Bismillah, Assalamu'alaikum warrokhmatullohi wabarokatuh. Halo hay gan sist semua.
Pada kesempatan kali ini ane pengen cerita tentang penyebab dari sebuah peristiwa ane nggak naik kelas, yaitu persahabatan. Lah kok bisa? Musuhan atau gimana? Nggak kok. Pindah sekolah? Nggak juga. Lah trus? Ya makannya baca aja dulu.... CEKIDOT.
Teruntuk agan sist semua, yang masih punya teman meskipun gak banyak kalau dihitung-hitung, pertahankan. Sebab, makin dewasa kita mestinya makin paham, mana yang betul-betul teman dan mana yang datang karena kebutuhan (saja).
"Seorang teman tidak dapat dianggap sebagai teman sampai ia diuji dalam tiga kesempatan: saat dibutuhkan, di belakangmu, dan setelah kematianmu."
-Sahabat Ali bin Abi Thalib
Spoiler for Illustrasi from GOOGLE:
Spoiler for Cerita:
Ini terjadi saat ane masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Biasanya kalau umur segini belum paham mana teman yang beneran dan tiruan (yang dateng cuma pas butuhnya aja). Tapi, mungkin emang jodohnya ane sama si doi yang bisa temenan bahkan sahabatan sampai sekarang ini. Kalau dihitung-hitung sih kurang lebih 12 tahun.
Sebenernya sih tips awet dalam persahabatan bukan deket atau nggaknya rumah kita sama si doi. Tapi, hal apa aja yang udah kita kasih baik ke doi ataupun keluarganya. Bahkan, di titik terendah pun kita udah ngelakuin apa aja.
Singkat cerita, ane tuh cerdas (katanya). Jadi, ketika guru-guru di sekolahan udah pada ngeh kalau ane nggak selayaknya di sini, buset sedih amat. Maksudnya, tingkat intelektualnya sudah di ambang batas.
Maksud hati para guru ngerencanain buat buang ane (naikin kelas). Dari kelas TK-A ke kelas 1 SD. Coba, syok nggak tuh gan sist kalau posisi kalian jadi ane? Bocah bau bawang, gak tau apa-apa, nemu temen yang cocok sembarangnya. Eh, tau-tau mau dipindahin.
Alih-alih para guru membujuk ane dengan segala fasilitas dan kemewahan (katanya). Tapi, coba tebak ane jawab apa?
Spoiler for Jawaban:
"Nggak mau, aku nggaku mau naik kelas. Aku pengennya sama okky terus." nunjuk muka polos yang ada di samping ane.
"Dek, nanti tetep bisa ketemu sama okky kok. Gimana? mau nggak?" elus lembut wali kelas.
"Nggak, nggak mau!" ane langsung ngibrit lanjut maen polisi-polisian sama si okky.
Kami pun akhirnya tetap bersama tanpa ada kata berpisah (waktu itu). Dan pada akhirnya, kalian tahu ending dari kengeyelan ane untuk tetap barengan sama si okky?
Spoiler for Jawaban:
SD - beda sekolah
SMP - beda sekolah
SMK - satu sekolah tapi beda jurusan
Dan ane baru paham kalau cita-cita ane barengan (waktu TK) nggak sesuai ekspetasi, baru-baru ini. Gila nggak tuh? 12 tahun baru nyadar kalau takdirnya nggak sesuai? But, iam not regret. Malah ane merasa sangat beruntung punya doi dan satu lagi sahabat ane, RICKY. Mereka doang yang bisa bertahan survive bareng ane mulai dari jaman bahula sampai serba ada.
And then, sekarang ane lagi ldran sama si doi-doi. Ricky lagi ada di Semarang, Okky lagi ada di Surabaya. Dan, kami semua kejebak CORONA :v.
Spoiler for Ending:
Sekian dan terima kasih. Tak ada pembuka sekaligus penutup paling indah selain salam,
Wassalamu'alaikum warrokhmatullohi wabarokatuh.
Diubah oleh putramelankolis 18-05-2020 20:10
nona212 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
572
Kutip
6
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!