- Beranda
- Kalimantan Barat
[COC Regional : Budaya] Dongeng Tentang Bukit Kelam (Batu Terbesar di Dunia)
...


TS
lamberianto.
[COC Regional : Budaya] Dongeng Tentang Bukit Kelam (Batu Terbesar di Dunia)
Jika mas brader dan mbak sistah ingin tau dongeng tentang Bukit Kelam yang merupakan batu terbesar di dunia, dengan kerendahan hati saya persilahkan disimak terlebih dahulu video yang saya dapat di IGTV-nya @sahabatgrab.kalbar

Selanjutnya silahkan mas brader dan mbak sistah simak kembali kelanjutan ceritanya berikut ini

sumber

Spoiler for terjemahan:
Karena pendongeng menggunakan bahasa yang campur aduk, saya coba untuk menterjemahkannya. Tentang Bukit Kelam ya?
Bukit Kelam itu berada di Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat Indonesia. Bukit Kelam merupakan Taman Wisata yang menawarkan panorama yang indah, beautiful. Air terjunnya sejuk, goa-goa yang dihuni oleh ribuan kelalawar, serta tumbuhan-tumbuhan dengan spesies yang ikonik seperti kantung semar dan masih banyak lagi yang bisa kita lihat di Bukit Kelam.
Bukit Kelam adalah salah satu Taman Wisata yang tidak banyak orang tahu, bahwasanya bukit ini adalah batu terbesar di dunia. Besarnya melebihi batu yang berada di Australia misalnya.
Dibalik panorama dan merupakan batu terbesar di dunia seperti itu, ternyata Bukit Kelam juga menyimpan legenda atau cerita rakyat (dongeng) yang menarik yang tersimpan di dalamnya. Jadi, saya coba menceritakan tentang Bukit Kelam yang ceritanya didapat dari kunjungan ke Bukit Kelam beberapa waktu yang lalu.
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di sebuah negeri yang bernama Sintang, hiduplah dua orang pemimpin keturunan dewa yang memiliki kesaktian yang sangat tinggi nan luar biasa. Pemimpin ini ada dua orang, yang pertama bernama Sebeji atau yang lebih dikenal dengan Bujang Beji (mungkin nickname nya ya?), dan yang kedua bernama Tumenggung Marubai.
Dua pemimpin keturunan dewa ini memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Pemimpin yang pertama (Sebeji) memiliki sifat atau karakter yang suka merusak, serakah, tamak, iri hati, dan lain-lain yang cenderung negatif. Sementara Tumenggung Marubai memiliki sifat kebalikan dari sifat yang Bujang Beji miliki. Sifat mereka berdua bagaikan bumi dan langit. Tumenggung Marubai memiliki sifat yang gemar menolong, suka berbuat baik, sebagai pemimpin dia adalah pemimpin yang bijak, dan mungkin dia gemar menabung
Selanjutnya, kedua pemimpin ini, beserta masyarakat yang dipimpinnya, memiliki mata pencaharian utama sebagai penangkap ikan dan pekerjaan sampingannya (side job) dengan berkebun dan berladang. Adapun pembagian wilayahnya Bujang Beji memiliki teritori untuk menangkap ikan di daerah aliran Sungai Kapuas, sementara Tumenggung Marubai memiliki daerah teritorial untuk menangkap ikan di daeran aliran Sungai Melawi. Karena sudah pembagian wilayah ini, kedua tidak saling mengganggu.
Seiring perjalanan waktu, Bujang Beji menghasilkan tangkapan ikan lebih sedikit dibandingkan Tumenggung Marubai dan Masyarakatnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor antara lain kondisi geografis atau keadaan sungainya. Mungkin di daerah aliran sungai Kapuas jenis ikannya homogen dan tidak bervariasi, sementara di daerah aliran sungai Melawi lebih beragam dan bervariasi spesies ikan yang hidup di dalamnya.
Dengan kondisi seperti itu, cara mereka mengambil atau menangkap menangkap ikan juga berbeda. Tumenggung Marubai menangkap ikan dengan menggunakan bubu (alat tradisional penangkap ikan berupa jebakan). Tumenggung Marubai dalam menangkap ikan akan melakukan seleksi. Ikan yang berukuran besar itulah yang diambil, untuk ikan yang berukuran kecil dilepaskannya kembali dengan harapan suatu saat ikan yang kecil akan tumbuh besar dan bisa diambil kembali. Berbeda dengan Bujang Beji yang tidak perduli. Baik ikan yang berukuran besar maupun ikan yang berukuran kecil semua ditangkap dan diambilnya.
Suatu waktu, Bujang Beji merasa hasil tangkapan ikan Tumenggung Marubai dan masyarakatnya lebih banyak dibandingkan dengan hasil tangkapannya. Mungkin karena sifat ketamakannya yang tidak mau kalah dia merasa iri. kemudian dia melakukan pengintaian untuk mencari penyebab mengapa hasil tangkapannya lebih sedikit. Setelah mendapat penyebabnya, kemudian Bujang Beji mendapat ide bagaimana caranya agar hasil tangkapannya kembali lebih banyak daripada hasil tangkapan Tumenggung Marubai dan masyarakatnya.
Setelah melakukan pengintaian, didapatlah ide yaitu dengan menggunakan tuba. Bedanya bubu dengan tuba yaitu jika bubu merupakan jebakan dan tidak merusak sementara tuba sifatnya racun mematikan dan cenderung merusa lingkungan. Baik ikan yang kecil maupun yang berukuran besar akan mati semua, mengambang dipermukaan jika terkena efeknya.
Lambat laun, seiring berjalannya waktu hasil tangkapan ikan dari Bujang Beji semakin hari semakin berkurang karena banyak ikan yang mati. Beda halnya dengan Tumenggung Marubai yang hasil tangkapannya terus dan berkesinambungan. Hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan tangkapannya selalu stabil.
Karena sifat dari Bujang Beji yang pada dasarnya selalu iri, timbul lagi niat jahat dari dalam hatinya. Yang pada awalnya tangkapan Bujang Beji melebihi dari Tumenggung Marubai, dan memang lebih, semakin hari semakin berkurang, bahkan hingga habis sama sekali akibat dari kelakuan buruknya karena menangkap ikan dengan menggunakan tuba. Kemudian niat jahat lain yang muncul adalah di dalam pikirannya dia berfikir bagaimana caranya agar Tumenggung Marubai tidak bisa menangkap ikan lagi seperti yang dialaminya.
Dalam pencarian menemukan ide bagaimana caranya agar keinginannya terlaksana Bujang Beji terus berfikir, bahkan berfikir keras, termenung, melamun baik di rumahnya dan dimana saja dia berada. Hingga pada akhirnya dia menemukan ide cemerlang, ting! Dia berfikir, dikarenakan mereka menangkap ikan di aliran sungai, maka dia mengambil kesimpulan dan merencanakan strategi bagaimana caranya agar ikan-ikan yang berada di hulu tidak sampai di hilir. Adapun untuk mencapai tujuannya dia berniat untuk menyumbat aliran sungai Melawi yang merupakan daerah Tumenggung Marubai dan masyarakatnya menangkap ikan sehari-hari. Sehingga dengan cara tersebut Tumenggung Marubai dan masyarakatnya tidak bisa menangkap ikan dikarenakan aliran sungai yang tersumbat yang otomatis tidak ada lagi ikan yang akan ditangkap.
Dengan kesaktian yang dimilikinya, karena dia keturunan dewa, dia berusaha untuk menyumbat aliran sungai dengan menggunakan batu. Darimana dia mendapatkan batu? Dia mendapatkan batu dengan mengumpulkan rumput ilalang sebanyak tujuh helai (mungkin syarat dari ilmu yang dimilikinya). Setelah lalang itu didapat, kemudian dia pergi ke daerah Nanga Silat, sebuah daerah yang lumayan jauh jaraknya dari kota Sintang dengan tujuan mencari gunung yang besar untuk diambil puncaknya. Sesampainya di sebuah gunung yang merupakannya tujuan perjalanannya, maka dilaksanakan niatnya. Dengan menggunakan kesaktiannya, dikibaskannya rumput ilalang yang sudah dibawanya ke arah puncak gunung tersebut hingga puncak gunung tersebut terpotong. Kemudian potongan puncak gunung itu dililitkan dan diikat dengan menggunakan ilalang tadi. Setelah itu puncak gunung tersebut dipanggulnya untuk dibawa pulang. Luar Biasa.
Bukit Kelam itu berada di Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat Indonesia. Bukit Kelam merupakan Taman Wisata yang menawarkan panorama yang indah, beautiful. Air terjunnya sejuk, goa-goa yang dihuni oleh ribuan kelalawar, serta tumbuhan-tumbuhan dengan spesies yang ikonik seperti kantung semar dan masih banyak lagi yang bisa kita lihat di Bukit Kelam.
Bukit Kelam adalah salah satu Taman Wisata yang tidak banyak orang tahu, bahwasanya bukit ini adalah batu terbesar di dunia. Besarnya melebihi batu yang berada di Australia misalnya.
Dibalik panorama dan merupakan batu terbesar di dunia seperti itu, ternyata Bukit Kelam juga menyimpan legenda atau cerita rakyat (dongeng) yang menarik yang tersimpan di dalamnya. Jadi, saya coba menceritakan tentang Bukit Kelam yang ceritanya didapat dari kunjungan ke Bukit Kelam beberapa waktu yang lalu.
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di sebuah negeri yang bernama Sintang, hiduplah dua orang pemimpin keturunan dewa yang memiliki kesaktian yang sangat tinggi nan luar biasa. Pemimpin ini ada dua orang, yang pertama bernama Sebeji atau yang lebih dikenal dengan Bujang Beji (mungkin nickname nya ya?), dan yang kedua bernama Tumenggung Marubai.
Dua pemimpin keturunan dewa ini memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Pemimpin yang pertama (Sebeji) memiliki sifat atau karakter yang suka merusak, serakah, tamak, iri hati, dan lain-lain yang cenderung negatif. Sementara Tumenggung Marubai memiliki sifat kebalikan dari sifat yang Bujang Beji miliki. Sifat mereka berdua bagaikan bumi dan langit. Tumenggung Marubai memiliki sifat yang gemar menolong, suka berbuat baik, sebagai pemimpin dia adalah pemimpin yang bijak, dan mungkin dia gemar menabung

Selanjutnya, kedua pemimpin ini, beserta masyarakat yang dipimpinnya, memiliki mata pencaharian utama sebagai penangkap ikan dan pekerjaan sampingannya (side job) dengan berkebun dan berladang. Adapun pembagian wilayahnya Bujang Beji memiliki teritori untuk menangkap ikan di daerah aliran Sungai Kapuas, sementara Tumenggung Marubai memiliki daerah teritorial untuk menangkap ikan di daeran aliran Sungai Melawi. Karena sudah pembagian wilayah ini, kedua tidak saling mengganggu.
Seiring perjalanan waktu, Bujang Beji menghasilkan tangkapan ikan lebih sedikit dibandingkan Tumenggung Marubai dan Masyarakatnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor antara lain kondisi geografis atau keadaan sungainya. Mungkin di daerah aliran sungai Kapuas jenis ikannya homogen dan tidak bervariasi, sementara di daerah aliran sungai Melawi lebih beragam dan bervariasi spesies ikan yang hidup di dalamnya.
Dengan kondisi seperti itu, cara mereka mengambil atau menangkap menangkap ikan juga berbeda. Tumenggung Marubai menangkap ikan dengan menggunakan bubu (alat tradisional penangkap ikan berupa jebakan). Tumenggung Marubai dalam menangkap ikan akan melakukan seleksi. Ikan yang berukuran besar itulah yang diambil, untuk ikan yang berukuran kecil dilepaskannya kembali dengan harapan suatu saat ikan yang kecil akan tumbuh besar dan bisa diambil kembali. Berbeda dengan Bujang Beji yang tidak perduli. Baik ikan yang berukuran besar maupun ikan yang berukuran kecil semua ditangkap dan diambilnya.
Suatu waktu, Bujang Beji merasa hasil tangkapan ikan Tumenggung Marubai dan masyarakatnya lebih banyak dibandingkan dengan hasil tangkapannya. Mungkin karena sifat ketamakannya yang tidak mau kalah dia merasa iri. kemudian dia melakukan pengintaian untuk mencari penyebab mengapa hasil tangkapannya lebih sedikit. Setelah mendapat penyebabnya, kemudian Bujang Beji mendapat ide bagaimana caranya agar hasil tangkapannya kembali lebih banyak daripada hasil tangkapan Tumenggung Marubai dan masyarakatnya.
Setelah melakukan pengintaian, didapatlah ide yaitu dengan menggunakan tuba. Bedanya bubu dengan tuba yaitu jika bubu merupakan jebakan dan tidak merusak sementara tuba sifatnya racun mematikan dan cenderung merusa lingkungan. Baik ikan yang kecil maupun yang berukuran besar akan mati semua, mengambang dipermukaan jika terkena efeknya.
Lambat laun, seiring berjalannya waktu hasil tangkapan ikan dari Bujang Beji semakin hari semakin berkurang karena banyak ikan yang mati. Beda halnya dengan Tumenggung Marubai yang hasil tangkapannya terus dan berkesinambungan. Hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan tangkapannya selalu stabil.
Karena sifat dari Bujang Beji yang pada dasarnya selalu iri, timbul lagi niat jahat dari dalam hatinya. Yang pada awalnya tangkapan Bujang Beji melebihi dari Tumenggung Marubai, dan memang lebih, semakin hari semakin berkurang, bahkan hingga habis sama sekali akibat dari kelakuan buruknya karena menangkap ikan dengan menggunakan tuba. Kemudian niat jahat lain yang muncul adalah di dalam pikirannya dia berfikir bagaimana caranya agar Tumenggung Marubai tidak bisa menangkap ikan lagi seperti yang dialaminya.
Dalam pencarian menemukan ide bagaimana caranya agar keinginannya terlaksana Bujang Beji terus berfikir, bahkan berfikir keras, termenung, melamun baik di rumahnya dan dimana saja dia berada. Hingga pada akhirnya dia menemukan ide cemerlang, ting! Dia berfikir, dikarenakan mereka menangkap ikan di aliran sungai, maka dia mengambil kesimpulan dan merencanakan strategi bagaimana caranya agar ikan-ikan yang berada di hulu tidak sampai di hilir. Adapun untuk mencapai tujuannya dia berniat untuk menyumbat aliran sungai Melawi yang merupakan daerah Tumenggung Marubai dan masyarakatnya menangkap ikan sehari-hari. Sehingga dengan cara tersebut Tumenggung Marubai dan masyarakatnya tidak bisa menangkap ikan dikarenakan aliran sungai yang tersumbat yang otomatis tidak ada lagi ikan yang akan ditangkap.
Dengan kesaktian yang dimilikinya, karena dia keturunan dewa, dia berusaha untuk menyumbat aliran sungai dengan menggunakan batu. Darimana dia mendapatkan batu? Dia mendapatkan batu dengan mengumpulkan rumput ilalang sebanyak tujuh helai (mungkin syarat dari ilmu yang dimilikinya). Setelah lalang itu didapat, kemudian dia pergi ke daerah Nanga Silat, sebuah daerah yang lumayan jauh jaraknya dari kota Sintang dengan tujuan mencari gunung yang besar untuk diambil puncaknya. Sesampainya di sebuah gunung yang merupakannya tujuan perjalanannya, maka dilaksanakan niatnya. Dengan menggunakan kesaktiannya, dikibaskannya rumput ilalang yang sudah dibawanya ke arah puncak gunung tersebut hingga puncak gunung tersebut terpotong. Kemudian potongan puncak gunung itu dililitkan dan diikat dengan menggunakan ilalang tadi. Setelah itu puncak gunung tersebut dipanggulnya untuk dibawa pulang. Luar Biasa.

Selanjutnya silahkan mas brader dan mbak sistah simak kembali kelanjutan ceritanya berikut ini

Spoiler for terjemahan:
Saya tidak habis pikir membayangkan Bujang Beji memotong puncak gunung hanya dengan menggunakan ilalang, kemudian mengikat dan membawa puncak gunung tersebut dengan menggunakan ilalang juga. Tapi ... ah sudahlah. Saya mencoba memaklumi karena beliau keturunan dewa. Mari kita lanjutkan lagi ceritanya.
Di tengah perjalan dari daerah Nanga Silat menuju hulu sungai Melawi, dia mendengar suara orang tertawa, cekikikan, hahaha hihihi. Suara tawa itu terus-menerus mengiringi perjalanannya. Karena dia merasa terganggu dengan suara tawa tersebut hingga muncul rasa kekesalan dari dalam hatinya. Dia berusaha untuk melihat sumber suara tawa itu yang ternyata berasal dari atas. Muncul keinginan Bujang Beji untuk melihat darimana sumber suara tadi dan siapa orang yang tertawa. Hal ini yang menyebabkan dia menjadi kurang fokus. Mungkin karena dia sudah merasa lelah berjalan, membawa beban berupa batu di pundak, ditertawakan pula. Pada saat dia ingin mendongakkan kepalanya, batu yang berada di pundaknya terlepas dan jatuh ke tanah. Akibat kejadian itu, dia melakukan gerakan spontan (reflek), dan secara tidak sengaja kakinya menginjak duri. Kemudian dia berusaha untuk melepaskan duri itu dengan cara menginjak sambil mengusapkan telapak kakinya ke batu yang berada di sekitarnya. Lagi-lagi sungguh luar biasa karena batu yang diinjaknya tersebut ternyata bukit juga
(Kembali ke suara tertawa)
Suara tawa tadi itu adalah suara tawa utusan dari khayangan. Suara tawa itu adalah suara tawanya para bidadari yang ternyata telah lama mengawasi kelakuan atau gerak gerik Sebeji. Ternyata telah lama dipasang cctv untuk melakukan pengawasan.
Selanjutnya dengan rasa emosi dan amarah dia melihat ke arah para bidadari dan berkata"awas kalian, karena mentertawakanku. Akan kubalas suatu saat nanti !". Kemarahan Bujang Beji ini dikarenakan batu yang jatuh tadi tidak bisa diambil dan diangkatnyanya kembali meski dia telah berusaha sekuat tenaga. Batu yang jatuh itu tidak juga bisa diangkat meskipun dengan bantuan alat pengungkit yang didapat dari bukit yang dipijaknya untuk melepaskan duri. Bahkan bukit yang digunakan untuk pengungkit itu patah.
Penuh rasa dendam diapun memutuskan untuk pulang ke rumah. Rencana gagal. Fail. Bagaimana tidak emosi jika rencana gagal. Sudah bersusah payah mendapatkan batu, membawanya melelahkan karena berat, yang akhirnya jatuh dan tak bisa diambilnya kembali. Malahan ditertawakan lagi
Sesampainya di rumah, timbul lagi niat jahatnya untuk membalas dendam. Niat jahat yang tak ada habis-habisnya. Niat jahat yang pada awalnya ditujukan kepada Tumenggung Marubai telah dilupakan kini muncul niat jahat kepada para bidadari yang mentertawakannya. Kemudian dia berfikir kembali bagaimana caranya agar dendamnya terlampiaskan.
Pada saat dia melakukan semedi, sesekali melamun untuk mendapatkan ide, akhirnya dia memutuskan untuk main kasar saja. Bujang Beji memutuskan untuk mendatangi langsung para bidadari tersebut dengan tujuan untuk menyakiti mereka seperti halnya rasa sakit yang dia rasakan.
Keesokan harinya dia mencari bibit tanaman dengan tujuan untuk menanamnya dengan harapan agar tanaman ini tumbuh menjadi pohon besar menjulang langit. Adapan pohon yang dicarinya ini bernama Kumang Mambu. Setelah ia mendapatkan bibit pohon ini, dia rawat dan pelihara dengan baik (karena dia punya basic seorang petani). Ternyata benar, memang pohon ini dapat tumbuh tinggi menjulang langit. Jika kita orang biasa ingin melihat pucuk pohon tersebut dari bawah bakal tidak kelihatan karena begitu tinggi itu pohon kumang mambu.
Kemudian rencanapun disusun dengan matang untuk mendatangi para bidadari. Sebelum dia melaksanakan niatnya, Bujang Beji melakukan ritual sebagai syarat agar tujuannya tercapai. Adapun ritual yang dilakukannya adalah dengan memberi sesajen kepada para makhluk halus serta memberi makan seluruh hewan yang ada di sekitarnya dengan harapan para makhluk halus dan hewan-hewan itu tidak mengganggu dalam pelaksaan niatnya tadi. Mungkin karena pengalamannya yang sering gagal sehingga Bujang melakukan ritual tersebut.
Pemberian sesajen kepada para makhluk halus dan mengundang seluruh hewan untuk diajak makanpun dilakukan. Namun setelah acara ritual usai, ternyata ada dua hewan yang terlupakan. Hewan yang terlupakan tersebut yang pertama adalah rayap. Masyarakat ada yang menyebutnya dengan nama rampok, dan hewan yang kedua adalah beruang. Menjelang Hari-H pelaksanaan hajatan Bujang Beji mendatangi para bidadari, kedua hewan itu bertemu. Rayap memiliki raja demikian pula dengan beruang. Kemudian terjadilah percakapan antar raja rayap dan raja beruang:
Raja Rayap : "hai Beruang"
Raja Beruang : "hai Rayap, ada kabar apa?"
Raja Rayap : "ah, tak ada apa-apa. Sekedar ingin bertanya apakah engkau diundang pada acaranya Bujang Beji?
Raja Beruang : "Oh saya tidak diundang, kenapa memangnya?"
Raja Rayap : "oh begitu ya, akupun juga tidak diundang. Kira-kira kenapa ya? Muncul kebingungan dan tanda tanya di benak raja rayap. Kemudian dia melanjutkan "apakah mungkin Bujang Beji Sentimen kepada kita?" (dengan nada kekecewaan).
Kemudian raja beruang menanggapinya.
Raja Beruang : "lantas kita harus bagaimana"
Raja Rayap : "dengar-dengar dia ada hajatan nih, kalau tidak salah dia ingin menemui para bidadari di hayangan"
Raja Beruang : "Dalam rangka apa?"
Raja Rayap : "ah, saya kurang tau juga. Namun sebelum dia melaksanakan niatnya bagaimana kalau kita ketemu lagi untuk berunding, bermusyawarah untuk mufakat, agar tujuan Bujang Beji jangan sampai gol, jangan sampai sukses, jangan sampai tercapai apa dan bagaimanapun caranya"
Raja Beruang : "kapan waktunya"
Raja Rayap : "nanti kita atur jadwalnya"
Menjelang Hari-H Bujang Beji yang ingin mendatangi para bidadari, diadakanlah pertemuan antara kelompok rayap dan kelompok beruang di suatu tempat pada malam hari. Adapun percakapan meraka kurang lebih seperti ini,
Raja Rayap : "jadi bagaimana ini wahai beruang?"
Raja Beruang : "wah saya kurang tau juga harus bagaimana, saya ikut saja mana baiknya"
Seiring agenda rapat didapatlah solusi, jalan keluat, sebuah kesepakatan yang mereka ambil.
Raja Rayap : "begini saja, bagaimana kalau pada saat Bujang Beji memanjat kita robohkan pohon yang dipanjatnya".
Raja Beruang : "wah, mana sanggup saya merobohkan pohon kumang mambu itu" dengan terkejut dia menjawab
Raja Rayap : "engkau saja yang memiliki badan besar tidak sanggup, apalagi aku"
Raja Beruang : "benar juga ya"
Akhirnya mereka sepakat untuk berusaha merobohkan pohon kumang mambu dengan cara; rayap dengan kemampuannya menggerogoti bagian bawah pohon terutama dan beruang beserta kekuatannya ikut membantu dengan cara menggigit dan mencabik-cabik menggunakan gigi dan kukunya yang tajam.
Pada Hari-H pelaksaan, dipanjatlah pohon kumang mambu tersebut oleh Bujang Beji sementara para kelompok rayap dan kelompok beruang bersembunyi. Disaat Bujang Beji naik perlahang-lahan dan semakin tinggi, keluarlah kedua kelompok hewan tadi guna melaksanakan rencana yang telah disusun. Secara bekerja sama mereka bahu-membahu sekuat tenaga agar bagaimanapun caranya pohon itu harus tumbang. Lambat laun usaha mereka membuahkan hasil. Pohon besar yang besar dan kokoh itu perlahan bergoyang dan berada dalam posisi miring padahal Bujang Beji sudah hampir (sedikit lagi) sampai ke kahayangan.
Akhirnya pohon kumang mambu itupun tumbang dan Bujang Bejipun terjatuh. Yang lebih naasnya lagi pohon itu tumbang dan menimpa dirinya. Kejadian inilah yang menyebabkan kematiannya. Mungkin ini yang menjadi kelemahan kesaktiannya, kelemahannya senjata makan tuan. Tewas akibat tertimpa dari pohon yang telah dirawatnya dari kecil. Tragis.
Demikianlah, seiring berjalannya waktu, batu yang didapatnya dengan memotong puncak gunung itu tumbuh dan menjelma menjadi Bukit Kelam yang berada di daerah Sintang. Kemudian bukit kecil yang digunakan untuk mengungkit dan patah itu tumbuh juga menjadi sebuah bukit yang lebih besar. Dari beberapa patahan yang ada, salah satunya menjadi Bukit Liut.
Di tengah perjalan dari daerah Nanga Silat menuju hulu sungai Melawi, dia mendengar suara orang tertawa, cekikikan, hahaha hihihi. Suara tawa itu terus-menerus mengiringi perjalanannya. Karena dia merasa terganggu dengan suara tawa tersebut hingga muncul rasa kekesalan dari dalam hatinya. Dia berusaha untuk melihat sumber suara tawa itu yang ternyata berasal dari atas. Muncul keinginan Bujang Beji untuk melihat darimana sumber suara tadi dan siapa orang yang tertawa. Hal ini yang menyebabkan dia menjadi kurang fokus. Mungkin karena dia sudah merasa lelah berjalan, membawa beban berupa batu di pundak, ditertawakan pula. Pada saat dia ingin mendongakkan kepalanya, batu yang berada di pundaknya terlepas dan jatuh ke tanah. Akibat kejadian itu, dia melakukan gerakan spontan (reflek), dan secara tidak sengaja kakinya menginjak duri. Kemudian dia berusaha untuk melepaskan duri itu dengan cara menginjak sambil mengusapkan telapak kakinya ke batu yang berada di sekitarnya. Lagi-lagi sungguh luar biasa karena batu yang diinjaknya tersebut ternyata bukit juga

(Kembali ke suara tertawa)
Suara tawa tadi itu adalah suara tawa utusan dari khayangan. Suara tawa itu adalah suara tawanya para bidadari yang ternyata telah lama mengawasi kelakuan atau gerak gerik Sebeji. Ternyata telah lama dipasang cctv untuk melakukan pengawasan.
Selanjutnya dengan rasa emosi dan amarah dia melihat ke arah para bidadari dan berkata"awas kalian, karena mentertawakanku. Akan kubalas suatu saat nanti !". Kemarahan Bujang Beji ini dikarenakan batu yang jatuh tadi tidak bisa diambil dan diangkatnyanya kembali meski dia telah berusaha sekuat tenaga. Batu yang jatuh itu tidak juga bisa diangkat meskipun dengan bantuan alat pengungkit yang didapat dari bukit yang dipijaknya untuk melepaskan duri. Bahkan bukit yang digunakan untuk pengungkit itu patah.
Penuh rasa dendam diapun memutuskan untuk pulang ke rumah. Rencana gagal. Fail. Bagaimana tidak emosi jika rencana gagal. Sudah bersusah payah mendapatkan batu, membawanya melelahkan karena berat, yang akhirnya jatuh dan tak bisa diambilnya kembali. Malahan ditertawakan lagi

Sesampainya di rumah, timbul lagi niat jahatnya untuk membalas dendam. Niat jahat yang tak ada habis-habisnya. Niat jahat yang pada awalnya ditujukan kepada Tumenggung Marubai telah dilupakan kini muncul niat jahat kepada para bidadari yang mentertawakannya. Kemudian dia berfikir kembali bagaimana caranya agar dendamnya terlampiaskan.
Pada saat dia melakukan semedi, sesekali melamun untuk mendapatkan ide, akhirnya dia memutuskan untuk main kasar saja. Bujang Beji memutuskan untuk mendatangi langsung para bidadari tersebut dengan tujuan untuk menyakiti mereka seperti halnya rasa sakit yang dia rasakan.
Keesokan harinya dia mencari bibit tanaman dengan tujuan untuk menanamnya dengan harapan agar tanaman ini tumbuh menjadi pohon besar menjulang langit. Adapan pohon yang dicarinya ini bernama Kumang Mambu. Setelah ia mendapatkan bibit pohon ini, dia rawat dan pelihara dengan baik (karena dia punya basic seorang petani). Ternyata benar, memang pohon ini dapat tumbuh tinggi menjulang langit. Jika kita orang biasa ingin melihat pucuk pohon tersebut dari bawah bakal tidak kelihatan karena begitu tinggi itu pohon kumang mambu.
Kemudian rencanapun disusun dengan matang untuk mendatangi para bidadari. Sebelum dia melaksanakan niatnya, Bujang Beji melakukan ritual sebagai syarat agar tujuannya tercapai. Adapun ritual yang dilakukannya adalah dengan memberi sesajen kepada para makhluk halus serta memberi makan seluruh hewan yang ada di sekitarnya dengan harapan para makhluk halus dan hewan-hewan itu tidak mengganggu dalam pelaksaan niatnya tadi. Mungkin karena pengalamannya yang sering gagal sehingga Bujang melakukan ritual tersebut.
Pemberian sesajen kepada para makhluk halus dan mengundang seluruh hewan untuk diajak makanpun dilakukan. Namun setelah acara ritual usai, ternyata ada dua hewan yang terlupakan. Hewan yang terlupakan tersebut yang pertama adalah rayap. Masyarakat ada yang menyebutnya dengan nama rampok, dan hewan yang kedua adalah beruang. Menjelang Hari-H pelaksanaan hajatan Bujang Beji mendatangi para bidadari, kedua hewan itu bertemu. Rayap memiliki raja demikian pula dengan beruang. Kemudian terjadilah percakapan antar raja rayap dan raja beruang:
Raja Rayap : "hai Beruang"
Raja Beruang : "hai Rayap, ada kabar apa?"
Raja Rayap : "ah, tak ada apa-apa. Sekedar ingin bertanya apakah engkau diundang pada acaranya Bujang Beji?
Raja Beruang : "Oh saya tidak diundang, kenapa memangnya?"
Raja Rayap : "oh begitu ya, akupun juga tidak diundang. Kira-kira kenapa ya? Muncul kebingungan dan tanda tanya di benak raja rayap. Kemudian dia melanjutkan "apakah mungkin Bujang Beji Sentimen kepada kita?" (dengan nada kekecewaan).
Kemudian raja beruang menanggapinya.
Raja Beruang : "lantas kita harus bagaimana"
Raja Rayap : "dengar-dengar dia ada hajatan nih, kalau tidak salah dia ingin menemui para bidadari di hayangan"
Raja Beruang : "Dalam rangka apa?"
Raja Rayap : "ah, saya kurang tau juga. Namun sebelum dia melaksanakan niatnya bagaimana kalau kita ketemu lagi untuk berunding, bermusyawarah untuk mufakat, agar tujuan Bujang Beji jangan sampai gol, jangan sampai sukses, jangan sampai tercapai apa dan bagaimanapun caranya"
Raja Beruang : "kapan waktunya"
Raja Rayap : "nanti kita atur jadwalnya"

Menjelang Hari-H Bujang Beji yang ingin mendatangi para bidadari, diadakanlah pertemuan antara kelompok rayap dan kelompok beruang di suatu tempat pada malam hari. Adapun percakapan meraka kurang lebih seperti ini,
Raja Rayap : "jadi bagaimana ini wahai beruang?"
Raja Beruang : "wah saya kurang tau juga harus bagaimana, saya ikut saja mana baiknya"
Seiring agenda rapat didapatlah solusi, jalan keluat, sebuah kesepakatan yang mereka ambil.
Raja Rayap : "begini saja, bagaimana kalau pada saat Bujang Beji memanjat kita robohkan pohon yang dipanjatnya".
Raja Beruang : "wah, mana sanggup saya merobohkan pohon kumang mambu itu" dengan terkejut dia menjawab
Raja Rayap : "engkau saja yang memiliki badan besar tidak sanggup, apalagi aku"
Raja Beruang : "benar juga ya"
Akhirnya mereka sepakat untuk berusaha merobohkan pohon kumang mambu dengan cara; rayap dengan kemampuannya menggerogoti bagian bawah pohon terutama dan beruang beserta kekuatannya ikut membantu dengan cara menggigit dan mencabik-cabik menggunakan gigi dan kukunya yang tajam.
Pada Hari-H pelaksaan, dipanjatlah pohon kumang mambu tersebut oleh Bujang Beji sementara para kelompok rayap dan kelompok beruang bersembunyi. Disaat Bujang Beji naik perlahang-lahan dan semakin tinggi, keluarlah kedua kelompok hewan tadi guna melaksanakan rencana yang telah disusun. Secara bekerja sama mereka bahu-membahu sekuat tenaga agar bagaimanapun caranya pohon itu harus tumbang. Lambat laun usaha mereka membuahkan hasil. Pohon besar yang besar dan kokoh itu perlahan bergoyang dan berada dalam posisi miring padahal Bujang Beji sudah hampir (sedikit lagi) sampai ke kahayangan.
Akhirnya pohon kumang mambu itupun tumbang dan Bujang Bejipun terjatuh. Yang lebih naasnya lagi pohon itu tumbang dan menimpa dirinya. Kejadian inilah yang menyebabkan kematiannya. Mungkin ini yang menjadi kelemahan kesaktiannya, kelemahannya senjata makan tuan. Tewas akibat tertimpa dari pohon yang telah dirawatnya dari kecil. Tragis.
Demikianlah, seiring berjalannya waktu, batu yang didapatnya dengan memotong puncak gunung itu tumbuh dan menjelma menjadi Bukit Kelam yang berada di daerah Sintang. Kemudian bukit kecil yang digunakan untuk mengungkit dan patah itu tumbuh juga menjadi sebuah bukit yang lebih besar. Dari beberapa patahan yang ada, salah satunya menjadi Bukit Liut.
Quote:
Mungkin hanya segitu yang bisa saya utarakan jika saya ditanya tentang cerita asal mula Bukit Kelam yang saya tau. Saya rasa cuma segitu kemampuan saya, jauuuh dari kesempurnaan. Namun harapan saya kita bisa mengambil hikmahnya, paling tidak kita jaga cerita ini jangan sampai anak cucu kita tidak pernah mendengar cerita ini lagi karena saya juga lupa-lupa ingat cerita ini. Dibalik itu, hikmah lain yang dapat kita ambil yaitu janganlah kita seperti Bujang Beji, cukuplah Bujang Beji saja yang memiliki sifat yang kurang baik. Kalaupun suatu saat kita menjadi pemimpin, jadilah pemimpin yang bijak. Utamakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh rayap dan beruang.
Seperti petuah Melayu, kalau ada mufakat, kalau ada beban ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Tidak seperti Bujang Beji tadi. Dan seperti itulah jika saya ditanya sama abang nich, sama ente nich bro, hanya ini saja yang saya bisa. Kurang lebihnya saya mohon maaf ya, mungkin tidak sesuai ekspektasi cerita saya ini. Namun secara garis besar sudah saya utarakan. Besar harapan saya kawan-kawan main-mainlah ke Bukit Kelam, seperti apa sich batu terbesar di dunia itu? Harapan lain jagalah Taman Wisata yang kita punya kebanggaan kita bersama. Saya rasa masih banyak tempat-tempat wisata atau tempat tempat yang juga memiliki cerita. Lain waktulah kita cerita lagi, karena hari sudah siang, cuaca semakin panas, jam istirahat siangpun sudah injury time. Bila ketemu saya di jalan tegur saja jika ingin mendengar cerita lainnya. Kalau bisa saya cerita, saya akan menceritakannya. Terimakasih :terimakasih
Seperti petuah Melayu, kalau ada mufakat, kalau ada beban ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Tidak seperti Bujang Beji tadi. Dan seperti itulah jika saya ditanya sama abang nich, sama ente nich bro, hanya ini saja yang saya bisa. Kurang lebihnya saya mohon maaf ya, mungkin tidak sesuai ekspektasi cerita saya ini. Namun secara garis besar sudah saya utarakan. Besar harapan saya kawan-kawan main-mainlah ke Bukit Kelam, seperti apa sich batu terbesar di dunia itu? Harapan lain jagalah Taman Wisata yang kita punya kebanggaan kita bersama. Saya rasa masih banyak tempat-tempat wisata atau tempat tempat yang juga memiliki cerita. Lain waktulah kita cerita lagi, karena hari sudah siang, cuaca semakin panas, jam istirahat siangpun sudah injury time. Bila ketemu saya di jalan tegur saja jika ingin mendengar cerita lainnya. Kalau bisa saya cerita, saya akan menceritakannya. Terimakasih :terimakasih
sumber
Diubah oleh lamberianto. 18-03-2020 16:38






gomoro1234 dan 10 lainnya memberi reputasi
7
22.3K
Kutip
2.7K
Balasan


Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!

Kalimantan Barat
1.6KThread•1.2KAnggota
Urutkan
Terlama


Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru