tikamjAvatar border
TS
tikamj
KAKEK PENYERUPUT PICCOLO
KAKEK PENYERUPUT PICCOLO 
Cerpen : Kakek penyeruput piccolo

Spoiler for Kakek Penyeruput Piccolo:


Quote:




*** PROLOG ***

Terkadang, bila kita bisa melakukan dan mencapai apa yang kita mau adalah hal yang paling menyenangkan. Apalagi kalau pencapaian itu sesuai dengan passion kita. Tapi aku tersadar suatu hal, bahwa didunia ini tidak ada yang bisa kita kejar secara abadi, yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa hidup untuk membantu orang lain bukan karna kesenangan sendiri. Sudah sekitar 20 menit aku duduk disini menunggu kakek. Aku sengaja untuk datang lebih awal agar aku dan kakek bisa makan siang bersama dengan masakan yang aku buat khusus untuknya, aku memanggilnya Kakek Piccolo. Lewat kakek penyeruput piccolo, aku bertekad untuk tetap ada dijalan yang sekarang sudah Tuhan sediakan untukku.


****

KAKEK PENYERUPUT PICCOLO 


Jam dinding kamarku sudah menunjukan pukul 5 pagi. Dengan hati yang berat dan kurang niat, aku mencoba bersiap - siap. Rupanya Ibu sudah menata rapi pakaianku di koper yang diletakan tepat di dekat pintu kamar tadi malam dan sudah menyiapkan segala keperluanku hari ini. Ya.. hari ini adalah hari dimana aku harus meninggalkan rumah dan Ibu. Dengan langkah yang berat aku menuruni tangga membawa koper, untuk sarapan terakhirku satu meja dengan Ibu.

"Kamu hati hati ya disana, ga boleh aneh aneh. Harus jaga nama baik Ibu"
"Iya bu" jawabku lemas.
"Harus semangat, semua demi kebaikan kamu" lanjut ibu mencoba meyakinkan.
"Demi kebaikan Aku atau Bapak?" tanyaku cuek.
Seketika kami terdiam dimeja makan. Ibu tau sekali perasaanku sekarang ini, dia juga diam tidak melanjutkan pembicaraan ketika aku sudah menampilkan raut muka kesal.

Setelah menghabiskan sarapan, kami mulai berangkat untuk menuju stasiun. Sampai di Stasiun, aku mulai mencetak tiket dan menyalimi Ibu karna kereta akan berangkat sebentar lagi. Aku menengok ke belakang untuk kedua kalinya, dan Ibu melambaikan tangannya untukku. Sambil berjalan ke gerbong kereta, sebuah pesan masuk dihandphone ku, pesan masuk itu dari Bapak, 

"Maaf Bapak ga bisa antar kamu hari ini karna bapak ada janji dengan pasien. Jaga dirimu disana, jangan permalukan Bapak. Ini jalan terbaik untuk kamu."

Aku tidak membalas pesan itu. Bapak tahu kalau aku sedang kesal hari ini. Dengan terpaksa aku harus ambil jurusan kuliah yang tidak aku inginkan. Aku lebih tertarik untuk mengambil jurusan design daripada harus menjadi dokter. Huh, aku benci dengan tradisi pendidikan turun temurun keluargaku ini. Bapak sudah janji ketika aku sudah lulus kuliah kedokteran ini, maka aku bisa menjalani apa yang aku inginkan. "Andai aku bisa punya ilmu menjelajah waktu dan tiba tiba sudah ada dimasa depan." sungutku dalam hati sambil melamun ke arah jendela kereta.

Aku tiba di stasiun Jogjakarta, aku keluar dan menaiki taxi untuk mengitari kota ini sejenak sambil bernostalgia saat aku kecil disini. Suasananya sama persis seperti 15 tahun lalu. Kota dimana aku dilahirkan dan dibesarkan, sebelum akhirnya kami berpindah ke Jakarta. Aku melihat toko kopi favorite keluarga kami yang masih berdiri kokoh di sudut jalan cendrawasih tidak jauh dari stasiun Jogjakarta. Aku mampir sebentar ke kedai tersebut untuk menaiki moodku, karna besok adalah hari pertamaku kuliah. Aku memasuki kedai tersebut dengan membawa koperku. Beberapa saat kemudian aku termenung melihat seorang kakek berbaju rapi dengan topi baret dikepalanya yang mencuri perhatianku. Berdiri seorang Kakek tua memegang sebuah bunga mawar putih segar disebelahku yang seperti nya sedang melihat - lihat menu.

"Satu gelas Piccolo"  saut kami berdua tanpa sengaja kepada barista kopi.
Sontak aku lumayan kaget dan tersenyum salah tingkah kepada si Kakek.
"Kita punya selera yang sama", ungkap si kakek kepadaku sambil tersenyum ke arahku.
"Gapapa kek, kakek duluan aja" sautku kepada si kakek.
"Terima kasih." jawab si kakek sambil tersenyum.

Setelah memesan kopi, si kakekpun langsung menuju tempat duduk untuk dua orang di paling sudut yang mengarah ke jendela. Sebelumnya, aku sudah mengincar tempat tersebut sebelum kakek, tapi ya sudahlah. Aku memilih tempat duduk samping jendela yang mengarah lurus kearah si kakek. Sebenarnya ini bukan tempat favoriteku tapi apa daya kedai kopi ini sedang ramai ramai nya. Aku membuka laptopku untuk sembari mengecek email masuk. Tepat di depanku yang hanya berjarak 2 tempat duduk aku meilhat si kakek yang menyiapkan bunga mawar tersebut ke tempat duduk di depannya lalu ia membuka koran sambil menyeruput kopinya. 
"Mungkin dia sedang menunggu seseorang" sautku dalam hati. Aku melihat jam tanganku sudah menunjukan pukul 4 sore, tidak terasa sudah hampir 2 jam aku disini. Aku berjalan keluar terburu buru untuk menemui tante yang sudah harap harap cemas ingin menemuiku sambil melihat heran ke si kakek yang masih konsisten membaca koran ditangannya.

*****
(3 hari kemudian)

"Hei Rita, nanti sekitar jam 2 siang ada pertemuan pertama untuk calon anggota BEM. kamu ikut kan?"  tanya temanku. Kami baru saja berkenalan beberapa hari ini.
"hmm... liat nanti yah aku ada janji soalnya" jawabku berbohong.

Aku memutuskan untuk bergegas menikmati kopi ke tempat biasa kemarin. 
"Menjadi mahasiswa pasif dikampus ini lebih baik daripada harus aktif menjadi anggota BEM, yang penting aku bisa lulus keluar kampus ini secepat mungkin" ungkapku dalam hati.

"Seperti biasa yah mas, satu piccolo tapi take away" ujarku kepada barista.
Kali ini aku tidak bisa duduk di toko kopi ini untuk dapat sekedar menikmati kopi. Setelah membayar, aku mengambil kopi yang sudah dibuat dan bergegas pulang.
Ah kurang ajar aku takut sekali ada anak kampus yang melihatku karna aku bolos pertemuan anggota BEM.

Aku menunggu taxi online yang sudah kupesan diluar toko kopi. Aku terkejut ketika melihat ke sebelah kanan, sosok kakek yang kemarin ku lihat sedang membaca koran di sudut tempat duduk yang sama. Aku melihat sang kakek dengan raut heran, dengan model pakaian yang sama dan bunga mawar putih yang tergeletak ditempat duduk. Rupanya si kakek sangat sering datang ke toko kopi ini. Sampai akhirnya taxi yang kupesan pun datang, tanpa rasa penasaran dengan si kakek akupun bergegas pulang. 

*****

"TOK TOK TOK"  suara pintunya cukup mengangguku tidur.
"Rita, ayo bangun kamu hari ini ga kuliah?"  tanya tanteku
"Aku ga ada kuliah pagi tan"  jawabku sambil menguap.
"Oh yowis, tante mau pergi ke rumah teman seharian, mungkin pulang agak malem yah"  ujarnya.
"Ok tante"  jawabku sambil mencoba memejamkan mata kembali.

Aku kembali bangun dari tempat tidur dan berjalan secara perlahan menuju meja belajar, rupanya hari ini aku hanya perlu masuk satu mata kuliah saja di jam 1 siang.
Sebuah notifikasi masuk di handphoneku, isi pesan itu sangat membuatku semangat dan tersenyum. Rupanya hari ini ada diskon besar besaran di toko kopi yang biasa aku kunjungi. Tanpa berfikir panjang, akupun langsung bersiap untuk pergi kesana setelah mata kuliah selesai.

Sudah menunjukan pukul 3 sore, aku bergegas untuk dapat sampai ke toko kopi dan menikmati waktu luangku disana. Dengan laptop dan buku catatan yang senantiasa ku bawa, aku masuk ke dalam toko kopi dengan perasaan yang cukup senang. Ternyata antriannya cukup panjang, dan sangat ramai. Aku menengok ke kanan dan kiri untuk mencari tempat duduk yang kosong, rupanya ada 2 tempat duduk berhadapan yang kosong. Aku menghampiri tempat duduk tersebut agar tidak ditempati orang lain.

"Maaf mbak, tempat yang ini sudah dibooking"  ujar si pelayan.
"Loh setau saya disini tidak bisa booking tempat untuk perorangan kan?"
"Iya mbak tapi tamu yang satu ini spesial, kami sudah terikat kontrak"
"Kok bisa sih kayak gitu? orang nya bayar berapa sampai kayak gitu segala?" jawabku dengan nada kesal.

Si pelayan hanya terdiam pasrah mendengarku melanjutkan kekesalanku padanya.
Tidak lama kemudian aku menengok ke belakang dengan terkejut, kakek paruh baya dengan menggunakan pakaian yang sama dengan topi baret ciri khasnya datang dan berdiri tepat dihadapanku, lengkap dengan bunga mawar putih ditangannya.
Aku tercengang dan diam seribu bahasa. Rupanya si kakek sudah lama berdiri dibelakangku ketika aku sedang memarahi pelayan.

"Aku orang yang memesan tempat ini, ini tempat untuk 2 orang"  ujar si kakek dengan raut tersenyum menatap mataku. Aku masih terdiam sambil menggarukan leher sebagai simbol malu sekaligus perasaan segan.

"Maaf kalau membuatmu marah, gadis penggemar piccolo" lanjutnya.
"Maaf kek, aku gatau. Silahkan duduk kalau gitu aku cari tempat lain saja" jawabku dengan nada mengalah.

Aku berjalan dengan langkah kecil meninggalkan kakek, tiba tiba si kakek memanggilku dengan nada semangat, "Kalau begitu mari kita duduk bersama!"
Aku berhenti melangkahkan kaki sambil mengengok heran ke arah kakek, 
"Ga usah kek gapapa, nanti teman kakek gimana? aku nanti ganggu"
"Tidak apa apa, dia belum datang. Kamu bisa disini dulu sambil menunggu kursi kosong"  jawabnya.

Dengan salah tingkah dan penasaran aku mendekati kakek secara perlahan dan mencoba duduk bersamanya. "Aku harap aku cepat cepat bisa duduk dikursi lain setelah ini." ungkapku cemas didalam hati. 
Kurang lebih kami berdua terdiam di kursi selama 15 menit lamanya, si kakek yang sudah asyik membaca koran sambil menyeruput kopinya, aku yang pura pura
sibuk dengan laptopku sendiri. Sesekali aku menatap laptop sambil menatap wajah si kakek sembunyi sembunyi, ternyata rasa penasaranku besar karna aku sering melihatnya menunggu seseorang dengan membawa mawar cantik dan sangat rutin. Dengan perasaan deg degan aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya seraya mencairkan suasana kepada si Kakek.

"Bunga yang bagus dan cantik kek"  ungkapku.
"Oh haha" (sambil tertawa kecil)  "aku beli di toko bunga favoriteku disekitar sini, bunganya selalu segar tidak pernah mengecewakan" lanjutnya.
"seseorang yang kakek temui beruntung sekali bisa sering mendapatkan bunga ini, aku jadi iri" ujarku sambil tersenyum canda.
"aku selalu berikan bunga ini, karna orang itu adalah belajah jiwaku. Kamu sudah punya kekasih?"  tanya si kakek.
"Belum kek"
"Kami selalu bertemu disini, dan ini adalah tempat favorite kami. Aku ingat dulu aku menyatakan cinta kepadanya pertama kali disini, ditempat ini. Dan sangat bahagia ketika aku tau kalau dia juga mencintaiku". lanjut si kakek dengan raut muka semangat.

Aku tersenyum mendegarnya dan menganggukkan kepala seraya mengerti bahwa si kakek sedang menunggu pujaan hatinya, sambil berfikir kenapa sudah setua ini tapi mereka masih saling tunggu. Bukankah mereka harusnya sudah menikah? atau mereka berdua baru dipertemukan kembali? atau kakek ini adalah seorang duda yang baru menemukan cintanya kembali? Pikiranku penuh pertanyaan heran tapi aku tidak berani bertanya lebih jauh karna sikap seganku terhadap si kakek. Tak lama kemudian kakek melanjutkan obrolan denganku dan tidak terasa obrolan kami makin lama semakin dalam.

"Kamu umur berapa? sepertinya masih kuliah?"
"aku umur 18 kek, aku baru masuk kuliah fakultas kedokteran di kampus sekitar sini" 
"Wah calon dokter... kalau begitu jangan terlalu banyak kopi, tidak baik untuk kesehatan seorang calon dokter"  sambil tertawa canda.
"Huh,, sebenarnya aku tidak akan jadi dokter kek. Setelah ini aku akan melanjutkan study sesuai yang ku mau. Kuliah ini aku jalankan untuk menghargai ayahku saja"
"bagaimana bisa? ini kesempatan bagimu... kamu harus jadi dokter. Dulu aku bercita cita jadi dokter, tapi karna aku tidak mempunyai kemampuan akademis yang mendukung jadi aku kubur dalam dalam cita citaku itu"  ujarnya memberi nasihat.
"Aku suka jadi dokter, membantu banyak orang. Tapi sudah terlalu banyak yang jadi dokter, aku ingin melanjutkan hidup sesuai passion ku saja kek" jelasku.

Si kakek hanya mengangguk & tersenyum mendengarku, senyum tipis seperti meremehkan.

"Kalau boleh tau kenapa selalu menunggu lama kek? apa orang itu tau kalau kakek sering sampai lebih awal disini menunggunya? tanyaku penasaran.
"hmm ya... dia tau sekali aku menunggunya disini" sambil tersenyum dengan pandangan mata kosong ke arah jendela.

Si kakek melanjutkan secara perlahan bercerita kepadaku tentang orang itu, 
"aku selalu menunggunya, bahkan aku rela datang lebih awal demi bertemu dengannya. Kami sering menghabiskan waktu bersama dan dia suka sekali mawar putih. Tapi sayang dia tidak suka kopi, dia hanya suka teh panas, berbeda sekali denganku. Demi bertemu dengannya, aku rela membayar 2 kursi ini agar tetap kosong untukku dan untuknya. Tempat favorite kami menghabiskan sore, dan menatap ke arah jendela melepas kelelahan kami seusai bekerja. Aku sangat mencintainya dan dia juga sangat mencintaiku. Kami berdua tak terpisahkan, aku percaya dia akan datang kesini meski belum jelas kapan dia akan datang" ungkap si kakek dengan perlahan. 

Aku tercengang mendengar penjelasannya, dia bercerita kepadaku dengan tersenyum setengah sedih. Mungkin sekitar 1 menit aku tidak berpaling dari wajahnya, padahal dia sudah terdiam. Penjelasannya membuatku heran, tapi tidak kulanjutkan bertanya lagi. Aku rasa si kakek memendam sesuatu, kemana orang itu sampai si kakek rela menunggu sepanjang hari dan mengorbankan banyak waktu menunggunya seperti ini. Aku sangat tertarik mendengarnya sampai sampai aku mengabaikan pekerjaan dilaptopku yang sudah dibuka. 

Tidak lama kemudian, aku mendengar suara perempuan yang memanggil si kakek dari arah belakang. Aku menengok terkejut melihat perempuan yang memanggil kakek dengan memakai seragam layaknya seperti seorang suster rumah sakit ditemani 2 ajudan laki laki disebelahnya. Aku terdiam ketika melihat pandangan si kakek tidak lepas dari arah jendela dan masih menyeruput kopi sampai habis.

"Kek, kakek rico? ayo kita pergi, ini sudah jam 5 sore waktunya kembali"  ujar si perempuan berpakaian suster dengan nada membujuk.
"Tapi, dia belum datang. Aku harus bertemunya dulu sebelum pulang"  ujar si kakek dengan nada memelas.
"Lusa kita kembali kesini lagi ya, mungkin lusa dia akan datang" kata si suster itu dengan nada meyakinkan.

Aku tertegun dan melepaskan tangan si suster untuk tidak membawa kakek pergi. Salah satu ajudan yang menemani suster tersebut memegang pundakku dan mengajakku ke sudut lain, lalu menjelaskan siapa mereka sebenarnya. Aku terdiam lama tidak menyangka mendengar penjelasan ajudan itu. Ketika itu aku benar benar tercengang dan sangat kaget menerima kenyataan bahwa si kakek merupakan salah satu pasien gangguan jiwa yang sedang dalam pengawasan akibat ditinggal mati istri tercintanya. Si kakek mulai beranjak dari kursi mengikuti arahan suster itu dan perlahan dituntun keluar sambil tersenyum ke arahku dan menyampaikan pesan singkat kepadaku,
"Hai gadis piccolo, sampai jumpa lagi ya. Kabari aku kalau melihat wanitaku kembali".


TAMAT.

Cerpen by tikamj  emoticon-Smilie
Sumber Gambar
betiatina
raaaaud20
nona212
nona212 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2.3K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.