Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

n4z1.v8Avatar border
TS
n4z1.v8
Dipecat Sebagai Orang Minang, Begini Reaksi Ade Armando


Dipecat Sebagai Orang Minang, Begini Reaksi Ade Armando

POJOKSATU.id, JAKARTA – Dosen Universitas Indonesia, Ade Armando menanggapi pemecatan dirinya sebagai orang Minang.

Ia mempertanyakan posisi Ketua Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau (MTKAAM) Sumatera Barat (Sumbar) Irfianda Abidin yang bertindak seperti bossnya orang Minang.

“Lho kok beliow ini merasa bossnya orang Minang sehingga bisa memecat saya?,” kata Ade Armando melalui akun Facebook-nya, Sabtu (6/6/2020).

Ade Armando mengunggah sikap dan seruan MTKAAM yang berisi 6 poin.

Pertama, MTKAAM menyatakan membuang dan mencoret status orang Minang, Ade Armando dan sederet nama lainnya yang sering menista Islam.

Kedua, MTKAAM mendukung sikap Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno yang mengajukan penghapusan aplikasi injil berbahasa Minang di Google Playstore.

Ketiga, meminta pemerintah pusat dan seluruh jajarannya agar mencegah munculnya penista agama dan mengadili mereka untuk kenyamanan rakyat Indonesia.

Keempat, menyerukan kepada seluruh tokoh adat, ninik mamak, dan seluruh orang Minang di ranah maupun di rantau agar tidak mudah terpancing serta tetap menjaga keluarga kaum adar masing-masing dari berbagai upaya perusakan aqidah akhlak.

Kelima, MTKAAM mengajak untuk menghidupkan Magrib mangaji di rumah, surau atau masjid di lingkungan masing-masing.

Keenam, ajarkan anak dan kemanakan ilmu silat untuk menanamkan pribadi yang luhur.
sumber


*********
Setiap manusia dilahirkan tak pernah bisa meminta ingin menjadi apa, dimana lahirnya, dari keturunan apa, punya ideologi apa. Akan tetapi manusia juga tak bisa serta merta menganggap dirinya sial jika ternyata pada kenyataannya dia dilahirkan dari keturunan yang miskin, dari negara yang terbelakang. Dan tak pernah juga manusia bisa menyesali andai dia ternyata lahir dari keluarga yang menganut agama tertentu, sebab pada dasarnya seorang anak kecil akan merasa bangga menganut agama tertentu sesuai dengan agama yang dianut keluarganya.

Tiap darah keturunan sebuah keluarga mempunyai silsilah tersendiri. Dan silsilah itu tak akan pernah bisa hilang hingga dia mati nantinya. Tak bisa juga seseorang serta merta mencabut sebuah darah keturunan, sebab darah keturunan bukanlah bentuk kewarganegaraan.

Jadi, meskipun seseorang mempunyai kesalahan yang teramat besar, misalkan membunuh, merudapaksa, mempunyai perilaku seksual yang menyimpang, mempunyai ideologi komunis, atau murtad dari sebuah agama sekalipun, darah keturunan tetaplah darah keturunan, karena darah itu mengalir dalam tubuhnya hingga akhir hayat. Bahkan sebuah suku yang mempunyai marga pun tetap tak bisa mencabut marga seseorang, karena marga adalah silsilah hidup seseorang yang terikat dengan keluarganya turun temurun.

Mengatasnamakan sebuah toleransi atau kemajemukan tetapi dengan menolak kemajemukan itu sendiri adalah omong kosong! Itu sama saja dengan bentuk kemunafikan. Mencari pembenaran diatas sebuah kesalahan.

Ini bisa kita ibaratkan seorang Nabi. Meskipun anaknya tak sejalan dengan dirinya. Meskipun pamannya tak sejalan dengan dirinya, seorang Nabi tidak serta merta hilang predikat kenabiannya.

Coba saja pikirkan secara logika. Jika seseorang bisa dicabut silsilah keturunannya dari sebuah suku, apa lantas anaknya menjadi keturunan suku antah berantah?

Darah keturunan yang mengalir dalam tubuh seseorang, tak bisa dicabut oleh sebuah lembaga yang berisi orang-orang pemegang kunci surga sekalipun, sebab sebuah kebenaran yang dianggap benar untuk mengambil sebuah keputusan, bisa saja bias karena didasari oleh sebuah kebencian semata. Tak ada sebuah lembaga di muka bumi ini yang bisa menghilangkan darah keturunan seseorang. Bahkan meskipun lembaga ini mengganti paksa darah yang mengalir dalam tubuh seseorang dengan darah manusia tak bermoral sekalipun, karena daging yang melekat di tubuh seseorang tersebut adalah hasil dari segumpal darah, dan darah itu berubah menjadi daging, menjadi tulang, menjadi otak, menjadi hati.

Banyak manusia Indonesia yang berlindung dengan jubah agama untuk mencaci-maki, untuk berbuat maksiat, untuk menyebar fitnah, tapi tak terbersit sekalipun bagi mereka untuk dibuang dari garis keturunannya. Karena apa? Karena mereka dianggap sejalan dengan mereka yang merasa punya hak untuk mencabut garis keturunan.

Lalu untuk apa marah? Untuk apa malu?
Sebuah marga saja bisa meghasilkan seorang Jenderal, seorang penjahat, seorang pemerkosa, seorang penyanyi, seorang pengacara, seorang guru, dan bisa saja menghasilkan seorang pramuria. Apalagi sebuah suku?

Nampaknya kacamata logika telah hilang dari negeri ini.
Miris.

Quote:


Quote:




Diubah oleh n4z1.v8 08-06-2020 12:56
m4ntanqv
slider88
hercule2008
hercule2008 dan 67 lainnya memberi reputasi
62
20.4K
315
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.