaaaannn…” teriak seorang wanita dari kejauhan.


Suara itu terdengar sangat familiar di telingaku. Aku lihat sebentar ke sumber suara tersebut, iya benar, itu bunda. Bunda berteriak memanggil namaku sambil berlari, bersama beberapa orang polisi bersamanya.


“Bundddaaaaaaaaa…” teriakku spontan setelah melihat bunda. 

“Itu bundamu?” tanya anak laki-laki itu.


Setelah melihat bunda, aku sampai lupa padanya.

“Iya, itu bundaku” ucapku kepadanya sambil tersenyum senang. 

“Aku gak bohong kan, aku berhasil membawamu ke bundamu” balasnya sambil tersenyum padaku.


Bunda kemudian langsung memelukku…


“Joooooaaaaannn, kamu kemana aja! Bunda khawatir banget nyariin kamu dari tadi! Bunda khawatir banget kamu kenapa-kenapa sayang!” ucap bunda padaku. 

“Bunddaaaaa…” ucapku sambil menangis di pelukan bunda.


“Tadi aku sendirian bunda, terpisah dari bunda. Untungnya ada temenku yang bantuin aku nyariin bunda” ceritaku kepada bunda. 

“Temen? Temen kamu yang mana sayang?” tanya bunda kepadaku.

“Ini temenku bun...” tunjukku ke sampingku.

Tapi anak laki-laki itu ternyata sudah tidak ada lagi di sampingku.

“Hey, kamu dimana!?” teriakku mencarinya. 

“Kamu yakin tadi kamu sama seseorang joan?” tanya bunda. 

“Iya bunda, dari tadi aku bareng dia terus!” jawabku.

...

“Ya uudah, mungkin dia udah pulang joan” ucap bunda. 

“Enggak bunda, dia juga terpisah sama bundanya! Kita harus bantu dia nyari bundanya juga!.” rengekku kepada bunda. 

“Ini sudah malam joan dan ayah pasti udah nungguin kita". "Nanti biar bunda bilang kepada pak polisi ini buat nyariin dia, apalagi pak polisi lebih hafal daerah sini daripada kita” bilang bunda kepadaku bijak.


“Iya deh bunda, tapi kasih tau pak polisi alamat kita biar dia sama bundanya kalau udah ketemu main ke rumah kita” ucapku pada bunda. 

“Iya sayang” balas bunda.


-0o0-


Balon ajaib.

Bisa dibilang kalau itu salah satu nostalgiaku saat pertama kali bertemu dengannya. Dia tiba-tiba menghilang saat aku telah bertemu dengan bundaku. Kata-kata terima kasih belum sempat kuucapkan pun dengan namanya. Dipikir-pikir dari awal bertemu sampai aku bertemu bundaku, kami belum sempat berkenalan.

Seandainya aku bisa mengulang waktu, aku sangat mengatakan ini padamu

“Terima kasih, kamu sudah menyelamatkanku”

Hey you,
for the first time till the end,

I didn't even realised that I was going towards you.

When your hand wraps around my shoulder gently,
when you look at me intensely as I talk,
it gave me a goosebumps.

The day is too long,
but I can't take a rest cause thinking about you,


your smile that isolated me is like a painting,
which makes me lose my mind, I just follow you and laugh.

Tulisanku, kuakhiri sampai disini, bersamaan dengan hilangnya dia kembali setelah aku bisa bertemu dengan bundaku lagi. Kisah selanjutnya adalah pertemuan kedua kami, yang kali ini bukan di Paris, tapi di Indonesia.


-end-
Diubah oleh rafa.alfurqan 11-06-2020 15:59
agadroen
Pupilsxone
oboq
oboq dan 29 lainnya memberi reputasi
22
3.3K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.