- Beranda
- Stories from the Heart
Bab 16 : Ajakan Nikah (A Little Cupid)
...
TS
cicimasni
Bab 16 : Ajakan Nikah (A Little Cupid)
Bab 16 : Ajakan Nikah
πΈπΈπΈ
"Aku hanya melanjutkan kebohonganmu saja. Kamu nggak mau menyakiti perasaan ibumu kan!!. Aku juga nggak mau disalahkan!."
Lily menarik nafas kesal. Setelah obrolan tidak masuk akal bersama ibu dan adiknya beberapa saat yang lalu. Mereka pamit pergi dengan alasan makan siang.
Mereka pergi ke Palembang Square dan makan siang disana.
"Sejauh mana kamu mengatakan kebohongan itu pada ibuku??." Lily bertanya putus asa.
"Bagaimana kita saling kenal, kapan kita pacaran, berapa lama, dan apa rencana kita untuk masa depan kita dan juga Rion."
"Mama...nyam-nyam.." Ungkap si kecil yang duduk di kursi bayi. Lily menghentikan gerakannya menyuapi Arion ketika mendengar jawaban Varo.
Pria itu kembali melanjutkan penjelasannya, "Aku menjawab jujur. Kita bertemu dirumah sakit, karena bantuan mu lah Rion selamat. Kita saling kenal hampir setahun, dan Rion terbiasa memanggilmu mama. Dan rencana masa depan...itu tergantung dari keputusanmu. Aku pastinya akan mengadopsi Rion menjadi anakku."
"....." Lily terdiam cukup lama. Tak ada yang aneh dari jawaban pria itu. Lalu kenapa ibunya mendadak membicarakan tentang pernikahan.
"Adikmu tiba-tiba berkata ingin menikah berbarengan denganmu, lalu mereka mulai membahas soal itu ketika kamu datang. Aku hanya menjawab yang sebenarnya bahwa semua keputusan ada padamu."
"...."Jadi itu tergantung dari apakah Lily akan melanjutkan kesalahpahaman ibu dan adiknya atau memilih untuk mengungkapkan yang sebenarnya.
Lily menghela nafas dalam, lalu mengeluarkan ponselnya, ia menunjukkan pesan WA dari temannya yang tak sengaja bertemu dengannya pagi tadi.
"Tito Akran, dia salah satu rekan kerjaku di tempat kerjaku yang lama. Kami tadi tidak sengaja bertemu di depan gerbang rumah sakit. Kami mengobrol tentang masa lalu di kantin, dengan ending...Dia....ingin menjalin hubungan denganku."
Varo membaca pesan di layar ponsel Lily. Bahkan dalam kurun waktu setengah hari, pria itu sudah mengirimi banyak pesan yang menceritakan tentang dirinya pada gadis itu.
Tatapan Varo berhenti pada pesan terakhir yang di kirim pria itu.
'dulu aku sempat menyukaimu. Apakah kita bisa menjadi lebih dekat dari sekedar teman??'
Varo meletakkan ponsel itu diatas meja. "Kamu lupa kalau kemarin harusnya Rion di imunisasi."
"...Apa!!!." Lily bergegas membuka tas bayi dan mencari buku catatan kesehatan Arion dan dan benar saja, Si kecil itu harusnya imunisasi kemarin.
"Aku tidak bisa mentoleransi mu yang melupakan hal penting seperti itu. Jangan menjalin hubungan dengan siapapun kalau kamu nggak bisa fokus dengan apa yang harusnya menjadi prioritasmu!!."
Ungkapan terakhir itu terdengar seperti ancaman.
"Aku sudah membayar mahal untuk semua itu."
"...." Lily menatap Rion, merasa bersalah. "Kenapa kamu nggak bilang kemarin?? tanya gadis itu.
"Kamu bilang aku nggak boleh ke Rumah Sakit"
"Itu karena kamu bertanya tentang kamar rawat adik ku."
"Aku nggak bilang kalau mau ke sana."
"Tapi kamu ke sana hari ini."
Varo tersenyum sinis sebelum menjawab. "Kalau bukan karena kebohongan mu pada Bunda, dia tidak akan mengenali dan mengajakku menjenguk adik mu."
"......"Lily kembali menutup mulutnya yang mau melontarkan ungkapan kesal. "Jadi kenapa kamu ke Rumah Sakit??, Apa memang hanya untuk imunisasi Rion."
"Memangnya ada alasan lain??. Aku tidak seperti orang yang melupakan kesehatan anaknya sendiri."
"....."π€¬π€¬
Lily mengambil ponselnya, menyalin semua jadwal penting dari buku catatan kesehatan Arion dan memindahkannya ke ponselnya, memasang alarm untuk semua kegiatan penting.
Varo tidak ingin kembali ke Rumah Sakit. Pria itu ingin jalan keliling Palembang. Jadi setelah mereka selesai makan dan tentunya membeli pakaian baru untuk Arion lagi, Lily bertugas menjadi guide pria itu.
"Ma'af...aku bukan orang yang suka jalan-jalan. Jadi...aku tidak tau tempat wisata yang bagus. Paling cuma pulau kemarau dan bird Park." Lily meminta ma'af sambil memasangkan gendongan kangguru di badan Varo. "Nanti kita bisa gantian menggendongnya. Si kecil ini berat badannya pasti bertambah."
Varo mengangguk tanpa mengatakan apapun. Pria itu mengambil selfie dan membuat Lily terkejut.
"Kenapa??...nggak boleh??" Tanya pria itu santai ketika melihat ekspresi kaget diwajah Lily.
Lily berniat mengabaikan tingkah baru pria itu, ketika hampir setiap menit pria itu kembali mengambil foto, baik mereka sedang dalam perjalanan, atau di tempat-tempat yang terlihat bagus.
"Setidaknya katakan waktu kamu ngambil fotonya. Tampang jelekku terlihat makin jelek disana." Lily akhirnya berkomentar.
Varo lagi-lagi tersenyum sinis. "Aku nggak ngajakin kamu foto. Kamunya aja yang ke geeranπ."
ππ
Mereka kembali ke hotel jam 7 malam. Lily berniat langsung kembali kerumahnya, tapi Varo memintanya untuk kembali dan makan bersama. Pria itu bahkan sudah memesankan satu kamar hotel lagi tanpa sepengetahuan Lily dan hal itu membuat gadis itu kesal.
"Pemborosan!!. Rumahku kan cuma 10 menit dari sini. Aku juga udah masak nasi dan lauk pauk pagi tadi, siapa yang akan memakannya kalau aku nginap disini."
Varo menjawab santai. "Kalau begitu kamu bisa pulang, mandi dan berganti pakaian, lalu kesini dan membawa semua yang kamu masak. Kita tak perlu memesan makanan, jadi tidak boros kan!!."
Bahkan harga makanan buatanku tak sampai seperempat dari pada menginap satu malam di hotel iniπ. Aku juga harus mengeluarkan ongkos ojek bolak balik. Benar-benar rugi!!!.
Meski mengeluh, Lily tetap menuruti kemauan pria itu. Ia bolak balik dari hotel kerumahnya lalu kembali lagi ke hotel membawa baju ganti dan makanan buatannya.
Lily beberapa kali melirik ke arah Varo yang terlihat sibuk dengan ponselnya ketika mereka sedang makan. Bahkan sesekali ada senyum kecil yang muncul di wajah dingin pria itu.
Dia mengirim pesan ke siapa??
Tapi, begitu ponsel Lily berbunyi dan menerima notifikasi pesan WA, gadis itu tak lagi memperhatikan Varo. Ia bahkan tak menyadari sekarang giliran pria itu yang terus melirik kearahnya dengan pandangan curiga.
15 menit kemudian. Lily menyuapi Arion makan sambil mengajarinya bicara, sementara Varo hanya duduk memperhatikan mereka.
"Makan....makan..." Lily mengulangi perkataannya pada Arion.
Si kecil itu mengulangi perkataan Lily dengan suara menggemaskannya. "Kan-kan~kan-kan~"
Ahhh...ππ. Imutnya~
"Aku bisa mengajarinya dengan lebih baik." Ungkap pria itu akhirnya duduk disebelah Lily.
"I Love You..." Ucap pria itu membuat Lily hampir tertawa.
"Kenapa kamu malah mengajarinya kata-kata seperti itu???. Dia terlalu kecil untuk jadi playboy."
Varo mengabaikan Lily. Ia masih terus bicara pada Arion, meminta keponakannya itu mengulangi perkataannya. "Coba bilang....I Love You~"
"I...wov..yu~" Arion benar-benar mengulangi ucapan Varo dengan logat lucunya yang mau tak mau membuat Varo dan Lily tersenyum senang.
Keduanya lalu sibuk mengajari Arion beberapa kata sampai si kecil itu menguap lebar.
"....sudah waktunya tidur." Lily menggendong Arion sementara Varo menata bantal di tempat tidur.
15 menit kemudian, Arion tertidur lelap, Lily meletakkannya di tempat tidur lalu menghampiri Varo yang duduk di teras hotel.
"Kalau kamu banyak kerjaan kenapa kesini??" Tanya gadis itu ketika melihat Varo sibuk dengan ponselnya.
"Jadi kalau nggak ada kerjaan, aku boleh ke sini lagi??". Varo menjawab pertanyaan gadis itu dengan pertanyaan.
Lily hanya mengangkat bahunya. Keduanya terdiam cukup lama. Varo kembali sibuk dengan ponselnya sementara Lily menikmati pemandangan malam didepan mereka.
"Aku akan bilang ke Bunda besok kalau kita nggak ada hubungan apa-apa selain pekerjaan." Lily kembali bicara.
Varo hanya diam dan menatap gadis itu.
"Jadi kamu juga nggak perlu repot membantuku berbohong lagi."
Varo menarik nafas dalam. Entah kenapa dia merasa kesal mendengar pernyataan itu. "Aku nggak keberatan melakukannya."
Lily tersenyum. "Aku yang keberatan. Aku nggak suka bohong sama Bunda, dia pasti sakit hati kalau sampai kebohongan ini ketahuan. Bunda...benar-benar berharap aku cepat menikah."
"Kalau gitu kita tinggal nikah aja!"
"Apa!!!"
Varo melirik Lily sekilas, lalu segera perpaling. "Desember. Kita nikah!."
"....."Lily menarik nafas kesal. "Apa kau menyukai ku??"
"Nggak!."
"....terus kenapa ngajakin nikah???, Kamu pikir nikah itu permainan, yang tinggal jawab 'ayo' lalu semuanya dimulai. Nggak segampang itu."
Varo kembali menarik nafas dalam. Sekarang ia fokus menatap gadis didepannya. "Ulang lagi pertanyaannya!" Pinta pria itu.
"Pertanyaan yang mana??"
"Yang sebelum kamu jawab panjang lebar."
"...."Lily rasanya ingin memukul pria didepannya itu. "Apa kau menyukai ku??."
"Nggak!!."
π€¬π€¬π€¬. Ia memaki pria itu dalam hatinya.
"Nggak tau." Varo kembali berkata, kali ini ada sedikit senyum diwajahnya. "Yang pasti aku nggak membenci mu."π
"......"π
πΈπΈπΈ
Bab selanjutnya :
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...751344f32853ce
πΈπΈπΈ
"Aku hanya melanjutkan kebohonganmu saja. Kamu nggak mau menyakiti perasaan ibumu kan!!. Aku juga nggak mau disalahkan!."
Lily menarik nafas kesal. Setelah obrolan tidak masuk akal bersama ibu dan adiknya beberapa saat yang lalu. Mereka pamit pergi dengan alasan makan siang.
Mereka pergi ke Palembang Square dan makan siang disana.
"Sejauh mana kamu mengatakan kebohongan itu pada ibuku??." Lily bertanya putus asa.
"Bagaimana kita saling kenal, kapan kita pacaran, berapa lama, dan apa rencana kita untuk masa depan kita dan juga Rion."
"Mama...nyam-nyam.." Ungkap si kecil yang duduk di kursi bayi. Lily menghentikan gerakannya menyuapi Arion ketika mendengar jawaban Varo.
Pria itu kembali melanjutkan penjelasannya, "Aku menjawab jujur. Kita bertemu dirumah sakit, karena bantuan mu lah Rion selamat. Kita saling kenal hampir setahun, dan Rion terbiasa memanggilmu mama. Dan rencana masa depan...itu tergantung dari keputusanmu. Aku pastinya akan mengadopsi Rion menjadi anakku."
"....." Lily terdiam cukup lama. Tak ada yang aneh dari jawaban pria itu. Lalu kenapa ibunya mendadak membicarakan tentang pernikahan.
"Adikmu tiba-tiba berkata ingin menikah berbarengan denganmu, lalu mereka mulai membahas soal itu ketika kamu datang. Aku hanya menjawab yang sebenarnya bahwa semua keputusan ada padamu."
"...."Jadi itu tergantung dari apakah Lily akan melanjutkan kesalahpahaman ibu dan adiknya atau memilih untuk mengungkapkan yang sebenarnya.
Lily menghela nafas dalam, lalu mengeluarkan ponselnya, ia menunjukkan pesan WA dari temannya yang tak sengaja bertemu dengannya pagi tadi.
"Tito Akran, dia salah satu rekan kerjaku di tempat kerjaku yang lama. Kami tadi tidak sengaja bertemu di depan gerbang rumah sakit. Kami mengobrol tentang masa lalu di kantin, dengan ending...Dia....ingin menjalin hubungan denganku."
Varo membaca pesan di layar ponsel Lily. Bahkan dalam kurun waktu setengah hari, pria itu sudah mengirimi banyak pesan yang menceritakan tentang dirinya pada gadis itu.
Tatapan Varo berhenti pada pesan terakhir yang di kirim pria itu.
'dulu aku sempat menyukaimu. Apakah kita bisa menjadi lebih dekat dari sekedar teman??'
Varo meletakkan ponsel itu diatas meja. "Kamu lupa kalau kemarin harusnya Rion di imunisasi."
"...Apa!!!." Lily bergegas membuka tas bayi dan mencari buku catatan kesehatan Arion dan dan benar saja, Si kecil itu harusnya imunisasi kemarin.
"Aku tidak bisa mentoleransi mu yang melupakan hal penting seperti itu. Jangan menjalin hubungan dengan siapapun kalau kamu nggak bisa fokus dengan apa yang harusnya menjadi prioritasmu!!."
Ungkapan terakhir itu terdengar seperti ancaman.
"Aku sudah membayar mahal untuk semua itu."
"...." Lily menatap Rion, merasa bersalah. "Kenapa kamu nggak bilang kemarin?? tanya gadis itu.
"Kamu bilang aku nggak boleh ke Rumah Sakit"
"Itu karena kamu bertanya tentang kamar rawat adik ku."
"Aku nggak bilang kalau mau ke sana."
"Tapi kamu ke sana hari ini."
Varo tersenyum sinis sebelum menjawab. "Kalau bukan karena kebohongan mu pada Bunda, dia tidak akan mengenali dan mengajakku menjenguk adik mu."
"......"Lily kembali menutup mulutnya yang mau melontarkan ungkapan kesal. "Jadi kenapa kamu ke Rumah Sakit??, Apa memang hanya untuk imunisasi Rion."
"Memangnya ada alasan lain??. Aku tidak seperti orang yang melupakan kesehatan anaknya sendiri."
"....."π€¬π€¬
Lily mengambil ponselnya, menyalin semua jadwal penting dari buku catatan kesehatan Arion dan memindahkannya ke ponselnya, memasang alarm untuk semua kegiatan penting.
Varo tidak ingin kembali ke Rumah Sakit. Pria itu ingin jalan keliling Palembang. Jadi setelah mereka selesai makan dan tentunya membeli pakaian baru untuk Arion lagi, Lily bertugas menjadi guide pria itu.
"Ma'af...aku bukan orang yang suka jalan-jalan. Jadi...aku tidak tau tempat wisata yang bagus. Paling cuma pulau kemarau dan bird Park." Lily meminta ma'af sambil memasangkan gendongan kangguru di badan Varo. "Nanti kita bisa gantian menggendongnya. Si kecil ini berat badannya pasti bertambah."
Varo mengangguk tanpa mengatakan apapun. Pria itu mengambil selfie dan membuat Lily terkejut.
"Kenapa??...nggak boleh??" Tanya pria itu santai ketika melihat ekspresi kaget diwajah Lily.
Lily berniat mengabaikan tingkah baru pria itu, ketika hampir setiap menit pria itu kembali mengambil foto, baik mereka sedang dalam perjalanan, atau di tempat-tempat yang terlihat bagus.
"Setidaknya katakan waktu kamu ngambil fotonya. Tampang jelekku terlihat makin jelek disana." Lily akhirnya berkomentar.
Varo lagi-lagi tersenyum sinis. "Aku nggak ngajakin kamu foto. Kamunya aja yang ke geeranπ."
ππ
Mereka kembali ke hotel jam 7 malam. Lily berniat langsung kembali kerumahnya, tapi Varo memintanya untuk kembali dan makan bersama. Pria itu bahkan sudah memesankan satu kamar hotel lagi tanpa sepengetahuan Lily dan hal itu membuat gadis itu kesal.
"Pemborosan!!. Rumahku kan cuma 10 menit dari sini. Aku juga udah masak nasi dan lauk pauk pagi tadi, siapa yang akan memakannya kalau aku nginap disini."
Varo menjawab santai. "Kalau begitu kamu bisa pulang, mandi dan berganti pakaian, lalu kesini dan membawa semua yang kamu masak. Kita tak perlu memesan makanan, jadi tidak boros kan!!."
Bahkan harga makanan buatanku tak sampai seperempat dari pada menginap satu malam di hotel iniπ. Aku juga harus mengeluarkan ongkos ojek bolak balik. Benar-benar rugi!!!.
Meski mengeluh, Lily tetap menuruti kemauan pria itu. Ia bolak balik dari hotel kerumahnya lalu kembali lagi ke hotel membawa baju ganti dan makanan buatannya.
Lily beberapa kali melirik ke arah Varo yang terlihat sibuk dengan ponselnya ketika mereka sedang makan. Bahkan sesekali ada senyum kecil yang muncul di wajah dingin pria itu.
Dia mengirim pesan ke siapa??
Tapi, begitu ponsel Lily berbunyi dan menerima notifikasi pesan WA, gadis itu tak lagi memperhatikan Varo. Ia bahkan tak menyadari sekarang giliran pria itu yang terus melirik kearahnya dengan pandangan curiga.
15 menit kemudian. Lily menyuapi Arion makan sambil mengajarinya bicara, sementara Varo hanya duduk memperhatikan mereka.
"Makan....makan..." Lily mengulangi perkataannya pada Arion.
Si kecil itu mengulangi perkataan Lily dengan suara menggemaskannya. "Kan-kan~kan-kan~"
Ahhh...ππ. Imutnya~
"Aku bisa mengajarinya dengan lebih baik." Ungkap pria itu akhirnya duduk disebelah Lily.
"I Love You..." Ucap pria itu membuat Lily hampir tertawa.
"Kenapa kamu malah mengajarinya kata-kata seperti itu???. Dia terlalu kecil untuk jadi playboy."
Varo mengabaikan Lily. Ia masih terus bicara pada Arion, meminta keponakannya itu mengulangi perkataannya. "Coba bilang....I Love You~"
"I...wov..yu~" Arion benar-benar mengulangi ucapan Varo dengan logat lucunya yang mau tak mau membuat Varo dan Lily tersenyum senang.
Keduanya lalu sibuk mengajari Arion beberapa kata sampai si kecil itu menguap lebar.
"....sudah waktunya tidur." Lily menggendong Arion sementara Varo menata bantal di tempat tidur.
15 menit kemudian, Arion tertidur lelap, Lily meletakkannya di tempat tidur lalu menghampiri Varo yang duduk di teras hotel.
"Kalau kamu banyak kerjaan kenapa kesini??" Tanya gadis itu ketika melihat Varo sibuk dengan ponselnya.
"Jadi kalau nggak ada kerjaan, aku boleh ke sini lagi??". Varo menjawab pertanyaan gadis itu dengan pertanyaan.
Lily hanya mengangkat bahunya. Keduanya terdiam cukup lama. Varo kembali sibuk dengan ponselnya sementara Lily menikmati pemandangan malam didepan mereka.
"Aku akan bilang ke Bunda besok kalau kita nggak ada hubungan apa-apa selain pekerjaan." Lily kembali bicara.
Varo hanya diam dan menatap gadis itu.
"Jadi kamu juga nggak perlu repot membantuku berbohong lagi."
Varo menarik nafas dalam. Entah kenapa dia merasa kesal mendengar pernyataan itu. "Aku nggak keberatan melakukannya."
Lily tersenyum. "Aku yang keberatan. Aku nggak suka bohong sama Bunda, dia pasti sakit hati kalau sampai kebohongan ini ketahuan. Bunda...benar-benar berharap aku cepat menikah."
"Kalau gitu kita tinggal nikah aja!"
"Apa!!!"
Varo melirik Lily sekilas, lalu segera perpaling. "Desember. Kita nikah!."
"....."Lily menarik nafas kesal. "Apa kau menyukai ku??"
"Nggak!."
"....terus kenapa ngajakin nikah???, Kamu pikir nikah itu permainan, yang tinggal jawab 'ayo' lalu semuanya dimulai. Nggak segampang itu."
Varo kembali menarik nafas dalam. Sekarang ia fokus menatap gadis didepannya. "Ulang lagi pertanyaannya!" Pinta pria itu.
"Pertanyaan yang mana??"
"Yang sebelum kamu jawab panjang lebar."
"...."Lily rasanya ingin memukul pria didepannya itu. "Apa kau menyukai ku??."
"Nggak!!."
π€¬π€¬π€¬. Ia memaki pria itu dalam hatinya.
"Nggak tau." Varo kembali berkata, kali ini ada sedikit senyum diwajahnya. "Yang pasti aku nggak membenci mu."π
"......"π
πΈπΈπΈ
Bab selanjutnya :
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...751344f32853ce
nona212 dan 48 lainnya memberi reputasi
49
2.2K
7
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.2KThreadβ’46.8KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok