QueenencisAvatar border
TS
Queenencis
"Kita" Tak Pernah Ada


Tentang aku, kamu, dan waktu.
Tentang aku, kamu, dan dunia.
Tentang aku, kamu, dan bersama.

Tak pernah terwujud. Namun terkenang. Lucunya, ini bukan kisah kita. Ini hanyalah suara tentang hatiku.

Aku pernah duduk di sini bersamamu. Menertawakan hal-hal kecil yang kamu lakukan. Tidak menyangka, semenyenangkan itu.



Sumber gambar: conten video mahes, pura pura

Hanya ada bahagia meskipun bukan istana yang menjadi saksi senyumku. Juga candamu. Semua terasa sempurna. Mengalir tanpa hambatan, mengalir tanpa paksaan.

"Lin, bagaimana jika tiba-tiba aku cinta sama kamu?"

Aku menoleh dalam kebingungan. Kalimat yang meluncur menembus telingaku sedetik tadi, merupakan ungkapan atau sebuah lelucon untuk bahan diskusi? Apakah hati seringan itu untuk dibicarakan?

"Jika cintanya tiba-tiba, patah hatinya udah direncanain belum?"

"Patah hati terencana donk?" balasmu dengan tawa santai.

Katamu, suatu saat nanti akan ada kehangatan yang menghilang. Seperti sayur yang terus ditiup. Dingin.

Sama halnya aku dan kamu. Jika untaian katamu mengalir terus menerus, akan ada masanya menjadi dingin.

Bodoh amat!

Aku masih bisa tersenyum bersamamu.

Kamu masih datang menemuiku.

Itu sudah cukup.

Aku tak perlu janjimu untuk selalu ada. Kehadiranmu cukup membuktikan bahwa kamu tercipta untuk mengisi sepiku.

Guraumu ...
Jahilmu ...
Semua melekat seperti satu paket magis yang menghipnotis.

Kali ini, aku ingin membenarkan apa yang keluar dari mulutmu. "Akan ada masanya menjadi dingin."

Saat ini, aku merasakan itu. Melewati tempat-tempat yang pernah kita duduki bersama. Membuat hatiku pedih. Meskipun aku tidak tahu, jika kamu masih memikirkanku.

Ya. Aku tak pernah tahu.

Kamu menjadi penenangku. Membuat hari-hariku berselimut kupu-kupu. Menggelikan, tapi aku suka.



Sumber gambar : https://encrypted-tbn0.gstatic.com/i...F6WVD&usqp=CAU

Hanya sebatas itu. Karena aku tak pernah tahu hatimu. Segalanya tak pernah terungkap, tapi nyata.

Kamu datang memberi warna. Membawaku terbang.

Aku terbang bersama anganku.
Kamu terbang bersama impianmu.

Kita berada pada poros masing-masing.

Karena aku sadar, "Kita tak pernah ada."

****



Teruntuk pagi yang membawa bias angan hampa, aku menyerah. Tidak bisa menggenggam fajar yang terlihat laksana senja. Indah, tapi menusuk pelupuk mata. Dengung tangis masih tertahan, ketika membaca setiap kata yang mengalir dari jarimu.

Wahai layar yang hanya sekian inchi lebarnya, jangan lagi membuai dengan pesan-pesan absurd. Hatiku tidak mampu menerima. Setiap huruf yang mengalir, hanya menambah lika-liku yang tak tentu arah.

Terdiam. Namun, ingin menyapa.
Kadang aku mengutuk takdir. Kita telah bekerja sama. Menyelesaikan suatu urusan. Tentang perasaan yang akan menjadi bagianku bersama waktu.

Lagi-lagi jarimu membuai ketika aku terbiasa sendiri. Dengan mengirim kalimat demi kalimat yang melambungkanku pada tujuh lapis nabastala.

"Lihatlah ke dalam hatimu. Aku ada kok dihatimu."

Meleleh? Tentu saja.

Namun, siapa sangka jika kalimat itu membuatku jatuh. Semakin dalam pada rangkaian aksara bernama rindu. Jika tak mampu bertanggung jawab, silakan malu pada semesta. Bukan hanya pada hati yang telah termainkan.

Kalo belum mengerti apa yang harus dipertanggung jawabkan, cobalah kemari. Ayolah, duduk di sini. Disampingku. Akan kuceritakan, bagaimana hebatnya merindu, tanpa mampu untuk bertemu.

Aku melangkah mantap. Bukan mundur, melainkan berbalik arah. Menghapus setiap jejak yang masih tersisa. Hujan tak mampu membersihkan semuanya. Jadi harus kulakukan sendiri.



Sumber gambar: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/i...t1v8M&usqp=CAU

Sesekali aku melihat ke sekitar. Tak ada siapapun. Memangnya berharap apa? Sudut-sudut bibirku tertarik membentuk senyum getir. Tak ada luka juga tangis.

Aku hanya malu untuk mengejar. Di kala hatimu bukan untukku. Jika mengharap adalah kesalahan, maka aku tidak ingin menjadi benar. Biarlah kotak wasiat ini tersimpan rapi ketika masih ada kata cinta terbingkai indah.

Jangan bertanya kenapa aku begitu mencintainya. Penasaran tidak menyelesaikan apapun. Hanya menambah pertanyaan yang sulit terjawab. Cinta tidak butuh alasan. Dan aku tidak mau mencari-cari alasan agar terlihat sangat mencintaimu. Biarlah hatiku dan Tuhan yang tahu.

Lalu kamu mendobrak lagi. Lebih dasyat dari sebelumnya. Padahal, aku telah menutup segala pintu yang terhubung denganmu. Pun jemari lentikku berkhianat. Membalas setiap pesan yang mengalir. Kali ini, aku jatuh terlalu dalam.

Tolonglah, ulurkan tanganmu. Aku tidak mampu bangkit sendiri.

****

Dan aku keliling dunia. Hanya bersama luka yang tak mampu mengering.

Wahai detak jarum jam, kirimkan anganku padanya. Pada dia yang belum mampu terhapus dari ingatanku. Melambung pada biru cakrawala di angkasa.

Di mana aku menyerah pada takdir. Tentang aku dan kamu, yang tidak pernah bisa bersanding.



Video by you tube

Hari ini berbeda dengan sebelumnya. Setelah aku membantu rintik hujan untuk menghapus jejak-jejak penantian yang tak kunjung usai, ada sedikit kelegaan. Lega karena aku tak menangisimu lagi. Lega karena ternyata hatiku masih tertopang. Lega karena setelah detik kemarin, aku masih tegak berdiri.

Maka, ada baiknya jangan singgah lagi sebagai kenanganku.

Aku suka keliling dunia, yakni ketika pikiranku kemana-mana, sementara ragaku tetap di sini. Memandang lautan lepas dengan karang sebagai pijakkan. Perih di kaki mulai terasa karena aku melepas alasnya. Dan ketika aku menoleh, aku melihatmu.

"Berenti, Re. Diam disitu. Biarkan aku menikmati kesendirianku." Senyum riang berpadu tetesan air dari mataku beradu. Meninggalkan jejak kebingungan pada matamu.




ButetKeren
abellacitra
nona212
nona212 dan 30 lainnya memberi reputasi
31
799
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.